Pertanyaan di atas, kelihatannya biasa-biasa saja bukan !.  Tetapi jika anda terlibat, langsung (anda sendiri) atau tidak langsung (anak, pacar atau saudara) maka pertanyaan tersebut menjadi luar biasa (lawan dari biasa), menjadi sesuatu yang penting untuk segera mendapat jawabannya. Betul bukan ?

Setiap jawaban yang diberikan pasti memberi dampak.

Bagi yang keterima (lulus UMPTN). Jelas, ketika mendengar berita tersebut pasti akan berbahagia hatinya. Dunia serasa indah (meskipun panas menyengat atau dingin akibat kebanjiran). Selanjutnya akan banyak ucapan syukur bahwa Tuhan itu begitu baik (bagi yang rajin berdoa), dan lain-lain sebagainya. Bahkan jika ada waktu dan kesempatan, tentulah seakan-akan maunya mengabarkan berita itu keseluruh penjuru negeri. Setiap berjumpa orang yang dianggap tahu atau yang punya kaitan dengan UMPTN pasti akan mengajukan pertanyaan di atas. Bangga. 😀

Itu pula yang saya rasakan berpuluh tahun yang lalu, setelah lulus SMA lalu mengikuti UMPTN seperti saat ini. Kebetulan juga di lingkungan rumahku belum ada yang masuk ke universitas negeri favorit. Jadi ketika saat itu, hari H, aku pagi-pagi cari koran mencari berita hasil UMPTN (waktu itu belum pakai internet). Saat mendapatkan nomer dan nama-nya tercantum di pengumuman tersebut, “hati serasa copot, lega rasanya”. Saya ingat saat itu, pantas orang tuaku datang memeluk dengan gembira bahkan sampai berurai air mata karena terharu. Dunia masa depan cerah rasanya.

Bagi yang tidak keterima, gimana ?. Kelabu ? 

Tidak, ternyata tidak seperti itu adanya.

Mempunyai pengalaman pernah berhasil UMPTN, kemudian bertahun-tahun kemudian diberi kesempatan melihat orang-orang lain yang juga sukses tanpa pernah berhasil di UMPTN. Serta pengalaman melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana pertumbuhan anak-anak muda yang berhasil  di UPH. Akhirnya mempunyai keyakinan yang bulat bahwa keberhasilan UMPTN bukanlah segala-galanya. Masih banyak jalan ke roma.

Jadi kalau begitu yang penting apa ?

Dengan menjadi dosen selama bertahun-tahun, saya mempunyai pengalaman berharga yang mungkin tidak setiap orang mempunyainya. Apa itu ? Itu lho, kesempatan mengamati pertumbuhan karakter dari anak-anak didik. Bagaimana mereka pada saat awal terlihat masih pada ‘ingusan’ (nggak semua sih) lalu secara pelan-pelan berubah menjadi sesuatu yang patut untuk dibanggakan yaitu ketika lulus, kemudian mendapatkan pekerjaannya. Akhirnya dapat menjadi orang yang mandiri, bebas dan mempunyai kepercayaan diri yang baik serta patut ditiru.

Itu juga khan yang diharapkan oleh para peserta UMPTN.

Lalu kalau sudah masuk (keterima) di UMPTN apakah ada jaminan itu semua diraih. Nggak juga lho.

Oleh karena itu, bagi yang belum berhasil lolos UMPTN jangan khawatir dan jangan takut, jalan hidup anda masih panjang. Tetaplah optimis, bahwa di luar PTN-pun masih banyak peluang anda untuk sukses, dapat dibanggakan dan patut ditiru.

Agar nanti di masa depan tidak kalah dibanding yang berhasil masuk UMPTN, gimana pak ?

Pertanyaan klasik, tapi perlu juga lho, mau tahu ?

Ok ciri-cirinya orang yang masa depannya sukses adalah seperti ini, simak ya. Ada nggak di diri anda ?

Ciri-ciri orang yang akan sukses :

  1. Optimis dan dapat selalu berpikir positip dari setiap permasalahan yang dihadapi.

  2. Punya mimpi, atau tetapkan mimpimu. Selama mimpimu tersebut tidak bertentangan dengan kasih-Nya dan juga sesama maka jangan takut. Jika anda tegar, teguh dan konsisten menjaga mimpi anda tersebut dan selalu berusaha mewujudkannya maka suatu saat akan terwujud. Waktu adalah saksinya.

