Sangat menarik mengamati pendidikan arsitektur di negeri ini.

Perlu dicatat karena mengamatinya “sambil lalu aja” maka opini ini belum tentu berlaku secara keseluruhan.

Kelihatannya fokus pendidikan lebih diarahkan pada kreativitas visualisasi-nya saja, yaitu mampu membuat tampilan luar yang wah, berkesan hebat, tetapi apakah itu secara struktur efisien, kuat, kaku, atau tahan gempa, rasanya mereka tidak perduli.

Apa indikasinya, karena kurikulum pendidikan yang diberikan pada level S1 tidak memberikan mata kuliah mekanika teknik atau analisa struktur. Pendapat lesan hasil omong-omong (un-officially) mereka berpendapat bahwa mata kuliah analisa struktur sebelumnya telah menjadi momok, banyak mahasiswa yang tidak lulus, mata kuliah sukar, toh itu khan nanti dikerjakan oleh teknik sipil, jadinya dihapus aja.

Pendapat penulis : memang diakui bahwa dalam kenyataan praktis, pekerjaan hitung menghitung nantinya akan dikerjakan orang teknik sipil (structural engineer).

Tetapi jika sejak dini (pada taraf pendidikan), mereka (calon arsitek) tidak dikenalkan bahwa selain visualisasi yang indah dari suatu bangunan ada juga faktor lain yaitu kekuatan dan kekakuan, maka bagaimana mereka bisa tahu bahwa desain mereka secara nature harus memenuhi hal-hal tersebut.  

Apa bedanya nanti arsitek kita dengan jurusan Desain Komunikasi Visual atau jurusan Seni murni lainnya. Ini suatu kemunduran saya kira bagi pendidikan sarjana teknik arsitektur di Indonesia, tetapi ini juga menjadi peluang bagi sarjana teknik sipil karena menjadi tumpuan harapan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan / kekakuan bangunan.

Jadi bersyukurlah bagi calon mahasiswa yang ingin gelar sarjana teknik (bangunan) tanpa perlu susah-susah belajar analisa struktur atau mekanika teknik maka masuklah ke jurusan teknik arsitektur.

O ya, rasanya ilmu fisika bangunan sekarang ini juga sudah tidak populer lagi bagi arsitek indonesia. Buktinya, saya sering masuk gereja yang megah (dari luar) tetapi masuk ke dalamnya membuat gerah, meskipun sudah ada kipas angin banyak. He, he ini termasuk gerejaku di Bekasi itu, dari luar megah tetapi di dalamnya panas. Itu berbeda dengan bangunan-bangunan gereja jaman dulu atau misalnya karya romo Mangun, selain dari luar megah, di dalamnya nyaman, sejuk sehingga doanya bisa khusuk.

Itulah pendidikan arsitektur kita, sudah mulai menjiwai budaya bangsa ini yang hanya melihat dari sisi luarnya aja, yang nampak-nampak aja.

Padahal sistem pendidikan di luar tidak demikian adanya, sebagai contoh saya mengambil dari katalog kurikulum sistem pendidikan di Berkeley (USA) dan NUS (Singapore) sbb:

Department of Architecture, University of California, Berkeley

Introduction to Structures. (4)
Design and Computer Analysis of Structure. (3)

NUS architecture BA (ARCHITECTURE)

BU2484 Building Structures (4)
Objective: This module covers structural analysis and design of simple timber and steel beams and columns.

AR3323 Architectural Construction & Structures (4)
Objective: The module builds upon the knowledge attained from previous lessons in Building Structures and Architectural Construction and expands and extends this knowledge to a level where analysis and problem solving are archieved. Through exposure to the principle of various structural systems and selected buildings as case studies.

Mereka (arsitek-arsitek) itu mungkin perlu belajar banyak dan melihat realita jika ada kejadian gempa seperti di Yogya tempo hari, apakah membangun bangunan itu cukup dari tampilan luarnya aja. Para calon pemilik property perhatikan ini.

Bagi para owner yang akan dibuatkan bangunan oleh arsitek-arsitek seperti itu pastikan ada orang teknik sipil yang mendukungnya, kalau tidak (resiko ditanggung sendiri).

