Saya tidak tahu, apakah karena sekarang jaman reformasi, sehingga informasi lebih baik, atau karena memang situasinya seperti itu. Rasanya setiap melihat berita televisi, negeri ini semakin kelihatan ‘anarki’. Sorry, apa kata tersebut terlalu kasar.

Berita yang saya ingat sewaktu makan malam hari ini adalah dari stasiun tv TPI. Aku ingat sekali dipojok kiri bawah layar tv ada tertulis “courtesy of TPI”. Iya deh percaya. Beritanya adalah tentang pengrusakan massa karena masalah tanah di Kupang NTT.

Yang tidak habis akal yang aku rasa adalah bahwa di televisi diperlihatkan bagaimana segerombolan orang-orang tersebut mengeroyok seseorang, disitu diperlihatkan ada dua orang korban, mulai dari jatuhnya sampai di bawa pergi. Juga terlihat seseorang yang dipukuli, tetapi dapat melarikan diri, lalu terlihat orang menyambit dengan batu. Berita tidak berhenti disitu, diperlihatkan juga bagaimana orang-orang tersebut mengepung suatu rumah dan mulai melemparinya, lalu ada motor dirusak. Jadi kejadiannya seperti di film keras begitu, tapi bedanya, ini nyata terjadi.  Semuanya diperlihatkan oleh TPI yang dengan bangga menuliskan “courtesy of TPI”.

Ada yang mengherankan lagi, ternyata digerombolan orang-orang tersebut, ada terlihat polisi membawa senapan. Tapi yang nggak sanggup mencegah orang-orang tersebut berbuat anarki.

O ya, bahwa kejadian itu terjadi di Kupang, yang cukup jauh dari pusat dan bisa diketahui atau masuk berita TPI berarti peristiwa tersebut mestinya sudah ada rencana sebelumnya. Sudah diketahui begitu. Buktinya, ada wartawan dan ada polisi. Sudah ada aparat begitu aja, anarki masih tetap terjadi. Bagaimana jika tidak ada.

Kelihatannya sekarang, orang-orang sudah mulai tidak peduli sesamanya, yang mungkin disebabkan oleh stress akibat tekanan ekonomi yang semakin berat. Jadi anarki adalah bentuk pelampiasannya.

Moga-moga analisis saya salah.

**up-dated**

Baru belum selesai ngomongin Kupang, ternyata berita Minggu pagi ini di Masohi, Ternate ada berita tentang baku tembak antara Polisi dan TNI dan ada korban tewas 2 polisi dan 1 TNI. Apalagi ini.

11 tanggapan untuk “anarki lagi”

  1. watonmuni Avatar

    Pak,sejak saya nonton video kerusuhan di poso dan daerah konflik lainnya,yang tidak akan mungkin ditayangkan di tv,saya jadi tidak heran dg anarkisme di negri kita 😦

    Suka

  2. wir Avatar
    wir

    @mas Arie (waton muni)
    ya herannya itu, ternyata semuanya dapat di shooting oleh para wartawan. Artinya masalahnya sudah pada tahu. Tetapi tindakan anarki masih saja terjadi.

    Jadi polisi tidak bisa jadi pengayom masyarakat padahal sekarang khan sudah mandiri, tidak dibawah ABRI. Mestinya khan beda ya.

    Bahkan sering kita dengar bahwa polisi bentrok dengan abri, mereka ternyata berani, tetapi terhadap segerombolan massa dari masyarakat yang anarki, ternyata nggak berani ambil tindakan apa-apa. Di TV itu, polisinya hanya terlihat angkat-angkat senjata, ya kelihatan seperti ketoprak aja, gitu. :mrgreen:

    Kenapa saya nulis ini terus, ya hanya mengingatkan aja, jika berita-berita “anarki dan kejahatan masyarakat” seperti itu diteruskan, setiap hari hanya negatif terus yang dicangkokkan ke masyarakat via TV. Saya yakin deh, pada masyarakat tertentu, itu bisa sangat terpengaruh, masuk ke otak bawah sadarnya, khususnya yang perutnya laper, dan pikirannya pendek. 😦

    Tinggal tunggu pemicunya, mungkin besok waktu PEMILU. Bisa ramai itu, bertemunya berbagai kepentingan dan ada uangnya. 😀

    Suka

  3. hariadhi Avatar

    Dosen saya bilang karena orang Indonesia udah kelewat lama dikekang ekspresinya, Pak. Film disensor di sana-sini. Main teater dilarang-larang. Bermusik harus ikut mainstream.

