Ini bukan tentang Tom and Jerry, yang di TV dan menjadi favorit anak-anakku lho, tapi ini tentang Jerry, mantan mahasiswaku yang baru saja diwisuda tanggal 12 April yang lalu. Jadi anak muda tersebut telah resmi sekarang menyandang gelar sarjana teknik. Betul begitu khan Jerry.

Seperti pada umumnya kelulusan anak sekolah, suasananya dipenuhi doa rasa syukur kepada Tuhan oleh orang tuanya, sedangkan anaknya kesana-kemari penuh senyum  karena dapat membanggakan keluarga serta teman-temannya. Sedangkan bagi dosennya sendiri, itu menjadi suatu kelegaan, karena tugasnya mendidik telah tuntas.

Kelegaaan. Lho koq hanya lega pak. Nggak yang lain ?

Ya lega begitu. Ya gimana lagi, meluluskan murid merupakan suatu pekerjaan, yang menjadi keharusan, sesuatu yang rutin begitu. Jadi biasa-biasa sajalah. 😐

Wah pak Wir ini koq gimana gitu !?!

Maksudnya ? Apakah ada yang aneh dengan sikapku di atas. Itu khan seperti halnya dokter, yaitu menyembuhkan orang sakit yang merupakan pekerjaaannya, jadi jika keluarga pasiennya sangat bersyukur, maka dokternya merasa lega bahwa obatnya manjur. Kenapa, ya karena sudah rutinitas, bahkan heran jika yang diobati akan bertambah parah. Bisa panik itu. Jadi sama juga seperti dosen, kalau mahasiswanya lulus, yah memang begitu seharusnya. Jika tidak lulus, itu baru pusing mikirnya. Jangan-jangan itu karena dosennya nggak bisa ngajar !  😦

 

Dosennya itu baru bangga, jika si murid yang lulus tersebut dapat menunjukkan bahwa apa-apa yang dia pelajari bersama dengan dosennya itu ternyata berguna, bagi hidupnya, karir dan pekerjaannya, bahkan kalau bisa adalah berprestasi. Karena dengan demikian itu akan menunjukkan siapa gurunya. Ya si dosen itu. Benar khan.

Saat-saat mengetahui seperti itulah adalah saat-saat yang menjadi kebanggaan bagi dosennya, termasuk aku ini. Kelulusan hanyalah sekedar formalitas belaka dari institusi bahwa murid tersebut telah selesai mengikuti pembelajaran di kelas yang diselenggarakan. Itu bukan menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah ‘purna’ menuntut ilmu.

Jadi dengan latar belakang seperti itu, ketika si Jerry mahasiswaku tersebut mengirim surat bahwa telah diterima bekerja, maka itulah kebanggaanku. Apa yang menjadi keberhasilan seorang murid akan membanggakan gurunya, apalagi secara khusus memberitakan ke aku. O ternyata dia masih ingat, gitu khan.

Jadi kebanggaan pertama adalah bahwa aku kami sanggup mengantar seseorang untuk menjadi sarjana yang laku. Ini khan penting, di sekitar banyak yang sinis mengatakan bahwa perguruan tinggi hanya bisa menciptakan pengangguran terdidik. Iya khan. Berita di atas merupakan bukti nyata bahwa kami tidak seperti itu. Iya khan. 😀

Kebanggaan kedua, bahwa sarjana yang baru lulus tadi tetap tekun pada bidang ilmu yang menjadi pilihannya. Kebanggaan kami bahwa bidang engineering yang kami tekuni ternyata ada yang meniru. Orang meniru khan menganggap bahwa yang ditirunya itu baik bukan. Artinya kita (yang menekuni bidang engineering) dianggap baik. He, he, he GR. Gitu ya.  Itulah mengapa judul threat ini adalah seperti di atas. Selamat datang Jerry, dalam komunitas engineer. 😛

