Setelah menulis dan berhasil menerbitkan beberapa buku (yang beredar secara nasional), ternyata hal tersebut dapat menciptakan dinamika baru di dalam hidupku. Menjadikan aku seakan-akan lahir baru, yang berbeda dengan sebelumnya. Jelasnya menjadi lebih percaya diri, berani berbeda dalam berpendapat, khususnya dalam hal pemikiran, strategi dan sikap hidup.

Sisi lain dengan timbulnya percaya diri (PD) tersebut, adalah pemahaman dan dapat merasakan bahwa setiap insan di dunia ini diciptakan Allah dengan keistimewaannya sendiri-sendiri.

Maksudnya ?

Ya intinya mengetahui, bahwa jelek-jelek begini aku ini berbeda lho, aku punya sesuatu yang dapat dibanggakan dibanding orang lain. Tetapi orang lain juga punya sesuatu yang berbeda denganku yang mestinya juga dapat dibanggakan dan tidak perlu iri hati dengan hal tersebut. Kalaupun ada, jadikan itu motivasi untuk diri kita, agar dapat tumbuh dan berkembang dan akhirnya menjadi seperti yang diharapkan tersebut. Jadilah sikap win-win begitu.

Pemahaman tersebut menyebabkan rasa syukur kepada apa-apa yang telah Tuhan berikan kepadaku. Itu pula yang selalu menjadi topik tulisan-tulisanku. Bukannya rasa sombong atau iri terhadap kehidupan orang lain. Sederhananya, kita ini punya rejeki sendiri-sendiri gitu lho. Jadi nggak perlu malu, kalau kita hari ini baru bisanya naik sepeda, ya nggak ada masalah, ada saatnya nanti yang lain, yang lebih baik. Optimis gitu lho. 😀

Berharap bahwa apa yang ada pada diriku, dapat menjadi kebanggaan diri sendiri (syukur), juga kepada keluarga (kasih dan sejahtera) dan akhirnya sesama (garam dan terang dunia).

Apakah hal tersebut dapat dikatakan narsis. Yah pendapat orang bisa berbeda. Yang penting jalan terus. Cuek PD gitu lho, kecuali yang kasih komentar yang nggaji, kalau itu beda

PD dalam menyatakan pendapat, ada gunanya juga. Khususnya bagi yang sependapat tentunya. Mungkin karena PD tersebut maka orang menyebutnya istimewa (berbeda yang dengan lain), dapat dijadikan tuntunan, dan baru-baru ini ada istilah baru yang kuterima yaitu menjadi NARASUMBER.

duh senengnya. 😀

Oleh karena itulah, karena ada sekelompok orang, bahkan institusi yang menganggapku adalah narasumber, maka jadilah aku merasa kayak seleb.

Seleb koq gitu pak ?

Maksudnya ?

Seleb itu khan tentang kawin cerai, koleksi mobil baru dsb. Narasumber itu jauh dari seleb.

O gitu ya. Ini sih nggak tentang kawin cerai atau  tentang koleksi mobil-mobil baru. Tapi senangnya itu lho, bangga, merasa ditunggu-tunggu dan disambut dengan istimewa.

Ceritanya begini.

Adalah UNISMA, yang merupakan sebutan akrab dari Universitas Islam “45”yang lokasi kampusnya ada di Jl. Cut Meutia No. 83, Bekasi.

peta lokasi kampus UNISMA

Fakultas Tekniknya baru saja mendapat dana hibah dari dikti untuk melakukan pengembangan diri. Tema yang diambil adalah peningkatan kompetensi berbasis software. Gitu lho.

Dalam kaitannya itu, mereka melakukan banyak kegiatan akademik istimewa. Salah satunya adalah mengadakan “Seminar dan Pelatihan SAP2000 dan SAFE bagi Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil“.

Dana sudah ada, semangat ingin maju juga sudah siap, lalu apa masalahnya ?

Lha inilah, yang saya anggap istimewa. Umumnya yang menjadi masalah bagi sebagian lainnya adalah dana. Itu paling penting, lainnya kalau perlu dicuekin. Intinya bisa bagi-bagi rejeki gitu.

