wir si penulis

Lagi di tol dalam kota, HP bunyi, nomer baru, jadi nggak tahu siapa yg nelpon. Tahu-tahu ada suara merdu “Selamat siang. Besok Sabtu datang ya ?”

“Siang juga . Ada apa mbak?”  **agak  bingung**

“Itu ada acara temu penulis di Bentara Budaya!” **cepat nangkap bahwa ‘penulis’ dan ‘Bentara Budaya’ = Slipi Pal Merah= Gramedia = PT. Elex Media Komputindo=mbak Elizabeth atau mas Vincent sbg editornya**

“O ini mbak Elly ya, Elex ? . Ok mbak, tapi aku belum terima undangannya. Tak usahain dateng.”

**besoknya**
Ini undangannya, dikirim via pos.

Apa aja acaranya ?   ada koq sehari penuh dari pk. 08.30 – 16.30

Lanjutkan membaca “wir si penulis”

ujian skripsi di uph

Pagi ini kami bertiga, yaitu saya bersama dengan Prof. Harianto Hardjasaputra dan Dr. Ir. Benjamin Indrawan, M.Eng. baru saja selesai menguji skripsi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil. Dari dua Skripsi yang diajukan ke Jurusan, hanya satu yang disetujui untuk di sidang dan di uji. Artinya satu gagal, harus mengulang dan harus ganti dosen pembimbing.

Kalau dijadikan prosentasi maka angka kelulusan hanya 50%. O sorry, itu saja yang tadi dikatakan lulus tetapi sebenarnya belum sepenuhnya dikatakan lulus, karena mahasiswa yang baru disidang tersebut masih harus memperbaiki dalam waktu seminggu sesuai dengan komentar-komentar para penguji, jika tidak diselesaikan maka dapat fail alias tidak lulus.

Itulah suasana keseharian di UPH, khususnya di Jurusan Teknik Sipil UPH.

Lanjutkan membaca “ujian skripsi di uph”

Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya

Suatu pesan atau pepatah atau kata-kata mutiara yang cukup banyak dikenal, khususnya bagi para penulis termasuk blogger. Tidak percaya, Google-kan aja.

Sedangkan di sisi lain, anak-anak kita yang sedang ke sekolah, kita katakan sedang menuntut ilmu. Apa betul ya. Mungkin yang benar, sedang menuntut ijazah kelulusan ya. Itu buktinya dengan UN, yang penting khan lulus dan dapat ijazah, sedangkan nanti di level perguruan tinggi adalah gelar.

Pantes, di Indonesia, sudah banyak yang bergelar, tapi masih seperti ini saja, bahkan omongan peramal yang jadi panutan, omongan orang yang ngaku ahli di cuekin  (banyak yang salah sih, sedangkan kalau peramal yg salah, ah itu khan biasa). Menurut ehm-ehm tahun ini akan ehm-ehm  !??!!!  Percaya nggak  ?!  **ah nggak mau  komentar ah**

Sekarang aku bertanya:  ijazah / gelar apakah itu identik dengan berilmu.

Lanjutkan membaca “Ikatlah Ilmu dengan Menuliskannya”

INTRO perkuliahan(ku) di UPH

Minggu ini perkuliahan semester genap di UPH mulai berjalan. Hari pertama perkuliahanku tentu saja tentang INTRODUCTION terlebih dahulu. Aku ingin cerita hal-hal yang dapat dimasukkan ke INTRO tersebut.

Aku tidak tahu apakah ini juga berlaku umum (semua dosen juga begitu, sesuatu yang biasa) atau ternyata hanya aku sendiri (tidak biasa, aneh, ganjil atau istimewa). Rasanya penting opini ini aku sampaikan, siapa tahu ada tanggapan positip yang dapat menjadi bekal di pertemuan mendatang.

Kata intro tentu saja harus berkaitan dengan pendahuluan dan dalam pendahuluan maka bicara tentang perkenalan adalah penting sekali. Ingat pepatah lama: tak kenal maka tak sayang. Masih relevan untuk diterapkan.

O ya, mata kuliah yang aku berikan untuk semester ini adalah : Analisa Struktur I (2 sks) ; Struktur Baja I (2 sks) dan Struktur Beton I (2 sks) . Semua berkaitan dengan hitung berhitung, bagi teman-teman non-eksak mungkin pusing mendengarnya. Bagiku, mungkin karena udah lama mengasuhnya, maka bangun tidurpun aku siap ngomonginnya, udah nggak perlu mikir lagi. Kalau soal ini, memang betul. Aku memang sengaja milih mata kuliah yang memang aku kuasain, utk mata kuliah yang lain aku nyerah, nggak berani. Bikin stress. Memang aku bukan orang yang serba bisa, maklum talenta-nya hanya segitu.

Lalu tentang apa dalam perkenalan tersebut yang dapat dibicarakan. Ya, itu : tentang dosen-nya, tentang materi perkuliahannya sendiri, juga dengan mahasiswa-nya juga. Lho apa nggak bosen, terus menerus di tiap-tiap semester.

Ya, itulah yang akan aku ceritakan.

Lanjutkan membaca “INTRO perkuliahan(ku) di UPH”

Bekal mengarungi 2007

Dari chapel wajib bersama (dari rektor sampai office-boy) tiap-tiap hari selasa di uph kemarin, ada kesan yang masih terngiang sampai pagi ini. Sebagai acara  yang pertama diadakan di tahun 2007 di uph, maka ada pesan yang relevan untuk direnungi sebagai bekal mengarungi tahun ini .

Song-leader membuka dengan nyanyian dari Mazmur :

Bersoraksorailah bagi TUHAN, hai seluruh bumi !

Masuklah melalui gerbang-Nya dengan lagu syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian. Bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah Dia !
Sebab Tuhan baik ; …
(Mazmur 100)

Kata kunci untuk direnungi : gembira / riang – selalu bersyukur dan pujilah karena Tuhan baik.

Pesan sederhana yang implementasinya nggak gampang, tapi kalau bisa diterapkan dan dihayati benar maka akan membentuk sikap positip dalam hidup ini. Seperti yang banyak digembar-gemborkan dalam buku-buku motivasi yang laris manis yang banyak dijual di toko-toko buku saat ini.

Lanjutkan membaca “Bekal mengarungi 2007”

Nilai 100 untuk Tuhan !

Suatu pernyataan yang ekstrim. Idenya aku baca dari tanggapan para netter terhadap opiniku tentang “Cara penilaianku di UPH”, baik di blog ini, maupun blog lain yang juga memberi komentar.

Aku jadi bingung, koq jadi ada kata-kata Tuhan. Wong ini semata-mata hanya masalah mata kuliah dan evaluasi kelulusan mahasiswa.

Di sisi lain timbul topik baru : “pak wir keji karena memberi nilai nol !

Hebat ya, bilangan nol dan bilangan seratus menjadi suatu hal yang mengagetkan sehingga perlu diperbincangkan. 0 = keji ; 100 = Tuhan.

Lalu, apa sih bedanya dosen yang memberi nilai 0 atau 20 atau 30 , toh ke tiga-tiga-nya sama-sama nggak lulus. Mungkin yang satu ngulang dengan tenang, yang satunya lagi ngulang dengan tidak tenang (nggrundel)  😦 .

Lanjutkan membaca “Nilai 100 untuk Tuhan !”