Penampilan mhs UPH di PETRA

Beta Patrianto dan Ranny Anita (no 3 dan 4 dari kiri), mahasiswa/i di Jurusan Teknik Sipil UPH setelah sukses mempresentasikan makalahnya, dengan bangga berpose bersama dengan pemakalah lain yang lebih senior di Seminar Nasional “Civil Engineering Conference: Toward Sustainable Civil Engineering Practice”, yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen PETRA, Surabaya.

Adapun judul makalahnya adalah :

  1. Beta Patrianto dan Wiryanto Dewobroto. (2006). “Evaluasi Metode Perencanaan Batang Aksial Murni SNI-03-1729-2000 dan AISC-LRFD”, Civil Engineering Conference: Toward Sustainable Civil Engineering Practice , Surabaya, 25-26 Agustus 2006, Universitas Kristen PETRA
  2. Ranny Anita dan Wiryanto Dewobroto. (2006).“Strategi Analisis Struktur dengan Kabel Prategang memakai SAP2000”, Civil Engineering Conference: Toward Sustainable Civil Engineering Practice, Surabaya, 25-26 Agustus 2006, Universitas Kristen PETRA

Makalah lain dari seminar tersebut juga dapat di download di situs PETRA

Catatan : keduanya adalah mahasiswa bimbingan tugas akhir S1 UPH yang berhasil menyelesaikan skripsinya dalam waktu satu (1) semeter dan berhasil mempertahankan makalahnya dalam sidang penguji skripsi dan telah dinyatakan lulus. Semuanya diberi nilai A (sangat baik). Untuk menunjukkan bahwa materi yang diteliti cukup berbobot dan agar mahasiswa juga ber-komitmen terhadap makalahnya maka dari awal penulisan telah diarahkan agar dapat dipublikasikan di tingkat nasional. Kebetulan pada awal tahun sudah ada undangan event di PETRA Surabaya, karena waktunya cukup lama maka dikirimkan abstrak. Abstrak mendapat tanggapan baik, sejak itu mahasiswa bersemangat dan dalam waktu yang relatif singkat dapat diselesaikan.

Adanya ujian sidang skripsi yang dihadiri oleh tiga dosen senior di UPH membantu mereka dalam mematangkan materi yang akan disampaikan dalam seminar tersebut. Akhirnya presentasi dapat dilaksanakan di Surabaya dan berhasil. Diharapkan pengalaman di tingkat nasional tersebut dapat membantu meningkatkan mental mereka dalam menghadapi kehidupan profesional yang sebenarnya dan juga memberi daya tarik kepada adik kelasnya agar dapat mengikuti prestasi kakak kelasnya.

Kontribusi WD adalah sebagai penggagas, pembimbing dan pemberi motivasi kepada ke dua mahasiswa/i yang sekarang telah menjadi alumni Jurusan Teknik Sipil UPH tersebut.

13 tanggapan untuk “Mahasiswa UPH di Pentas Ilmiah Nasional”

  1. Ridwan Avatar
    Ridwan

    Salam hangat dan salam sukses buat bapak atas dedikasi bapak terhadap dunia pendidikan khususnya bidang struktur bangunan.

    Saya juga merupakan praktisi bangunan bagian arsitektur, pada kesempatan ini saya mohon bantuan bapak bagaimana agar saya dapat menentukan besaran kolom bangunan dengan cepat terutama untuk bentang >6 meter. thank’s

    Suka

  2. wir Avatar
    wir

    sdr Ridwan,
    Pertanyaan anda gampang-gampang susah, kelihatan gampang karena hanya menentukan ukuran kolom, apa sih susahnya !?.

    Sedangkan susahnya, khan ternyata kolom bangunan itu bisa terdiri banyak macam, bisa kolom dari material kayu, bisa dari baja dan juga bisa dari beton. Itu saja dengan catatan bahwa kolom dari pasangan batu-bata sekarang sudah diusahakan tidak ada, karena jelas kekuatan dan daktilitasnya terbatas, apalagi jika ada bahaya gempa. Juga dari segi biaya nggak beda jauh.

    Dari ke tiga bahan itu saja karakternya berbeda-beda. Kayu dan baja pada umumnya tumpuan bagian bawah dianggap tidak bisa terjepit, sehingga hanya bisa dianggap sebagai tumpuan sendi atau tumpuan rol. Tumpuan sendi saja harus diberi suatu hal yang khusus sehingga mampu menahan gaya lateral kesamping. Oleh karena itu stabilitas kolom kayu atau baja diperoleh dari detail pada bagian atas, dengan kuda-kudanya.

    He, he, he , gimana, nggak sederhana khan. Mau dilanjutkan ?

    Terus terang saya tidak bisa memberi gambaran terlalu singkat, bisa aja sih tapi kasus per kasus lihat kondisi yang ada. Tapi kalau melihat pertanyaan bapak seperti itu maka harus saya jawab tuntas. Kalau saya jawab pendek (dengan asumsi khusus) tetapi kemudian dijadikan referensi generalisasi khan jadi payah. Menyesatkan !