Hal di atas perlu digaris-bawahi dan cukup penting. Tahu sendiri khan, banyak pengangguran jadi sekarang banyak sarjana bekerja asal bekerja, realitis katanya, meskipun tidak pada ilmu yang digelutinya.  Meskipun untuk hal tersebut tentu perlu dimaklumi bahwa pada satu sisi, ada kata syukur bahwa seorang sarjana dapat diterima kerja (bukan pengangguran), tetapi khan nggak afdol gitu. Jika itu sarjana lulusan bidang teknik sipil, lalu ngapain kemarin belajar susah-susah tentang mekanika teknik, beton dll, jika pada akhirnya nggak dipakai. Hanya sekedar gelar ijazah saja. Kalau tahu gitu pilih aja jurusan yang gampang, yang penting S1-nya diakui, begitu bukan. Jadi jika seorang tetap menggeluti bidang yang ditekuninya, wah salut itu. Saya yakin orang yang fokus akan lebih baik dari yang generalis.

Ini lho email dari alumni UPH yang baru ku terima.

Jerry Atmaja // Mei 26, 2008 at 3:15 pm 

Pak Wir, apa kabar ? Saya sekarang kerja di kontraktor pondasi. Nama perusahaannya PT. Masterpancang Pondasi. Perusahaan baru sih, lagi mulai berkembang.
Kebetulan kemarin saya pergi ke daerah Pacitan via Solo dan menemukan hal yang menarik di jalan.. Saya foto, ini lho pak : http://www.box.net/shared/i4p435u8cs

itu foto Jembatan Kedawung yang ada di jalur Solo – Pacitan. Saat ini sedang mengalami masalah penurunan pondasi pada kedua pier di tengah bentang. Sehingga saat ini hanya boleh dilewati 1 jalur saja. Menurut supir mobil rental, hal ini terjadi dikarenakan sungai Bengawan Solo yang meluap beberapa waktu yang lalu (lupa tepatnya 😛 ). Sungai di bawah jembatan ini terhubung ke bengawan solo.

Salam,
Jerry

Kebanggaan ketiga , ternyata engineer baru ini telah curious, mempunyai keingin-tahuan yang besar tentang dunia konstruksi, dunia karir baru yang dipilihnya. Itu ditunjukkan dengan foto-foto tentang jembatan yang dia temui untuk didiskusikan.  Adanya foto-foto tersebut, berarti yang bersangkutan meluangkan waktu untuk berhenti, dan turun dari kendaraan untuk berkeliling melihat dari dekat jembatan tersebut. Istilah teknisnya adalah melakukan investigasi, melihat fenomena nyata yang berkaitan dengan bidang yang digelutinya. Kemudian merenungkan, mengapa itu bisa terjadi, dengan mencocokkannya dengan ilmu-ilmu yang telah dipelajari terdahulu.

Proses seperti itu bagi seorang engineer adalah sangat penting, karena menghubungkan kenyataan dan teori. Jika itu sering dilakukan dan dilanjutkan dengan perenungan, untuk menelaah fakta maka yang bersangkutan secara tidak sadar telah mengasah feeling, dan pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan engineering judgement yang berguna untuk memutuskan perkara-perkara rekayasa yang pelik, yang seakan-akan tidak ada di bangku kuliah. Yang mana bagi orang awam melihatnya sebagai mampu berinovasi, begitu lho.

Foto yang gimana sih pak, yang Jerry kasih lihat ?

Ok baiklah. Ini lho serangkaian foto tentang jembatan yang dimaksud.


Jembatan Kedawung di jalan Pacitan-Solo

Bagi seorang awam, maka tentu tidak terlihat sesuatu yang istimewa, kecuali ada drum-drum sebagai rambu dan juga terlihat sedikit ada penurunan. Tentu ada pertanyaan mengapa ada drum-drum seperti itu dan hanya boleh dilewati satu jalur saja. Gitu khan.

Tapi bagi engineer, itulah objek pekerjaannya. Cukup relevankah dipasang drum tersebut. Tentang adanya penurunan tersebut, mana yang rusak. Apakah penurunan pada jembatan tersebut masih dapat diperbaiki atau bagaimana.

Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, Jerry si engineer muda turun dari kendaraan. Karena pakai mobil sewaan maka tentu meminta si sopir untuk berhenti. Wah, kayaknya ini seperti aku tempo hari. Padahal aku melakukan itu setelah jadi dosen dan khususnya setelah banyak menulis. Jadi sudah berumur begitu. Sebelumnya hanya membatin aja, nggak secara khusus meluangkan waktu untuk melihat dari dekat. Tapi si Jerry melihat secara lebih detail. Cukup antusias khan.

