Tentang perencanaan pondasi tiang bor, saya yakin banyak yang tahu. Khususnya bagi para sarjana teknik sipil, karena telah diberikan pada mata kuliah teknik pondasi. Selain itu, cukup banyak buku-buku yang menggambarkan secara jelas illustrasi tentang pondasi tersebut.
Tetapi jika dikaitkan dengan pelaksanaan sesungguhnya di lapangan, saya juga yakin, nggak setiap yang punya gelar sarjana teknik sipil berkesempatan mengetahuinya secara detail. Bagi yang tahu, biasanya itu karena pernah terjun langsung di proyek dan melihat dengan mata kepala sendiri. Kenapa ? Karena literatur berkaitan dengan hal tersebut, tidak gampang diperoleh ! Apalagi yang berbahasa Indonesia. Kenapa itu bisa terjadi, padahal ahli-ahli pelaksana pondasi tiang bor di Indonesia sudah banyak ?
Kenapa ya ?
Ya maklum, kita mayoritas khan budaya lesan. Jadi menceritakannya secara lesan sudah cukup, ngapain harus dituliskan. Selain ngabisin waktu, juga nggak ada faedahnya.
Benarkah demikian ?
Sebagai engineer yang penulis, tentu saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menulis juga berarti merenung kembali apa yang diterima hari ini. Bisa-bisa ‘itu’ dapat menjadi suatu kompetensi baru untuk modal dikembangkan lebih lanjut. Dengan menuliskan pula, kita bisa mendapat koreksi dari orang lain, apakah yang kita terima (pahami) sudah benar atau belum. Jadi ada feed-back gitu. Selain itu, bagi pembaca yang belum tahu, tulisan tersebut dapat menjadi pencerahan. Jadi usaha menulis dapat menjadi bantuan yang berharga untuk yang lain (sesamanya).
Sudah-sudah pak. Jangan cerita tentang tulis-menulis. Mana pondasi tiang bornya ?
Baiklah. Pagi tadi saya baru menguji mahasiswa peserta mata kuliah “Kerja Praktek”. Salah satu kelompok telah menceritakan dengan baik hasil kerja-prakteknya yaitu pelaksanaan pondasi tiang bor dan uji beban dari salah satu proyek di daerah Jawa Barat. Cukup menarik untuk diceritakan disini.
Lho ternyata bukan pengalaman Bapak sendiri tho. Cuma hasil kerja praktek mahasiswanya aja. Emangnya menarik pak ?
Eh, jangan ‘cuma’. Meskipun ini hasil mahasiswa, tapi ini khan mahasiswa UPH, hasil bimbingan saya dalam mengerjakannya. Jadi ini juga dapat menjadi feed-back gimana hasil bimbingannya gitu. “Pohon itu khan dilihat dari buahnya !”
Jika dosennya aja, berdasarkan data-data hasil pengumpulan mahasiswa-nya aja bisa bercerita banyak tentang materi yang dilihat selama 15 menit presentasi kerja praktek. Apalagi mahasiswanya sendiri yang telah minimal 130 jam menggeluti di proyek tersebut.
Kerja praktek adalah sarana mahasiswa bersangkutan menangkap fenomena sehari-hari “dunia dimana dia akan bekerja nanti“. Jika pada waktu yang pendek tersebut, dia bisa ngeh (mengerti), dan paham menceritakan pengalamannya. Maka diyakini nanti setelah lulus, mahasiswa yang bersangkutan akan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan tempat kerjanya. Jadi intinya hasil didikan saya nantinya bisa link-match dengan dunia kerja.
Jadi mata kuliah kerja praktek yang saya bimbing ini tidak sekedar mata kuliah biasa, itu dapat menjadi sarana mahasiswa untuk aktualisasi diri dengan menuliskan apa-apa yang dilihat selama kerja praktek tersebut. Terus terang sebagai guru, saya sangat bangga jika mahasiswa-mahasiswa yang saya bimbing, bisa dengan mantap menjelaskan bahkan menjawab dengan tuntas setiap pertanyaan yang berkaitan dengan proyek kerja prakteknya. Itu semua dapat menjadi sarana mengevaluasi mahasiswa tentang kesiapan mereka menjadi engineer. Kalau hanya sekedar melihat hasil ujian tertulis-nya saja, saya nggak puas. Engineer khan bukan sekedar saintis, ada seninya juga. Jadi menurut saya, hasil ujian tertulis menunjukkan segi saintis-nya, sedang presentasi oral di depan kelas tentang fakta yang telah mereka terima via indera-nya merupakan petunjuk bagi segi ‘seni’-nya tersebut.
