Semoga Tuhan memberkati !
Sejuk sekali kata-kata pada kalimat di atas, suatu kalimat kata yang umum diberikan pada akhir setiap perjumpaan atau pertemuan atau suatu tulisan yang panjang. Dari kata-kata tersebut diharapkan dapat membesarkan hati siapa saja yang mendengarkan. Suatu kata-kata yang diharapkan menjadikan keduanya, yang mengatakan maupun yang mendengarkan, dapat saling menyenangkan / membahagiakan satu sama lain. Karena saling memberi harapan positip.
Tapi apa sebenarnya yang disebut orang “terberkati” tersebut ?
Meskipun kata-kata itu sering kita dengar di lingkungan masyarakat dengan kerohanian tinggi (saleh) , dan telah menjadi kosa kata umum. Tetapi kalau ditelaah lebih jauh, mungkin tidak banyak yang tahu makna sebenarnya. Tidak percaya ?
Cerita ini aku dengar dari istriku yang kemarin baru saja pulang dari gedung pastoral mendengarkan sharing rohani dengan salah satu romo dalam rangka renungan persiapan paskah minggu depan. Romo tersebut sharing pengalamannya tentang apa yang namanya terberkati itu, yang ternyata bisa mempunyai konotasi berbeda-beda satu sama lain.
Syahdan suatu kali, romo tersebut diminta memberikan ibadah penyegaran rohani oleh sekelompok orang-orang muda karyawan beragama Katolik disuatu perkantoran besar, pada hari Jumat. Hari tersebut dipilih karena kebetulan pada saat yang bersamaan para karyawan Muslim juga beribadah di Mesjid. Jadi ini memang hebat yang mimpin perkantoran tersebut, punya visi dan misi kepada karyawannya yang positip. Jadi tepatnya pada saat yang bersamaan tersebut, selain karyawan Katolik, maka kumpulan karyawan Kristen Protestan juga mengadakan kegiatan yang sama sehingga perlu memanggil Pendeta.
Kebetulan pada hari H tersebut, baru saja selesai hujan deras, dimana-mana di Jakarta macet, dan ada juga berita terjadi banjir. Karena mendapatkan berita seperti itu , romo yang mendapat mobil dinas tua, mikir dua kali pergi ke acara tersebut dengan kendaraan sendiri. Tetapi karena harus datang tepat waktu dan jangan sampai mengecewakan, maka romo tersebut memutuskan untuk datang dengan naik ojek. Lokasi tidak terlalu jauh, cepat karena bisa menghindar dari macet, dan biayanya relatif tidak seberapa, jika dibanding nanti harus parkir di gedung parkir berjam-jam. Pokoknya bagi romo tersebut itu adalah pertimbangan paling baiklah.
Selanjutnya acara kebaktian rohani dari masing-masing karyawan, baik yang Muslim, Kristen maupun Protestan dapat berjalan dengan lancar. Tentunya di tempat masing-masing yang berbeda, yang sama hanya waktunya saja, karena memang dialokasikan pada waktu yang sama.
Singkat cerita akhirnya usai sudah. Seperti halnya yang santun maka para karyawan panitia acara akan mengantar para pembimbing rohani masing-masing untuk pulang. Romo dan Pendeta diantar bersama-sama oleh para kelompok karyawan yang sesuai. Karena sama-sama pengikut Kristus maka tentu saja suasananya akrab, satu sama lain, antara Romo (Katolik) dan Pendeta (Kristen). Akhirnya sampailah di lobby gedung. Agar tidak bertele-tele maka Pendeta tersebut langsung menuju car-call memanggil nomer mobil tertentu. Tidak lama kemudian masuklah mobil hitam besar menuju pintu lobby. Alphard ! Pendeta tersebut dengan senyum hangat memberi salam kepada para pengantar tersebut, “Semoga Tuhan memberkati !”, sambil masuk pintu mobil dan menutupnya. Masih tersenyum.
Para karyawan tadi yang masih ternganga, membalas salam juga, “Amin”.
Tinggal romo yang masih ada, “saya panggilkan kendaraannya romo”, seorang karyawan dengan sopan menawarkan jasa. Jawab romo tersebut:”wah nggak perlu, saya akan jalan ke luar, tadi naik ojek itu koq.”
Tanpa sadar, dari antara karyawan pengantar tersebut ada yang nyeletuk : “Wah pendetanya lebih terberkati ya !”
Romonya mendengar ….???? !!!! ?????
lalu . . .
Itulah materi pembuka yang disampaikan romo tersebut untuk menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan “berkat”. Apakah hanya seperti itu yang disebut “berkat” ?
He, he, pokoknya asyik deh ceritanya.
Tinggalkan komentar