  3. Selalu berserah diri kepada Tuhan, dan mohonlah hikmat agar semua yang anda kerjakan berkenan bagi-Nya.

14 tanggapan untuk “gimana UMPTN-nya ?”

  1. Donny B Tampubolon Avatar
    Donny B Tampubolon

    Dear Pa Wir,

    Berhasil dalam UMPTN bukanlah penentu hidup..
    UMPTN adalah sepenggal cerita hidup yang harus kita lewati apapun hasilnya..harus lapang dada..

    Dulu memang, berhasil dalam UMPTN menjadi kebanggaan karena dapat meringankan beban orang tua, karena kuliah di PTN lebih murah ketimbang di PTS..
    dan memang kuliah di PTN lebih bermutu karena gudangnya dosen bergelar Profesor dan Doktor.

    Saya berpendapat, semua tergantung manusianya, dalam memanfaatkan setiap kesempatan baik itu kuliah di PTN maupun di PTS..

    Menjadi Sarjana mempunyai tanggung jawab yang berat, karena kita dituntut untuk profesional dan bertanggung jawab.

    Yang tidak mengecap pendidikan di Perguruan Tinggi pun, saya rasa tidak boleh kecil hati.. karena Tuhan pemelihara hidup semua ciptaanNya, terutama Manusia..

    Banyak Pengusaha sukses yang tidak mau “membuang” waktunya untuk kuliah, malah mereka sibuk berwiraswasta dengan gigih/ulet. Akhirnya mereka terbukti sukses dan kaya raya serta punya ribuan pekerja Sarjana..

    Syallom..

    Suka

  2. wir Avatar
    wir

    di PTN lebih bermutu karena gudangnya dosen bergelar Profesor dan Doktor.

    Nggak juga lho sekarang mas Donny, Jurusan Teknik Sipil UPH yang masih mudapun, dosen tetapnya yang bergelar doktor juga ada. Bahkan pada usia tersebut sudah berhasil mengangkat Professor sendiri dari dalam yang diakui pemerintah. PTN di luar jawapun belum tentu punya. Kalaupun ada, cv professor-nya berani dibandingin deh. Bukan karbitan.

    O ya, Prof. Yohannes Surya (Olimpiade Fisika Indonesia), itu professornya yang ngangkat dari UPH juga. Tahu khan kualitasnya.

    Jika dari jumlah memang kalah. Tapi kalau produktivitas (karya-karya ilmiah) dibagi jumlah dosen maka saya kira PTS yang bermutu nggak kalah-kalah amat lho dengan PTN. Karena memang di PTS seperti itu, dosennya dibayar untuk berproduktivitas sebagai dosen. Jadinya ngobyek di luar memang sulit (waktunya terbatas). 😦

    Gitu lho. 😀

    Suka

  3. Donny B Tampubolon Avatar
    Donny B Tampubolon

    Dear Pa Wir,

    Pa Wir, di Indonesia masih memandang lulusan PTN, dibandingkan PTS. Kebanyakan mereka yang lulusan PTS buru-buru ngambil S2 untuk menutupi gelar S1 – PTS nya..hehehe 🙂

    Kalau saja semua PTS mempunyai Visi dan Misi seperti UPH, saya yakin kondisi kualitas Perguruan Tinggi di Indonesia akan sama dengan di Negara-negara maju, bahwa PTS disana jauh lebih unggul daripada PTN nya..
    Tapi harus punya modal kuat tuh..!

    Syallom..

    Suka

  4. mathematicse Avatar

    Pak sukses itu apa sih sebenarnya. APakah sukses itu berhasil kuliahnya, dapat kerja, berperilaku baik, berkeluarga baik dan dapat ditiru saja?

    Btw, sekarang nama UMPTN udah diganti SPMB ya? 😀

    Suka

  5. wir Avatar
    wir

    Sukses adalah suatu kondisi yang menunjukkan bahwa apa yang diharapkan dapat terwujud sesuai kerangka waktu yang diharapkan.

