Papa, siapakah Gito Rollies itu ?
Jika itu ditanyakan oleh generasi yang seumuran dengan saya, tentulah sangat mengherankan jika sampai tidak tahu “siapa Gito Rollies itu“. Tetapi itu merupakan pertanyaan anakku, yang saat ini masih duduk di SMP. Ternyata di generasinya, nama tersebut asing sehingga menjadi sesuatu yang perlu ditanyakan.
Pertanyaan itu sebenarnya terjadi kemarin, yaitu ketika anakku yang kebetulan tidak masuk sekolah karena sakit, sedang menonton televisi. Kebetulan hari Sabtu, aku juga dirumah melihat acara yang sama, tayangan prosesi pemakaman Gito Rollies sehari sebelumnya. Pada tayangan tersebut juga diceritakan sekelumit tentang kehidupan masa lalunya, selanjut disampaikan juga testimoni teman-teman dekat yang ditinggalkannya.
Menurutku, acara yang ditayangkan televisi tersebut cukup menyentuh, positip. Saya yakin itu akan menjadi hiburan bagi keluarga dan fans yang ditinggalkannya, juga menjadi pencerahan bagi keluarga lain, yang bahkan tidak mengenal sebelumnya. Seperti saya ini. Bagaimana tidak, dari tayangan tersebut, anakku yang masih SMP bisa melihat, bagaimana seseorang yang beberapa puluh tahun yang lalu dikategorikan bengal, dalam kacamata ini adalah seorang pengkonsumsi narkoba, ternyata dapat berubah jika memang Tuhan menghendaki. Bahkan menjadi dai yang berusaha mewartakan firman Tuhan dan memuliakannya, serta memberi pengaruh positip teman atau orang lain di sekitarnya.
Jika mungkin dulu ada yang sinis ketika melihatnya menjadi dai, lalu berujar “ya karena nggak laku lagi sih“. Tetapi dengan melihat bagaimana dia dengan penyakitnya ternyata masih tetap konsisten, tanpa memperlihatkan keinginan untuk dibelas-kasihani, dan tetap tegar serta berusaha tetap berdakwah, maka tentunya itu “luar biasa“. Jika sekedar pelarian, pasti akan terbuka kedoknya.
Istrikupun menimpalinya: “Coba lihat, roman mukanya aja juga berbeda dibanding tahun-tahun mudanya, kelihatan ‘bagaimana’ begitu“. Benar juga, meskipun mengidap sakit kanker kelenjar bening cukup lama, beliau terlihat tegar. Bahkan terlihat pada tayangan tersebut, bagaimana di atas kursi rodapun tetap konsisten dengan sikap yang diambilnya itu, yaitu memanfaatkan waktunya yang semakin pendek untuk tetap bersaksi bahwa carilah dulu kerajaan surga, maka semua yang lain akan ditambahkannya.
Sekelumit tayangan akan kehidupan dan kematian seorang Gito Rollies, serta kesaksian teman-temannya menunjukkan bahwa yang lain tersebut telah Gito dapatkan juga.
Selamat jalan pak, sampai ketemu di surga. Amin.
Aku berkata kepadamu: “Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”
[Lukas 15:7]
Tinggalkan komentar