    Lama-lama orang frustasi. Karena ga bisa mengungkapkan “kegilaannya”dengan cara aman, akhirnya ngerusak beneran.

    Karena itu sebenarnya pertunjukan seni itu perlu.

    Suka

  4. Santanu Avatar
    Santanu

    Hati-hati, ada usaha untuk memperlemah TNI, menjauhkan mereka dari masyarakat. Dimana kita semua tahu kemenangan perjuangan fisik 1945, adalah kedekatan TNI dengan rakyat. Kemudian konsep ini diadop oleh Paman Ho (Vietnam) dan disempurnakan sehingga mereka mampu mengalahkan Paman Sam. Konsep ini sangat teruji dan hanya bisa dimandulkan dengan konsep demokrasi (liberal kapitalis). Proyek berikutnya pasti menggeser Pancasila sebagai ideologi negara.

    Hati2. (siapa mereka?).

    Suka

  5. wir Avatar
    wir

    Siapa mereka pak ?
    Jadi penasaran nih. 😛

    Suka

  6. Santanu Avatar
    Santanu

    Saya, tambah sedikit. Biar negeri kita tidak semakin bingung. Bagaimana kalau Militer kita sipilkan. Sipil kita militerkan. Biar semua merasa memiliki dan bertanggung jawab dengan negeri ini. Bukannya merasa memiliki tetapi tidak mau merawat, bertanggung jawab, malah merusak dan semaunya.

    Dengan cara Wajib Militer, semua warga negara berhak untuk wajib militer. Sehingga tahu susah, berat dan disiplinnya militer, dan militer dilunakkan juga dengan banyaknya warga sipil.

    Saya iri melihat Singapore, saya bertemu dengan tentara2 muda mereka di MRT. Saya pikir pasti bukan tentara betul, karena berkaca mata, bawa laptop , tidak seperti tentara kita. Saya tanya mereka habis wajib militer.

    Terima kasih

    Suka

  7. donny Avatar
    donny

    pak Santanu, anda seperti terpesona dengan orba dan militer. Wajib militer ? ha, ha, ha

    Suka

  8. serdadu95 Avatar

    Salam kenal Pak.
    …menurutku kekerasan / tindakan anarkis di Indonesia dari dulu sudah sering terjadi, klo sekarang semakin (kelihatan) merajalela dimana-mana lebih karena banyaknya station tipi yg memberitakan. Banyaknya kepentingan yg menunggangi disetiap permasalahan yg terjadi dan kekurangdewasaan masyarakat bangsa ini dalam menyikapi permasalahan membuat tindakan anarkis semakin berkembang di negeri yg (dulu) katanya sangat akrab dgn yg namanya sopan-santun, tepo-sliro dan punya ungah-unguh ini.

    Sebagai seorang serdadu… dari dulu aku gak suka yg namanya kekerasan. Alhamdulillah Pak….sampe saat ini aku gak pernah mukul anak buahku meski dalam kehidupan militer itu di “halal”-kan bahkan untuk memarahi anggota-ku yg berbuat salah sekalipun aku selalu berusaha memilih kosakata yg tepat untuk mengekspresikan kemarahanku agar anggotaku gak sakit hati. Yg penting melihat situasi sperti sekarang ini….janganlah kita menambah runyam keadaan dgn ikut-ikutan bertindak anarkis ato menjadi “kompor” yg slalu membikin masalah kecil menjadi besar.

