Pagi ini kami bertiga, yaitu saya bersama dengan Prof. Harianto Hardjasaputra dan Dr. Ir. Benjamin Indrawan, M.Eng. baru saja selesai menguji skripsi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil. Dari dua Skripsi yang diajukan ke Jurusan, hanya satu yang disetujui untuk di sidang dan di uji. Artinya satu gagal, harus mengulang dan harus ganti dosen pembimbing.
Kalau dijadikan prosentasi maka angka kelulusan hanya 50%. O sorry, itu saja yang tadi dikatakan lulus tetapi sebenarnya belum sepenuhnya dikatakan lulus, karena mahasiswa yang baru disidang tersebut masih harus memperbaiki dalam waktu seminggu sesuai dengan komentar-komentar para penguji, jika tidak diselesaikan maka dapat fail alias tidak lulus.
Itulah suasana keseharian di UPH, khususnya di Jurusan Teknik Sipil UPH.
Jadi meskipun kami ini perguruan tinggi swasta, yang akreditasinya saja hanya B , tetapi kalau berkaitan dengan nilai atau lainnya yang terkait, maka kami tidak main-main. Tidak mentang-mentang mahasiswa sudah membayar lalu juga belajar seenaknya.
O ya, ttg akreditasi yang B, saya pernah berbincang-bincang dengan asesornya (sering ketemu seminar di kota-kota di Jawa) . “Pak wir, kelemahan uph di akreditasi hanya itu: di jumlah mahasiswa”. Dengan jumlah mahasiswa yang sejak awal berdiri sampai sekarang hanya berkisar antara 15 – 25 dan memang relatif kecil dibanding jurusan-jurusan lain di UPH. Kami memang menyadari, apalagi jurusan teknik sipil di Jakarta relatif sudah banyak bertebaran, selain itu trendnya memang lagi turun (itu kata teman-teman seprofesi jika ketemu). **padahal harusnya tidak lho, banyak bencana dan lain-lain itu siapa yang ngerjain, khan orang-orang teknik sipil bukan orang ekonom khan**
meskipun kata orang lain demikian, tetapi kami di jurusan sipil uph tetap optimis, semua berjalan dengan lancar (sedikit atau tidak, tetap prinsip dipegang) dan tidak asal terima mhs. O ya, semester ini ada pindahan mahasiswa dari Jurusan Arsitek, pada awal ketemu mereka, saya sempet memberi nasihat : “kenapa kamu pindah dari arsitek ?”
Mhs pindahan: Nggak cocok pak.
Dosen : Lho ngak cocok gimana, kalau di arsitek aja kamu merasa nggak cocok, emangnya di sipil juga lebih mudah gitu ya !
Mhs pindahan: Nggak pak, saya ternyata suka hitungan-hitungan, di smu dulu matematik dan fisika mata pelajaran yang saya sukai.
Dosen : O ooo begitu, kalau begitu, mari-mari “Selamat Datang di Jurusan Sipil”
O ya kembali ke ujian skripsi tersebut.
Mhs yang skripsinya ditolak untuk di uji datang ke saya, mau berbicara ttg skripsi-nya (karena harus ganti dosen pembimbing) shg mau minta di bimbing.
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh mhs tsb **dengan nada complaint**
Mhs : “Pak, skripsi-nya di UPH koq gitu pak, nggak sama dengan tempat lain?”
Dosen: “Lho apanya yang nggak sama, skripsi ya mestinya sama dong.”
Mhs: “Nggak pak, teman saya di universitas … skripsinya dikerjakan berkelompok.”
Dosen: “Berkelompok bagaimana, berdua maksudmu, saya memang pernah mendengar seperti itu, khususnya untuk angkatannya terdiri dari banyak orang.”
Mhs: “Mahasiswanya nggak banyak juga pak, nggak sampai ratusan , tetapi dikerjakannya juga berkelompok yaitu tiga orang untuk satu judul.”
Dosen : Hah **kaget**
**dosen mikir** Memangnya ada skripsi di bidang teknik dikerjakan tiga orang ? **benar nggak sih**
**dosen mikir lagi** yah, mungkin nggak ada yg mbimbing kali **tetap bingung**
Catatan lain yang perlu diperhatikan
kondisi di atas (yg lulus ujian skripsi hanya 50%) tidak berlaku umum, pembimbingan skripsi di uph rata-rata cukup 1 semester dan tentang kualitas pembimbingan tidak maen-maen, sebagai contoh dua mhs bimbingan saya kemarin mempresentasikan hasil skripsinya sebagai paper di seminar nasional Petra dan cukup berhasil (lihat laporan lain di blog ini). O ya, ternyata yang fail tersebut di atas tidak pernah asistensi dengan benar (ini disampaikan secara langsung oleh pembimbingnya) bahkan yg gagal disidangkan materinya belum dibaca oleh pembimbing. O ya , itu semua baru ketahuan setelah sanksi dijatuhkan. Yah prosedur penilaiannya sudah pantas, sudah dapat menyaring, mana yang pantas lulus dan belum.
Tinggalkan komentar