22 tanggapan untuk “pendidikan ARSITEKTUR Indonesia”

  1. Rusli hamz Avatar
    Rusli hamz

    Maaf Pak wir kalau saya kurang setuju dengan pendapat Pak wir,
    memang benar mata kuliah mekanika adalah momok bagi jurusan arsitektur (juga momok bagi arsitek-arsitek yang baru lulus, tapi tidak bagi arsitek yang sudah berpengalaman.) tapi tidak bagi siswa yang memang memahami fungsi struktur bagi arsitektur, di ITENAS Bandung mata kuliah yang berkenaan dengan struktur masih tetap diajarkan dan saya sendiripun mempelajari mata kuliah struktur dari literatur yang ada dan diskusi dengan teman-teman sipil, (sekarang saya adalah alumni ITENAS BANDUNG yang bekerja di perusahaan MIGAS di Kalimantan) karena semua itu bisa dipelajari dan kita kan tidak harus menciptakan rumus lagi. yang penting kita tahu falsafahnya dan tahu bagaimana menganalisa dan menghitung struktur tersebut sehingga dapat dipertanggungjawabkan (khususnya untuk bangunan gedung)

    Tentang ilmu fisika bangunan sekarang ini juga sudah tidak populer lagi bagi arsitek indonesia saya rasa itu juga kurang tepat, karena kita mendesign kadang-kadang pihak owner kurang setuju dengan idealis kita yang menganut ‘back to nature’ karena merek sekarang ini lebih senang dengan yang instan dan serba praktis mungkin pak tahu maksud saya kan ?

    Untuk Pak Wir Top bangetlah dengan segala ide dan kreatifitas web site nya.

    Terimakasih saya jadi banyak mendapat ilmu terutama tentang struktur, sekali lagi terima kasih

    Suka

  2. wir Avatar
    wir

    ya mas Rusli,

    yang tidak setuju yang mana :

    mekanika perlu diajarkan seperti di ITENAS (lho kalau ini khan sebenarnya sama dengan pendapat saya)

    atau

    karena momok maka mekanika tidak perlu diajarkan ? Nunggu saja sampai nanti kalau sudah berpengalaman shg tidak menjadi momok lagi, baru belajar.

    pelajaran mekanika tidak menciptakan rumus lagi khan mas.

    Untuk arsitek menurut saya tidak perlu dituntut untuk dapat menghitung seperti anak-anak teknik sipil. Tetapi diarahkan untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar mekanika dikaitkan dengan kepentingan arsitektur itu sendiri. Ada hitungan sedikit-sedikit sih boleh-boleh aja, tetapi harus relevan dengan materi arsitek.

    Gimana kalau gitu mas.

    Suka

  3. rusli hamz Avatar
    rusli hamz

    Ok, kalau Ini saya setuju Banget…

    Suka

  4. Sumbogo Avatar
    Sumbogo

    Salam kenal Pak Wir, saya sumbogo mahasiswa semester 6 sipil di Kalimantan Timur.
    Saya sudah membaca buku karangan bapak tentang aplikasi sap dan ada beberapa hal yang masih belum saya pahami,
    yang pertama :
    mengenai analisa gempa dengan menggunakan analisa spektrum respon, apakah bisa dilakukan dengan memasukkan grafik respon gempa sesuai SNI 2002 dan apakah bisa dilihat besarnya gaya gempa yang bekerja pada gedung tersebut?
    yang kedua:
    pada analisa SAP untuk struktur gedung, apakah lantai dasar (elv.+00) ikut dimodelkan dengan memasukkan gaya-gaya yang bekerja padanya,termasuk beban gempa?