Mahasiswa saya dalam kerja prakteknya tadi berkesempatan melihat dari awal pelaksanaan pondasi tiang bor dan sampai pengujiannya juga.
Lho, koq hanya pondasi. Katanya proyek pak ? Kalau pondasi tiang itu khan baru sebagian kecil dari proyek. Kayaknya kerja praktek mahasiswa Bapak kurang hebat. Kalau saya jadi dosen, maka saya minta mereka (mahasiswa) untuk kerja praktek pada proyek yang besar, misalnya bangunan tinggi, kalau bisa sih di atas 100 lantai. Itu baru yahud ! Gimana pak ?
O gitu ya.
Saya lain ! Terus terang, setiap mahasiswa yang kerja praktek pada saat awalnya akan bertanya kepada saya. Pak, proyek ini boleh nggak ? Kalau yang gini boleh ? Kalau yang itu, gimana ?
Pada prinsipnya saya tidak memberi batasan, ini boleh , ini tidak, dan sebagainya. Saya memberi kebebasan kepada mereka. Proyek apa saja prinsipnya boleh aja, hanya saja saya akan bertanya:” kenapa kamu memilih proyek seperti itu, apa sih menurut kamu keunggulannya, atau adakah sesuatu yang menarik“. Jika mahasiswa yang bersangkutan langsung bisa bersemangat menceritakan apa-apa yang dianggap menarik pada proyek tersebut maka pada prinsipnya saya akan mendukung.
Jadi dari artikel ini saya juga akan menunjukkan bahwa meskipun itu hanya pelaksanaan pondasi tiang bor, tetapi kalau dapat melihat dari sudut pandang yang tepat maka itupun merupakan suatu pengalaman yang sangat berharga. Ingat bahwa ada engineer yang dapat hidup dari hanya bekerja sebagai pembuat tiang bor saja. Jadi menguasai kompetensi seperti itu saja merupakan bekal yang berharga.
Ok. Setuju ? Jadi saya bisa melanjutkan cerita tentang pelaksanaan pondasi tiang bor !
Ok pak. Saya memang nunggu Bapak bercerita, yang menarik ya Pak !
Pekerjaan pemetaan pada lokasi sebelum alat-alat proyek didirikan.
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu yang penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Ini adalah gunanya ilmu ukur tanah. Umumnya yang ngerjain adalah alumni stm geodesi. Proses ini sebaiknya sebelum alat-alat proyek masuk, karena kalau sesudahnya wah susah itu untuk ‘nembak’-nya. Dari pemetaan ini maka dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan. Bayangin jika salah kerja di tempat orang lain. Bisa kacau itu.
Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.
Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek tersebut. Disebut alat-alat berat memang karena bobotnya itu yang berat, oleh karena itu manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut tercebur kesungai misalnya.
Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.
Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai ambles, untuk ‘ngangkat’ itu saja biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk mengadakan pelat-pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut tentu didasarkan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, nggak ada itu di buku teks. Itu yang saya maksud dengan ‘seni’ agar pekerjaan lancar. Coba, di buku mana itu ada.
Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.
Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, eh ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Bisa-bisa perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu manuver alat-alat berat itu sendiri. Gimana hayo.
Lho koq, tulangannya gitu sih pak ?
Lha iya. Emangnya kamu belum tahu gambar detailnya. Baik ini gambar detail strukturnya, biasanya digambarkan seperti ini. Ini fondasi franki yang terkenal itu, yang dibagian bawahnya membesar. Itu khas-nya Franky.
Ada yang lebih gede lagi nggak pak, hanya diameter 800 mm ?
Ada, sampai diameter 1 m lebih, tapi prinsipnya hampir sama koq. O ya, kedalaman pondasi adalah sampai tanah keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).
Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan-tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor. Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti ini.
Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu. Saat ini difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan kedalamannya lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek tersebut ada beberap ukuran diameter tiang bor yang dipakai.
Jadi pada gambar-gambar nanti, fotonya gabungan dari dua alat tersebut. Jangan bingung ya.
Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor (bukan inul lho).
Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.
Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya. Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua. Lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.
Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor khusus, Belling Tools sebagai berikut.
Cleaning Bucket dan Belling Tools
Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.
Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.
Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.
Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan. Ngangkatnya bertahap.
Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.
Pengecoran beton :
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan.
Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.
Cukup panjang khan. Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya ?
Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar.
Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya nggak dipasang, mesin bor non-aktif).
Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.
Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor menentukan.
Kenapa ?
Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di dalam lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan mengerjakan hal tersebut. Pada kasus ini, tidak hanya teori, lha itu seninya di lapangan. Perlu feeling yang tepat. Ingat kalau salah, pondasi gagal, cost-nya besar lho.
Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer. Jadi jangan sekedar kerja, misalnya jualan MLM gitu, mana bisa jadi engineer yang baik, meskipun duitnya gede (katanya).
Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar foto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar tadi.
Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai. Sebenarnya ada hal lain yang mahasiswa saya bisa laporkan yaitu pelaksanaan pengujian beban atau Loading Test 150% kapasitas. Wah menarik lho. Tapi nanti dulu ya pada artikel lain.
O ya ada pertanyaan, casingnya dicabut nggak ya. Mestinya iya ya, khan mahal.
Acknowledgment :
Semua gambar / foto di atas adalah hasil kerja mahasiswa UPH selama kerja praktek di proyek tersebut, yaitu sdr Darwanto dan sdri Mega Primadewi.
Suasana sidang Kerja Praktek di Jurusan Teknik Sipil UPH
Atas nama jurusan teknik sipil UPH maupun pribadi, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pimpinan atau pihak-pihak yang memberi kemudahan sehingga mahasiswa saya mendapat pengalaman yang begitu berharga tersebut. Mohon maaf bilamana ada tindak-tanduk mahasiswa saya yang tidak berkenan. Kiranya nanti kepada adik-adik kelas berikutnya dapat diberi bantuan serupa.
Artikel saya tentang Kerja Praktek di Jurusan Teknik Sipil UPH lihat di sini.
Pile foundation calculation :
http://syaifulsipil96.blogspot.com/2009/03/pile-foundation.html
SukaSuka
bagus kok gak usah d kritik
SukaSuka
Blog yang menarik, pak. Barangkali kita bisa bekerja sama dalam beberapa hal, pak.
Salam,
CSEMBILAN
http://www.geoteknikal.blogspot.com/
SukaSuka
siang p’wir….
pak, saya mahasiswa politeknik negeri medan.
sekarang saya sedang menyusun laporan tugas akhir tentang metode pelaksanaan pondasi bore pile pada proyek fly over amplas medan.
saya mau minta metode pelaksanaan pondasi bore pile dengan menggunakan RCD…
please…..
thanks b4…….
SukaSuka
pak…mao tanya pak…pada perkerjaan pondasi pasti aja quality control sebelum perkerjaan, pas perkerjaan, dan sesudah perkerjaan..kira2 apa aja yah??trims…
jeremia
SukaSuka
Pak… aku mo nanya
1. Gimana cara ngitung kekiatan bor pile nya?
2. Alat yang efisien yang digunakan dalam pekerjaan tiang pancang tu yang jenis apa,yang jenis hammer atau yang injection?
SukaSuka
Pak Wir,
Seeing is believing! bagus dan informatif sekali, teruskan dengan tulisan-tulisan bersama dengan photo-photonya Pak Wir!
SukaSuka
saya,,minta tolong pak,,,,tata cara perhitungan bore pile,,,untuk menentukan kedalaman dan menrukan pembesiannya pak
SukaSuka
Dear para engineer,
1. adakah yang mempunyai buku mengenai Pilecap ? mohon di share….
2. Sekalian mau nanya pak wir dan para engineer, mengenai desain pilecap akibat geser pons, apakah geser pons yang dihitung berdasarkan gaya kolom (support reaction) dengan luas ukuran pilecap penuh, atau berdasarkan gaya yang ditahan 1 tiang ? misal dengan gaya kolom 100t, dan 1 tiang pancang menahan 25ton (asumsi faktor efisiensi=1, dan gaya yang bekerja hanya gaya aksial), maka membutuhkan 4 tiang. maka yg dihitung untuk geser pons gaya yang 100t atau apakah 25 ton ? mohon bimbingannya, terima kasih
SukaSuka
Salam sejahtera untuk pak Wir, izinkan saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. bagaimana cara menghtung pondasi borpile 50 cm
2. bgm menghitung poor pondasi 80x100x310 cm
3. bgm mengitung kolom 60 x 60 cm
4. bgm mengitung balok 60 x 40 cm
5. bgm menghitung plat lantai t=12 cm, 10-50
Terima kasih
SukaSuka
Kuliah dulu di teknik sipil mas
SukaSuka
syalom mat mlm pak apa perbedaan antara tiang panjang dengan tiang bor??????????????????Dan bagaimana dengan perhitungannya apakah cara perhitungannya sama ???????????????