    Karena yang diharapkan setiap orang bisa berbeda-beda maka sukses juga sifatnya subyektif.

    Jadi bisa saja contoh yang anda tampilkan tersebut (lulus kuliah … etc) dapat menjadi contoh dari kesuksesan seseorang.

    Bayangkan saja, anak loper koran yang dalam keluarganya saja belum ada yang sarjana, ternyata karena kerja keras anak dan orang tuanya yang membanting tulang untuk membiayai kuliah akhirnya bisa lulus jadi sarjana maka anak tersebut merupakan kesuksesan keluarga tersebut. Tapi mungkin bagi keluarga lain biasa-biasa saja. Nggak masalah itu.

    Suka

  6. Ignatius Banurea Avatar
    Ignatius Banurea

    Sebenarnya kuliah di PTS atawa di PTN, D3 atawa S1 ku rasa sama saja. Yang penting keberanian menghadapi tantangan dan tidak minder.

    KLo dah Punya ipk bagus trus TOEFL 600 dan punya kompetensi yang mumpuni dibidangnya, sudah ndak ngaruh mau PTS atawa PTN.

    Tapi kalau membandingkan antara PT pulau jawa dengan PT di luar pulau jawa akan menjadi lain.

    Suka

  7. Iwan Darmawansyah Avatar

    Halo Pak Wir,
    Selain PTN diasuh oleh banyaknya dosen bergelar Profesor dan Doktor juga yang lebih penting adalah Input mahasiswa baru yang unggul.
    Bagi mahasiswa PTS yang cenderung inputnya dibawah PTN jangan berkecil hati, karena cukup banyak PTS yang “prosesnya” baik sehingga outputnya tidak kalah dengan lulusan PTN.
    Ayo Bangkit!

    Suka

  8. wir Avatar
    wir

    @Ignatius Banurea:

    KLo dah Punya ipk bagus trus TOEFL 600 … , sudah ndak ngaruh mau PTS atawa PTN

    Saya punya bukti, ada lulusan JTS UPH yang punya IPK dan TOEFL 600 berhasil mendapat beasiswa S2 ke negeri Belanda. Saya kira nggak setiap lulusan PTN bisa seperti itu. Jadi saya sependapat dengan sdr. Ignatius Banurea. 😀

    @Iwan Darmawansyah:

    Bagi mahasiswa PTS yang cenderung inputnya dibawah PTN jangan berkecil hati

    Nggak semua koq pak Iwan, saya menemukan banyak batu mulia yang siap digosok menjadi intan atau permata di tempat kami di UPH.

    Saya yakin, mereka masa depannya tidak kalah dengan teman-teman lain lulusan PTN.

    Saya yakin itu.

    Suka

  9. Fikri P. Sofyan Avatar
    Fikri P. Sofyan

    betul Pak, input PTN belum tentu bagus..

    sebagai contoh, ada beberapa kawan saya yang berjaya disemester 1-2 (saat mata kul bhs.ind, bhs.ingg, pancasila, kimia, matematika, dan mata kul umum lainnya). tapi rontok disemester tengah (saat mata kul sudah terfokus pada an.struktur, baja, beton, gempa, mek.tan, hidolika dlsb).. bisa jadi krn minat mhs tsb kurang thd mata kul yg sebenarnya menjadi inti keprofesian, tp bisa jd juga mhs tsb memang memiliki bakat yg salah.

    menurut saya, seharusnya soal2 yg diuji pada UMPTN lebih terfokus pada jurusan yg akan diambil saja.

    selain itu diperlukan juga semacam wawancara atau ujian mengenai minat calon mahasiswa tsb pada bidang yg ia tuju.

    dengan bgitu saya rasa “input”nya akan jauh lebih baik..

    Suka

  10. Aris Avatar
    Aris

    Salam kenal, saya adalah member baru disini…

    Saya sekarang masih duduk di bangku SMA klas 3, dan beberapa bulan lagi harus bersiap2 untuk menghadapi spmb, yang berarti jg harus memilih fakultas di jenjang universitas nantinya….

    Saya ingin bertanya-tanya banyak hal alias curhat dng Bpk. Wir mengenai Teknik Sipil, mengingat psikolog dan banyak guru di skul menyarankan saya utk masuk fakultas ini [katanya punya kelebihan di bid.mekanika (saya juga tak tau maksudnya…!?!?)].