    Terima kasih banyak ya Pak, semoga ada sedikit waktu untuk bisa memberikan tanggapan atas pertanyaan saya 🙂

    Suka

  5. feriyanto Avatar
    feriyanto

    haloo..salam kenal semua
    saya hanya orang yang suka membaca buku tentang arsitektur dari segi ruang lingkup yang terbatas

    menurut saya semua persoalan yang menyangkut dengan bidang arsitek dan teknik sipil seharusnya memang harus ada perbedaan.

    karna untuk membedakan mana yang seorang yang dikatakan arsitek dan yang mana dikatakan orang sipil.

    memang kita perlu berbenah dari kejadian-kejadian yang menimpa bangsa ini terutama tentang struktur bangunan dan kontruksi

    tapi kita pun harus melihat sedikit tentang kejadian tersebut. apakah memang bangunan-bangunan yang dibangun sudah sesuai dengan kontruksi, kalo memang sudah sesuai dengan kontruksi itu patut disalahkan bagian perencanaan dan pelaksanaan dilapangan.

    tapi sekilas saya lihat bangunan-bangunan yang roboh akibat terkena gempa di jogjakarta, itu semua bangunan yang hanya mengunakan kontruksi penyusunan batu bata dan tidak ada bahan penyambung dari satu elemen ke elemen yang lain seperti misalnya; penulangan pada sudut-sudut atau daerah yang rawan atau diperkirakan harus memerlukan penulangan.

    sedangkan bangunan-bangunan yang mengunakan penulangan hanya sebagai syarat saja untuk memenuhi suatu bangunan kontruksi tampa melihat dampak yang akan terjadi nanti apa bila terjadi gempa bumi barangkali, atau penurunan struktur tanah dan perubahan suhu iklim alam yang ada.

    seharusnya para arsitektur dan pekerja sipil dilapangan jangan lah terlalu banyak untuk mengambil untung yang dapat merugikan msyarakat yang lain. kalo bisa utamakan terlebih dahulu bangunan yang didirikan sesuai atau tidak untuk didirikan.

    menurut saya perlu bagi seorang arsitek untuk belajar tentang mekanika tapi tidak cenderung ke mekanika saja. karna seorang arsitek tidak boleh lepas dari tujuan utamanaya sebagai perencana atau perancang bangunan.

    sedangkan di teknik sipil saja tidak di prioritaskan untuk merancang bangunan, hanya sekedar untuk menampah keahlian di bidang lain tetapi tidak harus lepas dari tujuan utamanya, sebagai orang sipil yang melaksanakan dan terjun langsung kelapangan gunan membagunan apa yang akan dibangun dan dihitung.

    Suka

  6. wir Avatar
    wir

    @ sumbogo
    Analisis response spektrum memang memasukkan parameter input sesuai grafik respon gempa sesuai SNI 2002.

    Untuk analisis response, gaya-gaya pada gedung sudah bisa dilihat. O ya, perlu penskalaan yang tepat agar gaya gempa dasar analisis dinanik kira-kira sama dengan 0.9 V statik.

    Jika lantai dasar (elv.+00) merupakan taraf penjempitan lateral maka tentu saja tidak perlu diberi beban pada analisis statik eqivalen.]

    @feriyanto
    “perlu bagi seorang arsitek untuk belajar tentang mekanika”.
    Sip, setuju pak Feri !

    Suka

  7. eza Avatar
    eza

    salam kenal pak,,,

    saya emang gak tahu banyak bgt,,,
    saya mahasisiwi teknik arsitektur di salah satu universitas swasta di Jayabaya, semester 3,,

    hm,,, memang saya akui gak semua mahasiswa bisa akn mempelajari struktur dengan baik,,, bahkan ada yang ga bisa sama sekali, paling2 temen2 saya yg lulusan smk/stm,,, mereka lebih bisa di banding yang laen,,
    maklum ajh,,, sekarang anak ips ajah bisa nerusin ke jurusan tek.arsitektur,,,

    jadi sy bukan tidak menganggap penting ataupun gak penting,,, d fakultas sy di ajarkan mektek, bahkan fisika bangunan,,, karena walau bagaimanapun,,, aman dan nyaman adalah hal yang sangat penting di wujudkan dengan baek,,,
    walau tentang eksplorasi bentuk sangat d dambakan pada aspek visuil,,,tetapi arsitek lebih di cirikan memiliki ciri khas masing2 baik mengenai konsep ataupun bentuk bangunan,,,

    maka dari itu akan di dapatkan hasil yang memuaskan jika arsitek dapat saling membantu dng ahli sipil untk menghasilkn karya yang indah, aman dan nyaman,,,,

