Sangat menarik mengamati pendidikan arsitektur di negeri ini.
Perlu dicatat karena mengamatinya “sambil lalu aja” maka opini ini belum tentu berlaku secara keseluruhan.
Kelihatannya fokus pendidikan lebih diarahkan pada kreativitas visualisasi-nya saja, yaitu mampu membuat tampilan luar yang wah, berkesan hebat, tetapi apakah itu secara struktur efisien, kuat, kaku, atau tahan gempa, rasanya mereka tidak perduli.
Apa indikasinya, karena kurikulum pendidikan yang diberikan pada level S1 tidak memberikan mata kuliah mekanika teknik atau analisa struktur. Pendapat lesan hasil omong-omong (un-officially) mereka berpendapat bahwa mata kuliah analisa struktur sebelumnya telah menjadi momok, banyak mahasiswa yang tidak lulus, mata kuliah sukar, toh itu khan nanti dikerjakan oleh teknik sipil, jadinya dihapus aja.
Pendapat penulis : memang diakui bahwa dalam kenyataan praktis, pekerjaan hitung menghitung nantinya akan dikerjakan orang teknik sipil (structural engineer).
Tetapi jika sejak dini (pada taraf pendidikan), mereka (calon arsitek) tidak dikenalkan bahwa selain visualisasi yang indah dari suatu bangunan ada juga faktor lain yaitu kekuatan dan kekakuan, maka bagaimana mereka bisa tahu bahwa desain mereka secara nature harus memenuhi hal-hal tersebut.
Apa bedanya nanti arsitek kita dengan jurusan Desain Komunikasi Visual atau jurusan Seni murni lainnya. Ini suatu kemunduran saya kira bagi pendidikan sarjana teknik arsitektur di Indonesia, tetapi ini juga menjadi peluang bagi sarjana teknik sipil karena menjadi tumpuan harapan untuk hal-hal yang berkaitan dengan kekuatan / kekakuan bangunan.
Jadi bersyukurlah bagi calon mahasiswa yang ingin gelar sarjana teknik (bangunan) tanpa perlu susah-susah belajar analisa struktur atau mekanika teknik maka masuklah ke jurusan teknik arsitektur.
O ya, rasanya ilmu fisika bangunan sekarang ini juga sudah tidak populer lagi bagi arsitek indonesia. Buktinya, saya sering masuk gereja yang megah (dari luar) tetapi masuk ke dalamnya membuat gerah, meskipun sudah ada kipas angin banyak. He, he ini termasuk gerejaku di Bekasi itu, dari luar megah tetapi di dalamnya panas. Itu berbeda dengan bangunan-bangunan gereja jaman dulu atau misalnya karya romo Mangun, selain dari luar megah, di dalamnya nyaman, sejuk sehingga doanya bisa khusuk.
Itulah pendidikan arsitektur kita, sudah mulai menjiwai budaya bangsa ini yang hanya melihat dari sisi luarnya aja, yang nampak-nampak aja.
Padahal sistem pendidikan di luar tidak demikian adanya, sebagai contoh saya mengambil dari katalog kurikulum sistem pendidikan di Berkeley (USA) dan NUS (Singapore) sbb:
Department of Architecture, University of California, Berkeley
Introduction to Structures. (4)
Design and Computer Analysis of Structure. (3)
NUS architecture BA (ARCHITECTURE)
BU2484 Building Structures (4)
Objective: This module covers structural analysis and design of simple timber and steel beams and columns.AR3323 Architectural Construction & Structures (4)
Objective: The module builds upon the knowledge attained from previous lessons in Building Structures and Architectural Construction and expands and extends this knowledge to a level where analysis and problem solving are archieved. Through exposure to the principle of various structural systems and selected buildings as case studies.
Mereka (arsitek-arsitek) itu mungkin perlu belajar banyak dan melihat realita jika ada kejadian gempa seperti di Yogya tempo hari, apakah membangun bangunan itu cukup dari tampilan luarnya aja. Para calon pemilik property perhatikan ini.
Bagi para owner yang akan dibuatkan bangunan oleh arsitek-arsitek seperti itu pastikan ada orang teknik sipil yang mendukungnya, kalau tidak (resiko ditanggung sendiri).
Tinggalkan komentar