Bertahun-tahun berkecipung pada bidang konstruksi tidak menjamin dapat menjadi engineer yang ‘baik’, siapa tahu hanya sekedar ‘tukang’ saja (meskipun gajinya jelas lebih gede dari pak tukang yang sebenarnya).
Lho koq begitu ? Apa bedanya tukang dengan engineer ?
Coba kita samakan dulu definisinya. Tukang adalah seseorang yang mampu mengerjakan sesuatu mengandalkan ketrampilan yang dimilikinya, yang diperoleh dari ketekunan yang konsisten dan terus menerus sehingga akhirnya dapat trampil dan cepat menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kadang-kadang ada unsur bakat juga untuk itu. Untuk menjadi tukang tidak perlu pendidikan khusus, yang penting mempunyai, tenaga, kemauan dan waktu yang cukup. Untuk menjadi tukang perlu magang pada tukang yang lebih senior. Mula-mula meniru dengan membantu tukang yang senior, mendapat koreksi-koreksi yang diperlukan dari tukang senior sampai akhirnya dilepas, dapat mandiri dan tidak perlu pengawasan lagi untuk mendapatkan hasil yang dianggap ‘cukup’ oleh tukang senior atau pemberi tugas kepada tukang tersebut. Akhirnya “jadilah” tukang yang dimaksud.
Lalu bagaimana dengan engineer? Mirip, hanya untuk itu perlu pendidikan khusus, bahkan perlu gelar. Selain itu, karena sekarang lembaga pendidikan (perguruan tinggi) semakin banyak dan kualitasnya beragam maka akan ditambah filter khusus yang lain, yaitu Sertifikasi.