    Suka

  8. marie Avatar
    marie

    memang penting pemahaman seorang arsitek tentang struktur, namun mata kuliah analisa struktur pembahasannya terlalu dalam.

    saya kurang setuju pendapat yang mengatakan pendidikan arsitektur kita sekarang lebih cenderung mengajarkan untuk membuat bangunan-bangunan yang wah… karna menurut saya yang terpenting dalam sebuah pendidikan arsitektur adalah pembentukan pola pikir kita selaku perancang, melatih kebijakan kita didalam memilih konsep, tema, alternatif dll.

    mungkin yang perlu ditambahkan di dalam pendidikan arsitektur di sini adalah logika struktur, dimana sang arsitek nantinya dapat melakukan pendekatan yang sederhana, sehingga saat arsitek bekerja sama dengan sipil tidak akan terjadi banyak perubahan dari rancangannya tersebut.

    Suka

  9. adi Avatar
    adi

    Banyak orang terpaku pada pengetahuan yang dimilikinya, jika seorang arsitek mendalami masalah struktur, tentu hasil karyanya tidak akan mempunyai bentuk yang ” lebih bebas “.

    Teknologi struktur terus berkembang yang memungkinkan pembuatan / struktur dengan bentuk-bentuk tidak lazim. Untuk membangun rumah / bangunan biasa tentu kita tidak perlu khawatir, dengan perhitungan struktur sederhana tentu bangunan akan kuat.

    Tuntutan Arsitek pada saat ini adalah menciptakan bentuk-bentuk bangunan yang sesuai dengan tuntutan jaman, bentuk-bentuk yang tidak lazim sebagai cerminan kemajuan ilmu pengetahuan.

    Arsitek dan Sipil merupakan ilmu yang diciptakan untuk saling melengkapi. ( lihat bentuk birdnest stadion olympiade dan gedung CCTV + China National Swim centre ).

    Arsitek berimajinasi, Sipil mewujudkannya.

    Suka

  10. wir Avatar
    wir

    sdr. Adi,

    Saya kurang jelas dengan maksud anda “banyak orang terpaku pada pengetahuan yang dimilikinya“.

    Mengapa ?

    Karena yang saya ungkapkan di atas adalah sama-sama membahas objek yang sama yaitu bangunan, dimana arsitek dan engineer juga sama-sama terlibat didalamnya.

    Anda menekankan imajinasi, itu sah-sah saja, tetapi imajinasi seorang arsitek tentu saja terbatas dibanding seorang seniman karena harus dapat diwujudkan.

    Jadi kalau arsiteknya juga memahami juga fenomena alam (adanya gaya-gaya yang terjadi baik akibat gravitasi atau beban luar angin atau gempa) maka tentunya hasil imajinasinya lebih membumi. Itu saja.

    Jika mau jujur, dihapuskannya ilmu-ilmu teknik (mekanika) di arsitek adalah karena membebani. Kebanyakan sih yang masuk orang sos (IPS). Jadi kalau ngotot ada, nanti yang masuk arsitek sedikit. Itu khan, bukan karena nggak perlu.

    Arsitektur di china yang anda kemukakan di atas menurut saya tidak bisa dijadikan contoh yang baik. Bagaimanapun itu termasuk dalam politik ‘mercu suar’ (ingin tampil beda). Cost-nya jelas berlipat-lipat kali.

    Saya yakin bahwa pengetahuan mekanika teknik (prinsip dasar) jika dipahami juga oleh arsitek maka akan menguntungkan, bahkan bisa membantu mereka untuk tidak sedikit-sedikit tergantung pada insinyur sipil, misalnya bagaimana memanfaatkan bahan material dengan baik, termasuk memilih bentuk yang lebih efisien dari segi struktur, dll. Jangka panjangnya kedepan bisa saja para arsitek tersebut membuat bangunan yang asri dengan komponen finishing yang sesedikit mungkin (strukturnya menonjol). Ujung-ujungnya ekonomis (optimal), itu khan penghematan. Sekarang ini khan kebanyakan banguanan itu dibungkus oleh komponen finishing (non-struktur). Mahal dan juga tergantung dari luar (finishing kebanyakan masih impor).