Bagaimana pak???????????????????????
SukaSuka
Pak saya lagi buat TA tentang perencanaan dinding penahan tanah(diafragma wall)!!!tapi data yang ada hanya ada data NSPT, analisa ukuran butir, dan uji geser langsung hanya satu yaitu kedalaman 24 – 27 m saja!!!! sekalo mencari nilai sudut geser bisa ga menggunakan grafik hubungan NSPT dengan sudut geser???trus apa ada cara lain pak untuk mencari sudut geser???terimakasih sebelumnya!mohon bantuannya!
SukaSuka
sambugan !!!kalo ada referensi buku dalam bentuk soft copynya boleh di minta pak, mengenai perencanaan diafrahma wall!!!terimakasih
SukaSuka
posting yang sangat bagus pak.
sangat membantu tugas saya..
saya izin mengunduh artikel ini ya pak..
terima kasih sebelum dan sesudahnya.
SukaSuka
Pak Wir… orang bisanya komentar yang sudah ada, itu keahlian yang tidak bisa dilepas dari sifat manusia….. maju trus… trima kasih atas cerita yang sangat menggungah hati ini….. perlu dicontoh….
SukaSuka
pak,, saya mahasisiwa UNUD saya bingung bagaimana cara menghitung pondasi bor pile untuk pondasi bor pile tiang tunggal dan kelompok tiang apabila diketahui data tanah SPT dan diameter pondasi saja. bagaimana cara menghitung tulangan? dan bagaimana mengetahui pula kekuatan dari pondasi bor pile tersebut? tolong bantuannya pak. sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih
SukaSuka
salam kenal pak wir,
di proyek saya sedang berlangsung pembangunan Loading Conveyor, kebetulan saya baru masuk di tenggah proses proyek berlangsung, dan dilapangan telah terjadi pemancangan pondasi spun pile uk 35o mm dgn kedalaman – 36m dan pengecoran pile cap tebal 50cm di elevasi -60cm, hal diatas dikerjakan berdasarkan shop drawing dan perhitungan design strukturnya.
sedangkan Berdasarkan pengawasan pemancangan yang saya amati sendiri, ternyata belum sampai menyentuh tanah keras, maka saya melakukan soil test lagi. dan hasilnya ternyata baru di kedalaman -43m terdapat tanah keras.
masalahnya adalah :
1. data soil test yang perencana berikan ternyata tidak sesuai dengan data actual yang skrg saya lakukan, intinya ada manipulasi data tanah.
2. berdasarkan soil test yang saya lakukan dan saya plotkan dengan perencanaan ternyata daya dukung tanah tidak memenuhi.(tidak aman).
dan teridentifikasi akan terjadi setlement, di karenakan pd kedalaman -36 m masih berupa tanah lempung & lanau hitam.
yang mau saya tanyakan bagaimana cara mengatasi setlement tersebut. dan perkuatan struktur apa yang bisa saya gunakan untuk perbaikan daya dukung tanah tersebut.
mohon bantuannya !
terima kasih sebelumnya.
SukaSuka
Ikutan nimbrung P.Wir, kebetulan saya pernah bekerja sama dengan Franki Pile.
Pernah suatu ketika dinding lubang bor selalu longsor, kedalaman 15 m & muka air tanah -6 m.
Prosedurnya harus dilanjutkan pengeboran dengan diisi bentonite, tapi kita coba dengan mengisi lubang bor hingga penuh supaya tekanan hidrostatis air membantu menahan dinding lubang bor tidak longsor & ternyata berhasil.
Kami menghemat bentonite 1 trailer untuk 780 titik bor 🙂
Blog ini bagus sekali. Sekalian mungkin ditambahkan untuk test PIT & PDAnya,P.Wir
SukaSuka
Pak wiryanto, saya ingin menanyakan bagaimana penggunaan bola karet ataupun bola pasta semen yang dimasukkan pada pipa tremi sebelum pengecoran. Dan juga bagaimanakah cara untuk menghitung produktivitas dari suatu mesin bor, misalnya Soilmec 416. Terima Kasih
SukaSuka
Ping-balik: KP-nya sampai KUPANG | The works of Wiryanto Dewobroto
pak saya mau bertanya gimana cara menghitung tulangan spiral???