    Yang ingin saya tanyakan, sebenarnya apakah yang dipelajari di sipil (tolong diberi gambaran yg jelas, saya masih terlalu awam ttg sipil) ?
    Dan kemampuan apa yang dibutuhkan u mempelajari itu ? Prospek ke depan ? Kemudahan mencari pekerjaan ?

    Nah itulah, sebenarnya masih banyak yang ingin saya tanyakan kepada Bapak…semoga jawaban Bapak bisa memotivasi saya yang masih ragu dgn diri saya sendiri akan kemampuan di bidang ini……

    Suka

  11. wir Avatar
    wir

    Sdr Aris dan adik-adik di SMA lainnya.

    Menentukan pilihan ‘akan kemana’ setelah selesai SMA umumnya akan menentukan arah hidupmu.

    Bersyukurlah, jika kamu masih diberi kesempatan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (institut atau universitas). Intinya bersyukurlah bila bisa menjadi mahasiswa begitu. Apalagi kalau jadi mahasiswa di universitas yang baik (UPH adalah salah satunya lho).

    Jika engkau dapat memilih bidang studi sesuai dengan bakat alami yang dipunyai juga disertai kecocokan minat maka umumnya itu akan menjadi modal yang sangat berharga dalam berkarya di dunia ini.

    Jadi mengetahui jurusan yang dipilih dan membandingkan dengan kekuatan diri yang telah diketahui selama ini adalah suatu cara yang tepat agar mendapat manfaat yang besar jadi mahasiswa.

    Karena sesuai dengan bidang ilmu saya maka saya akan bercerita banyak tentang Teknik Sipil atau istilah internationalnya Civil Engineering.

    Ilmu Teknik Sipil termasuk dalam golongan ilmu-ilmu terapan. Mula-mula ada karena keinginan manusia untuk menaklukkan alam, menghindari bencana, mencari keamanan / kenyamanan dalam hidupnya bermasyarakat. Jadi selama ada masyarakat yang ingin aman dan nyaman maka diperlukan ilmu teknik sipil.

    Jadi ilmu tersebut akan selalu ada dan diperlukan masyarakat, misalnya yang sederhana adalah membangun dan merawat jalan-jalan transportasi dan jembatan, pelabuhan (laut / udara), gedung-gedung tinggi yang tahan gempa, dam-dam pembangkit energi (listrik) dan saluran irigasi untuk pertanian dan sebagainya.

    Karena itulah, maka jurusan teknik sipil merupakan jurusan yang cukup banyak ditemui di universitas-universitas atau perguruan tinggi di Indonesia.

    Karena demikian banyak perguruan tinggi di Indonesia yang menyelenggarakan jurusan tersebut maka cukup banyaklah lulusan yang dihasilkannya.

    Karena banyak dan kualitas lulusan yang bervariasi maka pendapatnya tentang bidang tersebut juga bervariasi, ada yang bilang gajinya kecil, tetapi ada yang bilang juga bahwa potensi kerja sangat terbuka bahkan kalau disini (indo) tidak memuaskan maka dapat juga dengan mudah ke luar negeri (baca berita dari alumni sipil UPH).

    Kembali ttg bidang civil engineering. Menurut saya, bidang ilmu teknik sipil belum berkembang secara maksimal di Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita sudah cukup puas jika sudah diberikan infrastruktur secukupnya. Tetapi jika faktor-faktor kenyamanan-keindahan juga diperlukan tidak hanya kekuatan atau kekakuan maka diperlukan ilmu-ilmu teknik sipil yang lebih advance.

    Untuk mendapat gambaran mengenai bidang civil engineering secara lebih lengkap, saya sarankan untuk mengunjungi situs ASCE (asosiasi insinyur teknik sipil di Amerika) atau bisa juga situs IABSE (asosiasi serupa di Eropa).

    Jadi civil engineering adalah cabang ilmu utama, sifatnya universal dan dibutuhan diseluruh dunia.

    Apa yang diperlukan untuk menguasai ilmu tersebut.