    Penting juga bahwa kesempatan mengenalkan prinsip-prinsip mekanika bagi arsitek paling baik adalah pada saat awal. Oleh karena itu yang soroti adalah pendidikannya.

    Suka

  11. Dana Avatar

    wwwarsitekdotus
    Menurut saya pendidikan arsitek di sini masih terlalu terfokus dengan ilmu,sedang untuk prakteknya begitu sudah lulus kita disuruh mencari dan menggali sendiri.seperti penguasaan tentang software2 yang berhubungan dengan dunia arsitek saat ini.

    Tapi bagaimanapun juga bravo untuk semua lulusan arsitek indonesia, tetaplah maju..bravo!!!!

    Dana

    wwwarsitekdotus

    Suka

  12. design_feriyanto@yahoo.co.id Avatar
    design_feriyanto@yahoo.co.id

    haloo…….salam kenal semuannya…!!!

    saya ingin bertanya kepada semua yang membaca pertanyaan saya.

    saya ingin bertanya sedikit lebih banyak tentang pendidikan arsitektur di indonesia.!

    salam arsitektur…
    arsitektur…
    arsitektur…
    arsitektur…

    pertanyaan.

    1. ke arah mana arsitektur indonesia akan berjalan
    – berjalan sendiri
    – berjalan bersamaan (team work)
    #TOLONG DI JELASKAN#

    2. apakah arsitektur indonesia harus tertinggal
    dengan kemajuan teknologi. sedangkan
    teknologi selalu berkembang dengan pesat
    tampa mengenal waktu.di perguruan tinggi
    hanya di ajarkan program 1 – 2 program tentang
    arsitektur. kemungkinan besar tidak diajarkan
    sama sekali di perguruan tinggi.

    saya hanya meneruskan pertanyaan dari saudara DANA.

    APAKAH arsitektur indonesia harus mengulang lagi untuk mempelajari program-program yang mendukung arsitektur….?

    Bagaimana caranya seorang arsitektur bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi, sedangkan ilmu-ilmu teknologi pendukung seorang arsitektur tidak diajarkan di perguruan tinggi.

    APAKAH HARUS…? ARSITEKTUR INDONESIA BERSAING DENGAN NEGARA-NEGARA BERKEMBANG DAN NEGARA MAJU. SEDANGKAN PROGRAM-PROGRAM PENDUKUNG TEKNOLOGI AJA TIDAK DIAJARKAN DI PERGURUAN TINGGI.

    KEMUNGKIN, satu faktor yang mengakibatkan kurangnya kontruksi dan struktur bangunan yang terkena gempa di JOGJA adalah satu faktor kurangnya TEKNOLOGI pendukung didalam perancangan/pendirian bangunan tersebut.

    APAKAH WAJAR/HARUSKAH arsitek S1. yang baru lulus disuruh mencari dan menggali sendiri.seperti penguasaan tentang software2 yang berhubungan dengan dunia arsitek saat ini.

    APA KATA DUNIA ARSITEKTUR….
    APAKAH ITU ARSITEKTUR INDONESIA….!!!!

    Suka

  13. Donny B Tampubolon Avatar
    Donny B Tampubolon

    Dear Arsitek,

    Dulu nama seorang/individu Arsitek sangat dikenal dibandingkan nama perusahaan dimana dia bekerja, karena seorang arsitek dipandang sebagai PATNER (rekan) bukan TOOLS (Alat).
    (Contoh: Ir Silaban, Arsitek Mesjid Istiqlal)

    Dalam hal mendisain/berkreasi/berimajinasi, mereka tidak dibatasi oleh keinginan atasan ataupun pengaruh orang lain dengan kata lain ARSITEK harus INDEPENDEN.