    Tadi saya sudah cerita tentang kolom kayu dan kolom baja, yang mana detail hubungan dengan bagian atas (struktur atasnya) cukup penting.

    Jika kolom beton, lain lagi. Hubungan kolom beton pada bagian bawah, umumnya menyatu dengan sistem pondasi. Jadi lebih mudah dimodelkan sebagai jepit atau sendi (paling konservatif). Itu dengan asumsi jika pondasinya adalah telapak dari beton juga, tapi kalau dari pasangan batu kali, beda lagi, harus dikasih balok pengikat (sloof). He, he, tambah nggak sederhana ya ?

    Selanjutnya pembahasan akan dikaitkan dengan bangunan apa ? Bangunan tinggi atau bangunan rumah tinggal biasa. Itu juga beda lho. Pada bangunan tinggi maka strukturnya mutlak dapat dipisahkan antara struktur utama (kolom dan balok atau juga jika ada shear wall) dan non-struktur yaitu dinding batu-bata. Pada bangunan bertingkat seperti ini maka hitungan kolom lebih gampang menentukannya, dikarenakan tadi pembagian beban cukup jelas, bahwa kolom memikul berat sendiri struktur dan berat sendiri non-struktur (dinding dll). Jadi kita perhitungkan bidang tri-butary tiap kolom, prediksi beban -beban tersebut lalu dikalikan dengan jumlah lantai yang dipikul, kalau perlu prediksi koefisien redukti beban hidup. Itu semua menghasilan gaya N aksial kolom. Untuk sementara abaikan momen akibat efek frame, ingat untuk kolom bangunan bertingkat N lebih dominan dari M (tapi kalau di daerah gempa besar, hati-hati penyataan tersebut). Oleh karena Area kolom dapat didekati dengan N-kolom dibagi 0.3 fc (anggap elastis) dari situ dapat dijadikan patokan luasan perlu kolom.

    Tapi kalau pada bangunan rumah tinggal, maka kadang-kadang agak membingungkan juga, lebih banyak engineering judgement-nya. Kenapa ? Karena pada bangunan rumah tinggal konsep frame (balok dan kolom) aja dianggap terlalu boros, sehingga dianggap dinding batu-bata juga berperan sebagai struktur. Kadang-kadang dalam memakai konsep seperti ini, pengalaman empiris lebih banyak bicara daripada teoritis yang diperoleh dibangku S1.

    Tiap-tiap orang mempunyai pengalaman yang beda, yang jelas di level pendidikan tinggi (S1) perhitungan kekuatan dinding batu bata untuk struktur bangunan tidak diajarkan. Kenapa ? Karena material tersebut tidak reliable sebagai komponen struktur secara umum. Kalau soal ini kadang level tukang lebih berani (didasarkan pengalaman empiris) dibanding insinyur baru (karena di kelas nggak diberi).

    Jadi untuk baiknya gimana ?

    Saya sarankan (personal lho sifatnya) jika hanya digunakan untuk struktur bangunan rumah tidak bertingkat atau bertingkat satu maka dapat dianggap batu-bata lantai bawah dianggap menerima beban sendiri untuk diteruskan ke pondasi atau tie beam dibawahnya, dinding batu bata disekitar kolom dapat dianggap sebagai tambatan lateral kolom (mencegah efek kelangsingan kolom) maka kolom hanya diperhitungkan menerima beban atap, lantai diatasnya dan juga ada beban batu bata diatasnya. Dengan konsep sama sehingga dapat diprediksi jumlah kumulatif beratnya, sebut N.

    Selanjutnya tentukan ukuran minimal kolom (ukuran yang dapat dilaksanakan) , pastikan tidak kurang dari ukuran tebal dinding, juga pastikan dapat diberi tulangan minimal empat buah pada pojok-pojoknya.

    Jika balok-balok atas cukup tinggi sehingga momen balok yang dianggap sebagai simpel beam, mampu memikul beban diatasnya maka check stress kolom tadi dengan jumlah beban norma dibagi luasan kolom yang diperkirakan tadi, jika stress kurang dari 0.3 fc ya sudah cukuplah.

    Begitu penjelasan saya. Agak panjang lebar ya. Sorry jadi nggak sederhana, kalau anda nanya pada tukang, mungkin jawabannya bisa lebih simple. 😛

    Suka

  3. Donny B Tampubolon Avatar
    Donny B Tampubolon

    Dear Pa Wir, Pa Ridwan dan Engineers..

    Komentar tambahan dari saya untuk penjelasan pa Wir diatas :

    Untuk kasus bentang > dari 6 meter apalagi untuk bangunan bertingkat (lowrise maupun highrise) sebaiknya dikoordinasikan dahulu dengan structure engineernya.
    Agar bangunan yang anda disain tersebut tidak hanya tinggi nilai estetikanya namun juga memiliki struktur yang kuat, sehingga pemiliknya pun merasa nyaman.