O ternyata jembatan Kedawung itu dari girder-baja, atau box ya. Tapi yang terakhir ini rasanya koq tidak ya, karena jematan ini cenderung lentur saja, yang dominan jadi kemampuan torsi tinggi pada jembatan box nggak perlu. Jadi kalau pakai box pasti akan lebih mahal khususnya dalam erection. Kecuali jika strategi erection-nya sliding atau kantilever. Tapi kalau melihat ada pier di tengah maka erectionnya model diangkat biasa. Jadi girder tentu lebih mudah.

Coba perhatikan tumpuannya, ternyata sistem jembatannya simple-beam doang. Nggak menerus. Perhatikan detail tumpuan jembatan tersebut.

 

Jelas khan sekarang. Jadi pada satu pier ada dua tumpuan. Girder kiri dan girder kanan tidak menyatu Itu fungsinya bisa sebagai sendi atau rol begitu lho. Lantai jembatannya juga terpisah, ada siar dilatasi. Jadi secara struktur pada prinsipnya jembatan kiri dan jembatan kanan terpisah terhadap beban tetap (Gravitasi). Oleh karena itu dalam pemodelannya cukup diserderhanakan sebagai struktur simple beam.

Meskipun bentuk tumpuan kiri dan kanan seperti pada foto di atas adalah sama tetapi dipilih prinsip sendi-rol dan bukannya sendi-sendi atau rol-rol. Hayo mengapa ? Ini kelihatan sebagai masalah simpel lho, seorang engineer harus bisa menjelaskan tuntas. Kalau seorang tukang, maka dia cukup mengatakan, “ya memang begitu pak. Itu seperti juga jembatan-jembatan yang lain. Itulah fakta”. Seorang tukang cukup mengandalkan pengalaman empirisnya saja. Jadi semakin tua, maka seorang tukang semakin matang, tetapi fisiknya semakin lemah sehingga tidak berkiprah lagi. Bagi seorang engineer maka perlu mengetahui rasional dan cara kerja bentuk fisik yang dijumpai. Bentuk fisik bisa sesuatu yang baru yang belum pernah dilihat sebelumnya. Tetapi cara kerja bentuk sistem tersebut tentu dapat dijelaskan dengan pemahaman lama yang dia ketahui. Bentuk tumpuan di atas lebih dominan menahan gaya vertikal dibanding gaya lateral. Bisa sedikit bergeser secara lateral dan juga berotasi. Konsep tumpuan yang hanya bisa menahan gaya vertikal dalam pembelajaran mekanika disebut ROL. Padahal secara fisik nggak kelihatan yang ngerol. Iya khan.

Jadi harusnya jembatan rol-rol ya pak ?

Mana ada jembatan yang rol-rol, kalau dihitung nggak stabil itu.

Tapi itu di atas khan identik.

Ya memang begitu secara fisik, tetapi secara modeling lain.

Koq bisa begitu pak. Nggak konsisten ya.

Bukannya nggak konsisten, itu bahkan konsisten. Jadi meskipun tumpuan itu hanya rol, tetapi diatasnya ada pengikat. Perhatikan di girder, di atas tumpuan dan di bawah lantai jembatan. Lihat nggak pengikat tersebut. Itulah yang berfungsi memegang secara lateral jembatan tersebut. Gabungan pengikat dan rol di atas maka sistem jembatan dapat dimodelkan sebagai sendi-rol, terhadap beban gravitasi.

Selanjutnya tentang pengikat tersebut harus diteruskan dari girder ke girder akhirnya menuju ke sistem pondasi. Perhatikan bagian tumpuan jembatan. Jerry, engineer muda, membuat fotonya untuk kita sebagai berikut.

Tambah jelas khan sekarang. Pengikat yang ada di atas tumpuan tadi menerus sampai ke abutment. Jadi inilah yang menahan jembatan dari gaya lateral (jika ada).

Lho koq kecil.

I ya itu khan hanya menerima aksial tarik saja.

