Terus terang ini penggalan artikel di Kompas, di sini. Saya tampilkan lagi karena bagian ini kalau dipikir-pikir, pendapat prof L. Wilardjo benar juga ! Logis !
Setelah Benazir Bhutto dibunuh, Pakistan dianggap lebih mengkhawatirkan daripada Iran.
Instabilitas polkam menyelimuti Pakistan dan Iran. Di kancah politik, ada unsur-unsur yang berhaluan garis keras. Mereka siap mati syahid dengan memicu bom bunuh diri. Pakistan mempunyai bom-A(tom), sedangkan Iran belum. Di tangan ideologiwan fanatik, bom maut dapat untuk meneror. Ini bukan kemuhalan moral; ini kemungkinan logis!
Bagi kelompok garis keras seperti Al Qaeda, jihad berarti melawan Barat yang zalim. Mereka berusaha mengimbangi Barat dalam segala hal. Menurut Ulil Abshar Abdalla, karena Barat punya bom nuklir, mereka bertekad memilikinya, tetapi ini tidak gampang sebab dihalangi Barat.
Di Indonesia tak ada pejabat sipil atau TNI yang menyatakan ambisinya untuk membuat senjata atom. Pendukung PLTN menegaskan, tujuannya hanya pembangkitan energi. Namun, wakil Greenpeace curiga, ada alasan militer di balik rencana itu.
Kaum anti-PLTN mengajukan seabrek keberatan. Dari segi keekonomian, ketergantungan, pencemaran, nilai budaya dan etika, keberadaan di lingkaran api dekat persentuhan tiga lempeng besar, kenyataan bahwa Indonesia mengekspor gas alam, dan masih adanya sumber daya energi yang belum digarap, dan lainnya tidak masuk akal jika kita membeli PLTN. Justru lebih logis kalau ada maksud untuk menjadikan PLTN sebagai batu loncatan ke senjata atom. Namun, yang logis ini tidak etis.
L. Wilardjo Guru Besar Fisika dan Etikawan UK Satya Wacana, Salatiga
Tinggalkan komentar