    Untuk bangunan rumah tinggal 2 lantai , adanya dinding bata dibawah balok dapat mereduksi dimensi balok tersebut dan kolom-kolomnya.
    Biasanya tiap bentang 3-4 meter dinding bata diberikan kolom praktis, dengan maksud jikalau terjadi gempa maka dinding bata tersebut diharapkan tidak langsung roboh kesisi-sisinya, karena kolom praktis “mengikat” dinding bata.
    Namun sebaiknya dibawah dinding bata dipasang pondasi batu kali dan sloof praktis agar Pondasi Setempat (Bhs mandor: Pondasi Cakar Ayam..hehehe..) tidak terlalu besar dimensinya.

    Syallom..

    Suka

  4. pengaruh skripsi terhadap dunia kerja « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Mahasiswa UPH di Pentas Ilmiah Nasional   (Agustus 26, 2006 · 3 Comments) […]

    Suka

  5. LIVIAN TEDDY Avatar
    LIVIAN TEDDY

    Salam hangat untuk para expert civil engineering Pak Wir & Pak Donny. Saya ada pertanyaan yang mengganjal tentang kolom diatas. Seperti kita ketahui bahwasanya kolom memiliki penulangan minimum 1%. Saya pernah menemukan kasus penulangan kolom hanya 0,7%. Ketika saya tanya pada civil engineering-nya, setelah dihitungnya kolom tsb hanya butuh penulangan 0,7%. Jadi untuk apa dinaikkan jadi 1% hanya pemborosan. Yang ingin saya tanyakan apa akibatnya pada kekuatan kolom tsb. jika kita tidak mengikuti standar penulangan kolom 1% tsb. ?

    Suka

  6. wir Avatar
    wir

    sdr Livian
    Ini mungkin akan menjawab secara umum, mengapa ada code yang mensyaratkan hal-hal tertentu yang jika di logika-kan berdasarkan suatu metode tertentu menjadi tidak cocok. Ya katakanlah kasusnya seperti di atas.

    Ingat saudara Livian, bahwa masalah yang kita bahas adalah dunia rekayasa atau tepatnya engineering. Di situ merupakan kombinasi antara teori dan empiris.

    Penulis bilang kombinasi, karena belum ada suatu teori yang dapat menjawab secara sempurna semua kasus. Tepatnya bahwa teori tersebut hanya valid untuk suatu batasan-batasan tertentu.

    Padahal teori-teori yang ada atau yang dipakai di dunia rekayasa relatif banyak. Jadi cukup sukar atau tidak relevan jika semua engineer harus menguasai terlebih dahulu agar dapat bekerja.

    Untuk menghindari masalah yang complicated tentang hal tersebut, juga agar hasil pekerjaan para engineer adalah aman (tidak membahayakan masyarakat pemakai) maka diberikan petunjuk-petunjuk praktis bagaimana para engineer tersebut seharusnya bertindak.

    Tiap-tiap engineer tentu punya petunjuk dan strategi yang berbeda-beda tergantung dari pengalaman dan kedalaman maupun latar belakang pendidikan yang dipunyaianya.

    Jadi kalau mengikuti pendapat pribadi seorang engineer, maka bisa-bisa hasilnya terlalu subyektif sesuai alasan di atas. Oleh karena itulah diperlukan suatu kesepakatan untuk menjadi acuan bersama. Itulah maka muncul CODE.

    CODE digunakan untuk menyamakan persepsi untuk mendapatkan hasil yang aman.

    Apakah CODE harus membabi buta dituruti ? Setiap CODE umumnya mencantumkan jika ternyata berhasil dibuktikan dengan analisis yang logis, ilmiah dan dapat diterima akal sehat maka ketentuan CODE dapat diabaikan. Tentu saja itu umumnya diperlukan bukti bahwa hasil akhir lebih baik dari persyaratan CODE.

    Tentan alasan engineer yang sdr dapat, rasanya tidak terlalu kuat. Jika kebesaran mengapa tidak diperkecil saja. Jika ukuran tersebut dipersyaratkan untuk segi kekakuan yaitu di analisis struktur maka jelas efek shrinkage, dll belum masuk dalam analisis. Untuk itulah maka harus mengikuti syarat di CODE.

    Jadi jawaban tersebut belum tentu benar lho.

    Suka

  7. LIVIAN TEDDY Avatar
    LIVIAN TEDDY

    Oke terima kasih Pak Wir atas pencerahannya …

    Suka

  8. LIVIAN TEDDY Avatar
    LIVIAN TEDDY

    Oh, ya hampir kelupaan untuk sdr. Riduan. Kalo ingin lebih mendalami preliminary structure design material baja, beton atau buku arsitek lainnya kunjungi saja alamat ini : http://www.4shared.com/dir/7208602/bb458077/ARQUITECTURA.html
    Semoga bermanfaat ……………

    Suka

  9. yoga Avatar
    yoga

    hay….
    q mau tanya, mengenai jurusan arsitektur di ITB cz insyaAllah q mau masuk ITB.

    Suka

  10. aktivitas mahasiswaku « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Mahasiswa UPH di Pentas Ilmiah Nasional – 26 Agustus 2006 […]

    Suka

  11. perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Mahasiswa UPH di Pentas Ilmiah Nasional – 26 Agustus 2006 […]

    Suka

  12. abenk Avatar

    salam kenal ya……..

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com