    Sangat menyedihkan, melihat kenyataan bahwa sekarang ARSITEK/ENGINEER hanya dipandang sebagai “kancing baju” yang bisa diganti sesuka pimpinan. (Pimpinan berkata “Kami tidak mengahalangi keinginan anda untuk mengembangkan potensi anda di tempat kerja lain”).
    Oleh karena itu banyak Perusahan Lokal tidak berkembang pesat (karena tidak memupuk potensi Arsitek/Engineer karyawannya).

    Itulah sebabnya sekarang para ARSITEK/ENGINEER dituntut untuk mengeksplorasi dan meningkatkan kemampuannya secara mandiri serta berdedikasi tinggi terhadap profesinya agar mampu bekerja secara INDEPENDEN dalam berkarya/berkreasi.

    Dengan sendirinya atmosfir kepercayaan owner maupun Perusahaan kepada Arsitek/Engineer secara Individual meningkat, sehingga tidak takut untuk bekerja sendiri/wiraswasta.

    Kita semua menyadari bahwa Dunia Pendidikan dan Dunia Industri di Indonesia sebenarnya tidak mempunyai hubungan yang sinergi, hanya mengejar Visi dan Misinya masing masing yaitu MEMIKIRKAN KEUNTUNGANNYA SENDIRI.. 😦

    Tanya Kenapa?

    Syallom..

    NB: Semboyan salah seorang Teman saya : ” Pendidikan adalah Hak setiap orang yang banyak Uang!”.
    Pendidikan adalah Hak setiap Warga Negara Indonesia (see: UUD45) ……(Kewajibannya, ya harus membayar donk!).. 🙂

    Suka

  14. andry Avatar
    andry

    Dulu waktu masih kuliah saya juga malas banget sama yang namanya Mekanika dan segala macam yang berbau struktur.

    Eh taunya pas kerja ketemu lagi sama si struktur, jadinya nyesel banget karna harus belajar lagi he..he.. kayaknya emang harus kembali ke semboyan “tak kenal maka tak sayang” (sama si struktur)..

    Biasanya yang ditakutkan mahasiswa arsitektur adalah struktur akan membatasi kreativitas.. padahal kenapa kita nggak berpikir untuk berkreatifitas juga dengan struktur.

    Suka

  15. christo Avatar
    christo

    Itulah pendidikan arsitektur kita, sudah mulai menjiwai budaya bangsa ini yang hanya melihat dari sisi luarnya aja (?), yang nampak-nampak *aja* (?).

    Padahal sistem pendidikan di luar tidak demikian adanya (?), sebagai contoh saya mengambil dari katalog kurikulum sistem pendidikan di Berkeley (USA) dan NUS (Singapore). (KATOLOG DIDALAM MANA?)

    Mereka (arsitek-arsitek) itu mungkin perlu belajar banyak dan melihat realita jika ada kejadian gempa seperti di Yogya tempo hari, apakah membangun bangunan itu cukup dari tampilan luarnya aja. Para calon pemilik property perhatikan ini.(?)

    Bagi para owner yang akan dibuatkan bangunan oleh arsitek-arsitek seperti itu (KOQ TAHU KALO ITU ARSITEK YANG BUAT?) pastikan ada orang teknik sipil yang mendukungnya, kalau tidak (resiko ditanggung sendiri).
    ?

    Suka

  16. abink Avatar
    abink

    emm,gw ngin bgt dftar d stu…?

    Suka

  17. ike Avatar

    – apa beda teknik arsitektur dan arsitektur, lalu pendidikan kita menggunakan nama yang mana?
    – dalam dunia pendidikan, prodi arsitektur ada yang menginduk di sipil , apakah komposisi ini benar
    – secara profesional yang kerja duluan siapa, arsitektur atau sipil

    Suka

  18. Arch_fanti Avatar

    mengapa mekanika teknik menjadi momok bagi mahsiswa teknik arsitek!!

    1. kemungkinan mereka sibuk dengan konsep design yang mereka buat sehingga mereka sukar untuk memahaminya

    2. tim pengajarnya yang sukar menerangkan mK tersebut.

