Iseng-iseng melihat statistik blog ini, eh ternyata sudah beberapa hari ini selalu dikunjungi yang mendekati 2000 hit per hari. Wah ramai juga ternyata blog ini, padahal dulu sewaktu di Tripod, untuk mendapat kunjungan sampai 3000 aja bisa nunggu sampai setahun. Memang hebat ini mesin WordPress. Pantaslah kalau sampai ada komentar seperti ini
Tahukah bapak bahwa . . . ini telah beredar luas di kalangan . . . ?
Semoga tahu !
Waktu itu disampaikan, konotasinya jelek, bahwa apa yang aku tulis (yang dianggap buruk) sudah sampai kemana-mana . Ha, ha, ha, maksudnya sih seperti nada ancaman. Padahal tahu sendiri, orang nulis blog khan memang ingin agar ide atau pikirannya diketahui siapa-siapa. Iya bukan.
Untunglah akhirnya yang memberi komentar sadar bahwa memang tidak ada maksud jelek dari tulisanku. Kalau suatu kritikan atau pendapat yang berbeda sih itu khan wajar, yang penting argumentasinya nggak ngawur tapi logis dan dilandasi kejujuran. Benar nggak ?
Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat.
[Amsal 10:17]
Idenya memang baik sih, tapi apakah yakin bahwa apa-apa yang ditulis tersebut memang baik adanya. Bagaimana kriterianya ?
Untuk menunjuk apakah itu baik atau tidak ya sangat subyektif begitu, yang tahu hanya penulisnya, yang lainnya khan tahunya setelah tulisan tersebut jadi. Tulisan khan ibarat pedang, bisa membunuh atau menjaga kehidupan, tergantung orangnya begitu khan. Jadi faktor subyektifitas adalah sangat penting. Oleh karena itu jangan terkecah oleh tulisan yang penuh rayu, yang kelihatannya bijak, tetapi ternyata diberikan oleh seorang penipu yang ingin mengabil keuntungan dengan kelengahan orang tersebut.
Oleh karena itu, memperkenalkan siapa penulisnya adalah sangat penting, bahkan kalau perlu adalah menunjukkan gelar-gelar yang dimilikinya. Untuk nyombong ? Bukan, tetapi suatu bentuk keberanian orang tersbut untuk bertanggung jawab. Bayangkan saja, nggak punya gelar dokter, tetapi berani nyuntik. Itu mah narkoba !
Dengan menampilkan identitas lengkap, maka sipenulis secara sadar maupun tidak sadar akan berpikir seribu kali ketika menulis hal-hal yang ‘dianggap negatif’. Identitas itu bisa berperan seperti pakaian, misalnya jilbab atau uniform. Perlu tanggung jawab tertentu yang harus diembannya, nggak bisa seenaknya sendiri. Jadi alasan kebebasan berpendapat di sini jadi terasa kuno, bahkan bisa dikatakan pengecut bagi penulis yang tetap ngotot anonim.
Selain itu, tulisan-tulisanku selalu aku baca ulang. Aku tidak segan untuk melakukan editing jika dilain waktu ternyata ada kesalahan atau apa gitu. Bahkan jika dilihat sudah tidak pantas lagi maka tidak segan-segan aku akan menghapuskannya permanen. Aku mempunyai pendapat bahwa apa-apa yang aku ingat, aku simpan hanyalah yang berguna-berguna, yang tidak kalau bisa dibuang saja.
Menjilat ludah sendiri kalau begitu pak ?
Eh itu beda, manusia itu harus dinamis, harus selalu mencari jalan menuju kesempurnaan sejati selama di dunia ini. Kalau di agama saja ada istilah bertobat dan kembali kejalan yang benar, maka jika diketahui nanti bahwa ada pikiran-pikiranku yang aku tulis tidak benar, ya harus diluruskan. Itu penting, karena tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi agar yang lain juga tidak tersesat. Berguna begitu bagi sesama. Syukur-syukur jika semuanya itu bisa memuliakan nama-Nya. Iya khan.
Dengan cara berpikir seperti itu, aku tidak heran jika tulisan-tulisanku ternyata sudah pada kemana-mana. Ada yang mengutip bilang, tetapi ada juga yang nggak bilang-bilang, tahu-tahu om Google menceritakan link-nya. Untunglah sebagian besar mencantumkan sumber-nya. Jadi syukurlah.
Bahkan baru-baru ini, blogku ini juga telah diagregat orang. Ha, ha, ha, apa itu. Tepatnya sih dipilih orang untuk ditampilkan di situsnya dan karena situs tersebut dikunjungi ribuan orang lainnya maka blog ini makin ramai aja.
Yang benar pak ?
Iya bener itu, situs agregat yang dimaksud nama depannya pakai kata planet lho. Jadi sekarang aku ini jadi orang planet !
Ini lho planet yang dihuni oleh pikiran-pikiranku tertulis :
Tinggalkan komentar