Ternyata UNISMA lain. Meskipun semua sudah ada, sudah jalan, tetapi mereka ingin benar-benar memanfaatkan untuk mendapatkan masukan terbaik bagi pengembangan dirinya. Intinya, siapa yang memberi bimbingan, guru-nya gitu lho.

Bener juga, temanya sudah siap. Tapi siapa orangnya yang dianggap bisa memberi bimbingan, guru gitu. Mestinya orang yang tahu benar, yang memang ahli-nya. Begitu pikirannya. (Aku tahu hal ini dari pak Bagus, wakil Dekan FT UNISMA, yang bercerita banyak saat makan siang setelah acara seminar selesai)

Jadi siapakah orang yang tepat bisa memberi pelatihan atau seminar tersebut.

Hayo siapa ?

Kalau nggak tahu, bingung khan. Padahal harus mempertanggung-jawabkan ke DIKTI soal dana hibah tersebut. Jadi tanpa bukti yang cukup rasanya nggak gampang itu untuk menyatakan diri sebagai ahli program tersebut (SAP2000 atau SAFE).

Jadi gimana hayo. Padahal yang ngaku bisa SAP2000 dari pembaca blog ini aja banyak sekali, nggak kehitung kali.

Jawabannya aku tahu juga dari pak Bagus, begini ceritanya. Rencana tentang pelatihan ini sudah ada lebih setahun yang lalu, waktu itu atas prakarsa almarhum pak Isman (ketua Jurusan Teknik Sipil UNISMA sebelumnya). Jadi untuk dapat diajukan ke dikti untuk menjadi hibah maka UNISMA perlu mengajukan proposal tentang rencana kegiatan yang dilakukan. Tentu saja disitu disebutkan narasumber-nya. (catatan : pantes pada waktu itu pak Isman mengontak aku dan meminta CV segala, ada kelanjutannya tho).

Untuk memilih kriteria narasumber, almarhum pak Isman sudah melakukan studi. Beliau mengumpulkan informasi tentang SAP2000, beliau memborong semua buku-buku yang berkaitan dengan SAP2000 yang ada di toko buku. Begitu kata pak Bagus menceritakannya.

Jadi intinya, almarhum pak Isman mengevaluasi pantas tidaknya seseorang disebut narasumber dari hasil karyanya. Buku.

Pak Bagus, wakil Dekan FT UNISMA, masih mengingat pada waktu itu, yaitu ketika almarhum menginformasikan orang-orang yang telah menulis buku tentang SAP2000 tersebut dan menyatakan bahwa yang patut diundang sebagai narasumber adalah aku.

Catatan : Wah terima kasih pak atas rekomendasinya. Semoga amal baik Bapak diterima dan sekarang sudah berbahagia di Surga, juga agar keluarga yang ditinggalkannya tetap tabah dan selalu mendapat kasih dan perlindungan dari-Nya.

Jadi begitulah, dalam acara yang menjadi bagian dari hibah DIKTI ini, aku diminta untuk mengawalinya dengan memberi seminar. Tepatnya jadi Pembicara UTAMA dan satu-satunya, untuk acara yang dimulai dari pk 9.30 – 12.00 tersebut.

Sebagai pembicara. Ya, sebenarnya nggak ada yang istimewa, seperti halnya acara-acara seminar yang lalu. Jadi pada waktu itu aku berangkat dari rumahku menuju kesana. Siap seminar, gitu aja.

Sampai di sana, di kampusnya, ketika masuk gerbang kampus. Aku tertegun pada spanduk yang terpapang dengan jelas menyambut kehadiranku.

Emangnya apa pak ?

Perhatikan ini spanduk yang kumaksud.

 spanduk yang ada namaku

Siapa pembicaranya yang ditulis pada spanduk tersebut. Itu namaku, dan nggak ada yang lain.

Jadi spanduk itu, khusus untukku lho ? Hebat, hebat, hebat. Benar-benar UNISMA sangat menghargaiku. Terima kasih.

Saat itu, rasanya jadi seperti SELEB ! Gimana sih ? Ya begitulah, kamu bayangin aja lah. Pokoknya seperti itu.

Mungkin inilah yang dimaksud bahwa menulis itu adalah untuk aktualisasi diri. Mungkin, tapi yang jelas aku senang. titik.