    @ donny :
    wajib militer itu perlu dilakukan…agar suatu saat jika negara ini diserang oleh negara lain….masyarakat (sipil) kita gak pah-poh, plonga-plongo dalam bersikap menghadapi keadaan. Seperti latihan menghadapi bencana Tsunami-lah Kang…., jika kita dah tau ilmunya ato dah dapat latihan sebelumnya maka jika Tsunami itu benar2 terjadi (lagi), kita sudah tau apa yg harus kita kerjakan sehingga korban jiwa bisa diminimalkan. Jadi (menurutku) gak ada kaitannya dgn urusan terpesona-terpesonaan.

    Suka

  9. Generasi Muda Indonesia Avatar
    Generasi Muda Indonesia

    Untuk Pa Santanu,

    Anda bilang: “…Bagaimana kalau Militer kita sipilkan. Sipil kita militerkan..”

    Konteksnya mau ke arah mana pak Santanu? Bapak seorang profesional atau militer?

    Negara kita kan tidak sekecil Singapura atau Israel yang harus mewajibmiliterkan semua warga negaranya..
    Malah menurut kami (Generasi Muda Indonesia) di Indonesia yang merupakan Negara Maritim, harus lebih memperkuat Armada Militer Laut dan Udaranya untuk membela kedaulatan negara kita.
    Selain juga sangat berguna menangkal serangan dari luar, armada-armada ini sangat berguna untuk membantu bila terjadi bencana alam.

    Semua Negara di dunia punya pasukan yang sangat terlatih untuk mencegah serangan dari luar yaitu Tentara menjaga rakyat yan non militer.
    Namun mereka (Militer) harus sadar bahwa mereka itu rakyat juga, yang mengemban amanat dari rakyat.. Ingat makna dari Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.

    ……..

    Pa Santanu kan sudah bisa menyaksikan di Indonesia ini, kalau Sipil yang di Militerkan? Hasilnya…

    1. Pasukan Jihad yang hanya merasa bahwa selain umat Islam adalah manusia Kafir dan harus diperangi. (orang yang terlatih dari Afghanistan dan Pakistan)
    2.Front Pembela Islam (FPI), yang malah tidak membela rakyat Indonesia tanpa memandang Suku,Agama dan RAs.(orang yang terlatih dari Afghanistan dan Pakistan)
    3.Bom di gereja-gereja dan di kedutaan-kedutaan asing. ( orang yang terlatih dari Afghanistan dan Pakistan).
    4.dan masih banyak contoh… (misal: Polisi Pamong Praja yang bringas ! Satpam yang sok militer,dll)

    Apa ini yang Anda harapkan menjamur di Indonesia! Apa manfaatnya untuk kita?
    Malah menurut kami (Generasi Muda Indonesia), mereka menciptakan konflik/pergesekan baru dan meningkatkan intensitas pergesekan/konflik horisontal ditengah-tengah masyarakat. (misal di Maluku, Poso, dll)

    Menurut kami (Generasi Muda Indonesia), Kaum Sipil yang di Militerkan inilah yang harus di redam dan dikebiri oleh kita semua Rakyat Indonesia…
    Karena merekalah yang diam-diam ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara kita dengan faham agama tertentu.

    Indonesia.. Jaya!!

    Suka

  10. Eko Avatar
    Eko

    Salam Pak Wir,

    nurut saya sekarang ini apa-apa sudah kebablasan, sebagai rakyat ga mengharapkan apa-apa selain, aman dan tenteram…cape liat berita televisi banyak bentrokan masyarakat dengan aparat trus aparat dengan aparat…mbok mereka-mereka itu sama-sama sadar di negara ini sedang susah dan jangan membikin tambah susah lagi..

    Suka

  11. Santanu Avatar
    Santanu

    @ Generasi Muda Indonesia
    Konteksnya disini adalah membina kedisiplinan dan kesadaran bela negara,karena anda tahu sendiri bagaimana kondisi kita saat ini . Saya juga tidak setuju paramiliter sipil dari organisasi sipil banyak buat masalah.
    Saya juga sangat setuju TNI AL dan TNI AU diperkuat seperti tahun 60an. Angkatan bersenjata kita termasuk terbesar dibelahan selatan. Merdeka bung. Terima kasih.

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com