    Menurut saya yang penting adalah kuat dalam logika. Ilmu tersebut cukup banyak melibatkan proses hitung-berhitung, anda akan ketemu banyak angka-angka numerik yang akan menjadi dasar anda untuk mengambil keputusan. Ini sangat berbeda sekali dengan arsitek. Sama-sama mendesain bangunan tinggi misalnya, jika arsitek lebih ditekankan pada gambaran visual dari sketch tangan misalnya untuk menentukan hasil kerjanya. Maka teknik sipil akan melakukan analisis-analisis untuk memprediksi perilaku bangunan tinggi tersebut jika nanti telah dilaksankanakan.

    Analisis-analisis yang dimaksud mirip dengan problem fisika mekanika yang dipelajari di tingkat SMA. Tentunya telah disesuaikan.

    Pelajaran di SMA yang dapat menjadi indikasi bahwa anda dapat dengan mudah menyesuaikan diri di jurusan teknik sipil misalnya adalah
    * menyukai bidang matematik (aljabar)
    * menggemari bidang fisika mekanika (keseimbangan gaya-gaya)
    * menyukai gambar-gambar proyeksi dan dapat dengan mudah membayangkan garis bayangan dsb-nya.

    Meskipun demikian, jika anda menyukai bahasa apalagi bahasa asing, maka itu sangat membantu menaklukkan ilmu tersebut. Karena masih banyak literatur yang bermutu memakai bahasa asing.

    Jika itu termasuk ilmu kuno. Apakah masih relevan untuk masa depan ?

    Ya jelas dong. Meskipun itu sudah lama ada, tetapi masih sangat diperlukan. Bukti yang sederhana saja, adanya gempa bumi yang sampai timbul korban jiwa dan kerugian yang banyak itu saja dapat menjadi indikasi bahwa bangunan-bangunan yang roboh perlu perhatian dari insinyur-insinyur sipil.

    Pentingnya peran bidang civil engineering di masa depan juga ditunjukkan dengan adanya hasil konperensi ASCE mengenai Vision for Civil Engineering in 2025.

    Silahkan di down load artikel tersebut dan dibaca. Pokoknya bidang tersebut juga menjanjikan sesuatu. 😀

    Suka

  12. Richard Avatar
    Richard

    Permisi pak wir, numpang kasi komentar yah,

    Hai Aris,

    Setelah baca comment nya jadi keinget pas kelas 3 SMA, pas lagi bingung2nya milih jurusan.

    Saya sendiri kenal teknik sipil setelah direkomendasikan sama guru Fisika di sekolah. Setelah itu pun ada psikolog yang menyarankan masuk sipil (setelah mengikuti tes minat bakat)

    Menurut saya klo uda dapet rekomendasi psikolog dan emang sreg, ambil aja. Nanti pas adaptasi di kuliah jauh lebih mudah dibanding ngambil jurusan yang ga cocok ama minat bakatnya.

    Tentang mekanika, itu ilmu gaya, klo di SMA mungkin belajar kesetimbangan benda tegar, nah seperti itu lah kira2.

    Di sipil kita dituntut untuk mengembangkan kemampuan mengartikan gambar 2 dimensi menjadi gambar ruang, ataupun sebaliknya, dengan kata lain: BERIMAJINASI. nah biasanya orang yang punya kemampuan mekanika yang bagus, imajinasi nya juga bagus tuh. 🙂

    Contoh penerapan ilmu yang dipelajari di Teknik sipil:
    *menentukan besar kolom rumah/bangunan
    *menentukan besar dan jumlah besi tulangan yang dipakai dalam kolom
    *menentukan besar gaya yang akan disalurkan ke pondasi
    *menentukan ukuran gorong2 supaya klo hujan besar ga banjir
    *menentukan jumlah lajur jalan minimal supaya lalu lintas lancar.
    *bikin jadwal proyek konstruksi, supaya proyeknya lancar.
    *dan masih banyak lagi 😀

    Tentang prospek lulusan teknik sipil di masa mendatang: SANGAT BAIK. Indonesia masih membangun, dan untuk membangun dibutuhkan sarjana teknik sipil.

    bahkan dalam realitanya, lulusan teknik sipil cukup banyak yang kerja di bidang disiplin ilmu yang lain. Ini sih kayanya gara2 kemampuan analisa (dan logika) yang relatif lebih tinggi dari rata2 orang kebanyakan. Kita selama kuliah secara tidak langsung mengasah kemampuan ini.