Selanjutnya, pokoknya senang deh.

Di depan kampusnya, ternyata pak Ashari (nama beliau mirip dengan profesor pembimbingku) dengan berpakaian lengkap, berdasi, telah menyambutku dengan hormat. Aku dijemput, setelah turun dari mobil, di antar keruang seminar dengan penuh hormat, di kenalkan dengan pejabat-pejabat disana. Yah benar, kayak SELEB gitu lha.

Jelas, karena perasaan senang, maka seminar yang hampir dua jam, berjalan sangat lancar. Sip-lah. Nggak usah diceritain ya.

Selesai, diantar ke ruang kantor untuk makan siang bersama, ketemu dengan pak Senang, pak Fajar, pak Andang, bu Pipin dan masih banyak lagi. Pokoknya senang deh, merasa menjadi pusat perhatian gitu.

Akhirnya ketika pamitan, diajak untuk menanda-tangani sesuatu dan dikasih amplop. Saat itu mau ngintip isinya, malu. Intinya pokoknya dapet, wah syukur deh.

Akhirnya sayonaralah dari sana dan berhentilah perasaan jadi seleb, kembali ke dunia sehari-harinya.

Sampai di rumah ketika amplop di buka. Wah senang sekali. Pokoknya mau deh kalau diundang lagi jadi seleb pembicara.  😀

17 tanggapan untuk “rasanya jadi SELEB”

  1. Robby Permata Avatar
    Robby Permata

    Wah, sebentar lagi P wir bisa nongol di infotainment nih.. hahaha….

    seperti Roy Suryo di bidang IT, maka nantinya media di Indonesia akan sering bertanya ke P wir jika ada berita populer yg berkaitan dengan konstruksi..

    kenapa tidak?

    -Rp-

    Suka

  2. donaldessenst Avatar
    donaldessenst

    Wuih hebat & top abis pak Wir ini…

    orang Bekasi harus mengembangkan sumber daya manusia di wilayahnya juga donk hehe.

    “Jadi seleb”, ya iyalah ! Kapan lagi pak nama kita terpampang di spanduk.

    Saat ini, yang saya liat kalau yang banyak itukan spanduk calon walikota nah sapa tau dikemudian hari bukan cuma spanduk menjadi pembicara pak, tapi spanduk jadi calon walikota bekasi hehehe.

    Selamat ya pak Wir

    Suka

  3. priandoyo Avatar

    wah senangnya, kita-kita yang muda ini jadi termotivasi nih pak. thanks sharingnya ya

    Suka

  4. edratna Avatar

    Selamat pak…..semoga makin sukses

    Suka

  5. benbego Avatar
    benbego

    jadi kepingin nulis buku. kali aja ntar jadi pembicara juga! 😀

    Suka

  6. antobilang Avatar

    *nunggu ada yang komen : wuih narsisnya rek*

    kekekekeke :mrgreen:

    selamat ya pak…

    Suka

  7. danalingga Avatar

    Selamat pak, ternyata jadi seleb bisa bahagia juga toh. 😀

    Suka

  8. workshop SAP2000 - detail « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] rasanya jadi SELEB . Pada acara ini saya selaku invited speaker di Unisma Bekasi […]

    Suka

  9. Insinyur perlu Menulis Publikasi « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] profesional karena mendapat oleh-oleh yang membanggakan untuk dibawa pulang (Dewobroto 2006, 2007, […]

    Suka

  10. Dadan Avatar

    Selamat pak Wir…..

    Suka

  11. Insinyur Perlu Menulis Publikasi « Andre-Penta Visi Group Avatar

    […] profesional karena mendapat oleh-oleh yang membanggakan untuk dibawa pulang (Dewobroto 2006, 2007, […]

    Suka

  12. melin Avatar
    melin

    singkatan dari SAP dan SAFE apa ya??
    toLong dijelaskan

    Suka

  13. perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] rasanya jadi SELEB – 23 November 2007 […]

    Suka

  14. pelatihan di WIKA tbk ke-2 « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] rasanya jadi SELEB -23 November 2007 […]

    Suka

  15. menulis itu pribadi sifatnya | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] rasanya jadi SELEB (23 November 2007) […]

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com