    – mengenai struktur, orang arsitek setidaknya tau tentang ilmu struktur walu tidak banyak seperti orang civil yang diharuskan menguasai ilmu tersebut.

    saya pun sebagai mahasiswi arsitek sukar untk mendalami ilmu struktur.

    menurut anda, bagaimana cara kita agar mempermudah untuk memahami ilmu struktur!!!!

    Suka

  19. wir Avatar
    wir

    @Ike
    untuk perencanaan bangunan gedung, atau bangunan-bangunan yang diorientasikan untuk ‘dihuni’ dan ‘dinikmati’ manusia, maka arsitek akan bekerja terlebih dahulu.

    Arsitek bertanggung jawab terhadap adanya perasaan nyaman, megah, indah dsb-nya. Sedangkan orang sipil (struktur) bertanggung jawab terhadap kekuatan, kekakuan dan keamanan.

    @Arch Fanti
    cara untuk mempermudah dan memahami ilmu struktur adalah dengan memberi motivasi bagi si arsitek bahwa ilmu tersebut perlu dan akan memberikan benefit bagi karirnya.

    Tentu dalam hal tersebut, ilmu yang dipelajari tidak perlu sedetail yang dipelajari oleh si ahli teknik sipil, cukup esensi dasarnya aja.

    Suka

  20. soendari Avatar
    soendari

    Pak Wir,

    SNI analisa harga satuan 2008 untuk jalan dan bangunan dapat saya temukan dimana???
    Sulit sekali mendapatkannya….

    Di toko buku, situs, bahkan PU sendiri….
    Bisa membanty saya Pak?

    Terima kasih banyak. GBU.

    Suka

  21. Alex Avatar
    Alex

    Seharusnya bapak bersyukur. Dengan begitu, peluang lulusan teknik sipil akan terus terbuka lebar di dunia kerja (khususnya untuk bangunan). Kan bapak sendiri juga bilang:

    “…tetapi ini juga menjadi peluang bagi sarjana teknik sipil karena menjadi tumpuan harapan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan / kekakuan bangunan.”

    Coba bayangkan kalau para arsitek di Indonesia juga jago struktur, pasti setiap proyek bangunan akan dimonopoli oleh arsitek. Kalau sudah begitu, apa peranan insinyur sipil (civil engineer)? Atau dengan kata lain, apa gunanya sarjana teknik sipil? Apa gunanya (keberadaan) jurusan teknik sipil, yang eksis hampir di setiap perguruan tinggi di Indonesia?

    Saya sih setuju dengan sodara @feriyanto, yang mengatakan bahwa persoalan yang menyangkut dengan bidang arsitek dan teknik sipil seharusnya memang harus ada perbedaan. Ya, memang harus ada perbedaan. Jika arsitek memahami struktur, dan insinyur tidak mengerti estetika, maka insinyur seolah menjadi tidak berarti. Jadi nggak terpakai kan? Jika demikian, apa kelebihan insinyur sipil dibandingkan arsitek?

    Justru karena berbeda itulah (saling memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing), arsitek dan insinyur sipil saling melengkapi (di bidang yang sama, yaitu bangunan). Sekian opini saya pak, maaf kalau kepanjangan.

    Suka

  22. Hugeng Sandjaja Avatar
    Hugeng Sandjaja

    Pada prinsipnya saya sependapat jika mahasiswa jurusan Arsitektur tetap memperoleh pemahaman setidaknya dasar mengenai struktur, baik mekanika-nya maupun prinsip-prinsip baku yang mendasarinya. Karena sebagai seorang perencana ada baiknya tidak semata-mata hanya berkutat pada fungsi, peruangan, bentuk saja, tetapi lebih jauh lagi bagaimana ide yang sudah dibuat dapat diwujudkan dengan baik, dapat dibangun.
    Menjalani profesi sebagai arsitek pada kenyataannya kerja sama / diskusi dengan disiplin ilmu lain yang terlibat dalam perancangan suatu fungsi bangunan akan lebih baik dan intens apabila memiliki dasar pemikiran yang sama atau setidaknya memahami prinsip-prinsip yang akan dikerjakan.
    Demikian sedikit pendapat saya, terima kasih,

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com