Dengan argumentasi di atas maka untuk tahap ini dapat disimpulkan bahwa sistem jembatan yang terdiri dari banyak bentang tersebut pada prinsipnya adalah jembatan simpel beam, dan bukannya jembatan sistem menerus.

Eh ingat, secara fisik kelihatan menerus, tetapi secara pemodelan struktur adalah jembatan-jembatan terpisah yang dipasang seri gitu lho.

Tapi apa hubungan antara penjelasan bapak yang panjang lebar tentang simpel beam tersebut dengan kerusakan jembatan  atau dipasang drum-drum yang kelihatan pada gambar pertama kali itu pak ?

Ah kamu itu, mau langsung aja.

Penjelasan saya di atas cukup penting. Karena dipilih sistem jembatan simple beam yang statis tertentu biasa, maka sistem jembatan tersebut tidak peka terhadap kerusakan tumpuan, misalnya terjadi penurunan jembatan. Jadi fakta di atas ingin menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan karena piernya, tetapi jembatan di atasnya masih utuh tidak terjadi kerusakan. Kecuali terjadinya penurunan tersebut. Jadi perencananya sudah benar. Coba bayangkan jika itu digunakan jembatan beton yang menerus, maka dengan adanya kerusakan pada piernya maka sistem jembatan di atasnya juga pasti rusak. Jika demikian jika pier rusak, jembatan atas juga rusak, maka jalan yang paling baik adalah mengganti dengan jembatan baru disampingnya.

Tetapi karena sistem di atas bukan jembatan beton menerus, tetapi jembatan baja yang terpisah-pisah yang dipasang seri maka kerusakan dapat dilokalisir, hanya pier-nya saja.

Kerusakan adalah akibat banjir, itu masuk akal. Karena sistem jembatan tersebut relatif ringan, maka scouring dari banjir adalah penyebabnya. Jadi bagian bawah perlu di investigasi lebih lanjut. Itu pekerjaan orang tanah. Yang ditakutkan akibat scouring tersebut adalah ada tanah di bagian pondasi tersebut yang hilang terbawa arus banjir. Jika itu pondasi dangkal, wah bisa gawat. Apalagi kalau sampai bergeser yang menyebabkan pier miring (tilting). Itu sangat berbahaya karena mengakibatkan eksentrisitas tambahan bila diberi pembebanan di atas. Eksentrisitas tambahan tersebut menyebabkan timbul momen pada bagian bawah pondasi. Padahal bagian tesebut diduga rusak. Itulah mengapa dept PU setempat memberi drum-drum di atas, yaitu untuk membatasi beban yang bekerja pada jembatan. Dengan demikian momen yang terjadi (bila ada) relatif kecil. Sehingga untuk sementara jembatan masih dapat menahan beban sambil menunggu investigasi bagian bawah pondasi dengan lebih baik.

Mungkin itu nunggu musim kemarau dan dana ya, koq belum dikerjakan.

GItu Jerry, siapa tahu kontraktor pondasi kamu yang mengerjakan proyek tersebut.

Ok Jerry, sukses ya !

O ya ada yang lupa, sebagai dosennya aku ingin mengucapkan terima kasih pada perusahaan PT. Masterpancang yang telah memberi kepercayaan kepada alumni kami untuk bekerja pada perusahaan tersebut. Sedang pada sisi lain saya juga ingin mengatakan bahwa sebenarnya anda beruntung dan ternyata HRD anda telah memilih dengan tepat. Bagaimanapun saya cukup mengenal saudara Jerry, dia merupakan salah satu mahasiswa saya yang cukup aktif, mulai dari team jembatan yang merebut gelar pertama di UI dulu (2005), juga sebagai bekas ketua HMJ, juga skripsinya di bawah bimbinganku, dan terakhir masih mau terlibat aktif membantu risetku di UNPAR. Jadi dia termasuk salah satu andalanku. Jadi jika perusahaan anda menerimanya dengan baik, memberi suasana dan kepercayaan, maka saya pribadi yakin bahwa dia akan menjadi kader masa depan yang baik.

Semoga sukses menyertai PT. Masterpancang juga.

Salam dari Kampus Karawaci.