    Jadi jangan takut masalah dapet kerjaan. Lulusan teknik sipil kemampuan “bertahan hidup nya” tinggi. 😛

    Semoga bisa membantu kasi bayangan di sipil bakal ngapain aja.

    GBU

    Suka

  13. Aris Avatar
    Aris

    Wah trims ya pak Wir dan kk Richard atas motivasi-nya. Saya sekarang jadi tambah pede nih….hehehe…(sekali laig thx…)

    Btw,UM-UGM besok saya mau nembak sipil di pil.1…1(duh mantepnya…..!).

    Tapi setelah saya korek2 informasi fakultas tek. sipil UGM di ugm.ac.id ternyata gak ada, maksudnya website tek sipilnya yg gak ada, padahal yg lain ada…(rasa2nya kok surem gitu ya…,rasa2nya lo…) yang ada cuma info sejarah fakultas, dsb.

    Nah bagi yg tau (khususnya pak Wir, tlg bgd nih pak…) info2 fak.sipil UGM termasuk di bwh ini tolong dong, share with us plz…
    1. data tampung
    2. rata2 lama studi S1
    3. IPK rata2 lulusan
    4. derajat persaingan
    5. persentase DO
    6. Rata2 masa tunggu lulusan sebelum memperoleh pekerjaan
    7. Gaji rata2 lulusan (jika memang ada survei spt ini)

    Buat mahasiswa/alumni sipil UGM, boleh doong cerita2 pengalaman gitu…, kuliahnya gimanaa….asik & enak bwt bljr gak? lingkungannya nyaman ngga?, atau pengalaman kerja dari alumni gituu…

    Oiya pak Wir, kok ada isu ky begini “biasanya teknisi sipil gajinya kecil”, wah gmn nih pendapat Bpk…,ayo dong bantai tuh statemennya pak..!

    Trus di hlmn lain blog ini ada yg kerja di Dubai gitu kan,, apa hrus pinter bahasa Arab gitu?ato ttp English?

    Nah itu saja pertanyaan dari saya, saya harap jawaban dari pertanyaan saya tadi bisa lebih membakar semangat saya u maju terus ke depan…Thx…

    Suka

  14. Richard Avatar
    Richard

    Halo aris, saya coba jawab pertanyaan nya yah.

    Tentang rata2 lama studi s1 teknik sipil kira2 4.5-5 tahun.

    Sisanya, saya ga bisa jawab. Saya cukup bingung kenapa nyari data sampe segitu detailnya. Saya aja sebagai mahasiswa yang sudah lulus dari teknik sipil ga pernah kepikiran nyari data kayak gitu. Disatu sisi bagus banget, nunjukin klo kamu kritis.

    Klo boleh tau kenapa pilih UGM ? Untuk teknik sipil, ada ITB dan UI yang teknik sipil nya termasuk kuat.

    Wir’s comments : he, he, he Richard, jangan lupa lho, pak Wir ini alumni UGM (Yogyakarta). Coba main-mainlah ke UGM, kamu akan tahu kampus tersebut secara fisik tidak kalah dengan UI, untuk senioritasnya jelas teknik sipil UGM lebih tua dari UI, dan UGM hanya bisa dikalahkan oleh ITB. Alumni UGM sudah beberapa yang jadi menteri PU lho.

    Itu pula mengapa aku sekarang mengambil disertasi ke Bandung, yaitu agar dapat pembimbing dari ITB (Prof. Sahari Besari). Dengan demikian harapannya ketika doktor nanti maka lengkaplah ada tiga unsur PTN (UGM, UI dan ITB) serta satu PTS tertua di Indonesia (UNPAR) yang membentukku. Khan dahsyat jadinya. 😀

    Tapi semuanya balik ke diri sendiri. Universitas bagus membuka kesempatan sedikit lebih lebar untuk sukses, tapi semuanya tergantung seberapa besar kita berusaha menggunakan kesempatan yang uda di dapet . 🙂

    Sukses selalu ya.

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com