SukaSuka
Ping-balik: Proses Pengerjaan Pondasi Tiang Bor (Bored Pile) « Forum OJT/Magang PT ARUN LNG
pak saya mau tanya, berapa syarat tulangan spiral untuk pondasi strauss atau caisson trus diameter berapa saja untuk tulangan spiral???
SukaSuka
Ping-balik: uts – kerja praktek di uph | The works of Wiryanto Dewobroto
ada yang tau cara pemancangan jaembatan penghubung dermaga?
SukaSuka
Ping-balik: Contoh menulis Laporan KP Teknik Sipil | Oerleebook's Situs
Syallom,
Terima kasih pembagian ilmunya P’Wiryanto.
Saya merencanakan penanggulangan longsor dgn metode bored pile,
tp sy mendapatkan nilai SF : 0,62 dan Hs:1531,7ton/m’ (sangat besar) dgn metode geoslope dan diagramnya sy export ke AutoCad untuk mendptkan Asi (m2) dan ai (degree). maaf P’ apakah saya rumus atau metode yg saya pake kurang akurat. Mohon masukan dan contoh perhitungan bored pile yg sering bpk pake untuk dijadikan perbandingan hasil.
Terimakasih, God Bless
SukaSuka
Dear P. Wiryanto
Saya mau nanya, apakah besi beton bekas bongkaran yang baru berumur sekitar 2 bulan, bisa dipergunakan lagi? Seberapa besar pengurangan mutu nya pak?. Mohon masukannya ya pak wir.
Terima kasih,
SukaSuka
thank buat pembahasannya, pelajaran yg bgitu berharga…. good luck
SukaSuka
Alat bor yang dignakan ini spertinya pkrjaannya sngat rumit ya….!
SukaSuka
Selamat siang pak, saya ingin tanya mengenaik metode pengerjaan yg real di lapangan seperti apa? Karena saya mendapat hal yg sangat minim saat kerja praktek.
Lalu, jarak toleransi maksimum dari patok brp jaraknya? Sehingga tidak mempengaruhi pembangunannya
Terima kasih pak
SukaSuka
Artikel sudah cukup lama, tetapi msh ada yg beri respon ya. Untuk Lokhita, metoda bor pile susah dipahami bila berupa uraian tanpa deskripsi gambar. Coba googling saja, sy pikir cukup banyak uraian tentang bore pile.
SukaSuka
untuk jenis tiang franky,, ada yang bilang itu merupakan sistem penetrasi cor ditempat,, klw sistem penggalian seperti tiang bor ini menggunakan metode franky jg kah ??
SukaSuka
Kalau bs tau pak, biaya jasa booring itu kira2 brapa per meter dgn diameter 60 8 80? Dgn kondisi lokasi yg dibor bebatuan? Dan brapa lama waktu yg dibutukan utk 1 titik dgn kedalaman 10 mtr? Tks
SukaSuka
-Sebenarnya owner atau MK bukannya ga tau, tp dalam kontrak kontraktor pondasi dituntut untuk mengembalikan tanah ke level awal sebelum mereka kerja, tentu saja tanah yg digunakan adalah tanah ex pengeboran. Harusnya ga masalah ya, toh kontraktor utama pasti akan menggali untuk basement bangunan tersebut.
– Tidak menggunakan spacer adalah sebuah kesalahan.
– Untu awalan & akhiran pada spiral tulangan, terkadang kontraktor pondasi tidak mendapatkan detail standar pekerjaan. sehingga tekukan2 tulangan sering terlewati. mungkin anggapannya karena “hanya pekerjaan pondasi doang”
– Pengangkatan tremie pada saat cor, saya setuju dengan pak wir. itu lah yg dinamakan seni orang proyek. tp ga sembarangan. supervisor sebelumnya sudah mengetahui berapa tinggi beton yg sudah tercor, berapa tremie yg terpasang saat cor, & berapa meter tremie yg tertanam dalam beton. jd itu semua sudah diperhitungkan sebelumnya.
SukaSuka
permisi pak mau nanya nih
kebetulan untuk tugas nih (maklum anak kuliah cieeee)
kalau mau mendesain tiang bor untuk sebuah konstruksi jembatan
namun data tanah yg tersedia hanya ada data tabel NSPT saja tanpa ada kejelasan tipe-tipe jenis tanah pada tiap lapisannya gmn ya pak? mohon pencerahannya. terima kasih
SukaSuka
bisa minta perhitungan pondasi bore pile nya ngga?
SukaSuka
permisi pa saya mau tanya??
apakan ada batas maksimum pengeboran dari rumah warga..mksh
SukaSuka