9 tanggapan untuk “welcome to the engineering world, Jerry”

  1. caktopan Avatar

    Membaca tulisan p’ wir ini saya jadi berpikir ulang. Saya ini engineer bener ato engineer beneran, ya? Seperti yang bapak bilang, “Lebih baik yang fokus daripada yang generalis”. Dulu waktu kuliah, saya itu belajar transportation. Kerja pertama kali di perusahaan lokal prestressed concrete. Semua hal dipelajari lagi sampe box girder. Karena mengejar rupiah, cabut lagi pindah ke perusahaan asing konstruksi baja. Uda gitu, kode yang dipake pun ‘sedikit’ berbeda. Seumur2 saya kuliah, baru setelah bekerja di perusahaan kedua saya denger API Code. Belajar lagi dari semula.

    Sekarang saya dilanda kejenuhan. Pengen belajar sesuatu yang baru lagi. Bukan struktur lah..pokoknya lainnya…

    Saya engineer beneran ato engineer bener ?

    Kalo beneran, tentu lebih baik saya fokus dengan apa yang saya kerjakan sekarang. Tapi namanya jenuh juga pasti ada, ketika yang dikerjakan itu-itu saja, pak. Kalo bener, ya…saya engineer yang bener. Tertib dengan kode yang berlaku.

    Anyway, Welcome to Engineering Community, Jerry.

    Suka

  2. Jerry Avatar
    Jerry

    wah langsung dibahas.. 🙂 terima kasih banyak Pak Wir.. Kebetulan saya lewat situ untuk meninjau lokasi proyek dan jembatan ini menjadi masalah dalam mobilisasi alat berat ke lokasi. Jadi harus cari jalan alternatif. 🙂

    Suka

  3. Rainy Avatar
    Rainy

    Wah kebetulan sekali Jerry ini satu kantor sama saya.

    Melihat tulisan bpk. Wir tentang Jerry membuat hati saya tergugah. Bagaimana tidak, ketika hati saya yang penuh rasa mengeluh dan depresi ketika melihat tulisan ini membuat saya berpikir ulang tentang hidup saya. Seorang Jerry mampu membuat hidupnya lebih berarti ketika dia memutuskan untuk mendedikasikan kisahnya ke dalam bidang yang sudah dia geluti ketika kuliah dan tidak pernah menyerah dengan apa yang selalu dia perjuangkan.

    Bukan berarti saya sangat mengenal Jerry, tapi tersirat dari kata-kata Bpk.Wir kalau Jerry adalah orang yang pantang menyerah pada hidup. Begitu pun seharusnya saya, seharusnya tidak banyak terlalu mengeluh pada pekerjaan saya. Saya sangat berharap kalau orang seperti Jerry dapat menginspirasi orang-orang yang bekerja di Master Pancang untuk lebih semangat dan menghargai pekerjannya.

    Thanx for the inspiration Jerry…

    Suka

  4. noonathome Avatar
    noonathome

    Tulisannya inspiratif sekali. Saya jadi berpikir bahwa sebagai dosen/pembimbing (saya bukan dosen, cuma sesekali membimbing mahasiswa saja) juga harus terus mencerahkan diri supaya dapat tetap dapat menurunkan ilmunya atau menghasilkan lulusan seperti Jerry ini. Tiada lain yang membuat kita bangga selain menerima email seperti itu….

    Suka

  5. safrizal Avatar
    safrizal

    Pak tulongin saya….
    kirimin saya BJ zincalume (atap ringan)
    saya tunggu pak wir ya,..
    thanks bgt

    Suka

  6. kabar dari murid #1 « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] welcome to the engineering world, Jerry – Mei 27, 2008 […]

    Suka

  7. perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] welcome to the engineering world, Jerry – 27 Mei 2008 […]

    Suka

  8. Jabon/jabon Avatar

    yach… mungkin fokus adalah kunci dari satu keberhasilan…

    Suka

  9. sisiwa smk n 3 takengon aceh tengah Avatar
    sisiwa smk n 3 takengon aceh tengah

    POSTINGAN NYA BAGUS, PERLU BANYAK LAGI BIAR MAKIN BAGUS

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com