Judul yang singkat, tetapi pasti bermakna. Coba, apa kegiatan positip anda hari ini, atau yang baru-baru ini. Sebutkan !
Jawabannya tentu bisa beragam, tergantung interprestasi pribadi masing-masing.
Jika pertanyaan itu diberikan ke pak Tung Desem Waringin, tentu beliaunya akan bersemangat menceritakan bahwa dia adalah satu-satu orang Indonesia yang berjiwa sosial sekaligus sensasional. Gimana lagi, itu lho dengan cara menyebar duit 100 juta itu dari pesawat terbang dan dengan liputan media massa. Positip khan. He, he, sinterklas aja kalah.
Coba bayangkan, itu di TV terlihat ada seorang ibu yang sedang hamil gede ikut berlarian hanya untuk mendapat duit Rp 1000 yang disebar dari angkasa tersebut. Bayangin berlari-larinya pada kondisi hamil tua, bisa-bisa nanti ke dokter, ongkosnya bahkan lebih banyak daripada duit yang didapet dari pak Tung. 😛
Pikirkan, apakah bagi ibu tersebut itu merupakan hal yang positip.
Juga kalau anda tanyakan kepada orang-orang yang minggu kemarin di MONAS, apa kegiatannya. Tentu ada yang bilang positip, “wah saya sudah bisa menegakkan kebenaran“. Tetapi tentu ada yang sebaliknya, “positip gimana, ini kepala di plester“. Meskipun demikian ada saja yang masih bisa menyukuri “untung aku bisa menjaga emosi“. 😐
kalau pak Wir, kegiatan positip apa yang Bapak lihat hari ini ?
Dua hal di atas, menurut saya bukan sesuatu yang positip. Kalau pak Tung mah, itu bukan sosial, itu memang tujuannya cari sensasi. Pintar juga pak Tung, dengan modal 100 juta plus sewa pesawat, maka dia bisa bikin berita, yang diadopsi TV swasta dan siapa tahu koran juga. Itu khan murah daripada bikin iklan khusus. He, he, mungkin dari sisi pemasaran ini positip ya. 😛
Bagi yang ingin cepat populer, bisa lho di tiru.
Sedang yang di Monas itu bahkan cenderung NEGATIF. Bayangkan saja, ada orang-orang berkedok agama, tapi mukulin orang. Itu jelas kampanye NEGATIF. Itu juga menjelaskan mengapa pendiri-pendiri bangsa ini memilih PANCASILA sebagai dasar negera dan bukannya AGAMA.
Hidup PANCASILA ! Kemarin minggu khan ulang-tahunnya khan.
O ya, untuk Bapak Presiden, pemimpin utama negeri ini, saya sebagai rakyat mendukung sikap tegas Bapak atas perbuatan tidak senonoh, kekerasan di depan halaman rumah Bapak sendiri, yaitu Monas, pada hari minggu kemarin. Jangan takut pak, meskipun orang-orang tadi berkedok agama, tetapi saya yakin dan seyakin-yakinnya bahwa Allah Tuhan yang Maha Esa pasti akan malu jika melihat perbuatan orang-orang itu. Itu bukan tindakan yang dapat memuliakan Tuhannya.
Sekali lagi pak Presiden, tunjukkan kepemimpinan Bapak berkaitan dengan hal tersebut. Karena yang disebut kegiatan positip khan tidak hanya yang seremonial-seremonial belaka khan.
O, jadi pak Wir ini mau menceritakan kegiatan positip pak Presiden ya ?
O belum dik. Itu hanya sekedar pesan “suara rakyat banyak”. Gitu dik.
Sebagai seorang guru atau dosen, maka tugas utama adalah memotivasi anak didik dan memberi bekal pendidikan dan pengajaran kepada anak didik agar masa depannya lebih baik. Oleh karena itu jika ada kegiatan-kegiatan positip untuk itu maka dengan senang hati untuk mengikutinya.
Tadi baru dari Depok, jika tempo dulu mewakili institusi menjadi dosen pembimbing bagi mahasiswa-mahasiswanya untuk mengikuti kegiatan positip. Maka tahun ini mencoba agak berbeda, sekarang scope agak lebih luas, yaitu membantu kegiatan institusi pendidikan lain, yaitu Politeknik Negeri Jakarta sebagai host pemerintah untuk penyelenggaraan kegiatan positip tersebut.
Kegiatan positip yang dimaksud adalah kompetisi jembatan indonesia ke-4, saya diminta menjadi anggota juri. Ini khan kegiatan positip bukan.
Dari hasil rapat hari ini yang membahas tentang evaluasi proposal peserta kegiatan tersebut maka hati rasanya cukup senang, ternyata kegiatan lomba jembatan telah menjadi agenda nasional negeri ini. Kegiatan tersebut dapat disebut positip karena memberikan ajang bagi mahasiswa-mahasiswa teknik sipil indonesia untuk berkompetisi ilmiah. Sampai tadi udah diterima 46-48 proposal untuk dievaluasi. Banyak khan.
Wah itu sih banyak, karena dari jumlah itu, nanti hanya dipilih 12 untuk model baja dan 6 untuk model kayu. Persaingan sangat ketat.
Setelah para juri berdiskusi tentang strategi penilaian, dan item-itemnya maka pihak penyelenggara ternyata cukup cerdik untuk membagi tugas. Semua proposal tersebut telah digunting bagian-bagian yang memberi informasi nama institusi dan lain-lain. Sebut saja sebagai proposal buta. Hanya diberi kode saja, yaitu K (kayu) lalu nomer dan S (steel) lalu nomer. Pokoknya saya sebagai juri nggak tahu, ini proposal dari universitas mana.
Lalu sejumlah itu dibagi menjadi 9 , yaitu jumlah juri untuk dinilai.
Jadi ternyata depdikbud dan juga PNJ sebagai tuan rumah masih dapat terus menyelenggarakan kegiatan positip dan juga mendapat tanggapan positip dari para peserta yaitu mahasiswa teknik sipil Indonesia.
Jadi masih ada saja yang positip di Indonesia ini ya.
Terima kasih Tuhan. 😛
Note : ada yang ketinggalan, kegiatanku untuk bangun di tengah malam hanya sekedar menulis di blog ini secara rutin khan juga merupakan kegiatan positip bukan. Saya usahakan, setiap tulisanku pasti ada maknanya, tidak sekedar asal punya komentar banyak. Bahkan kalau ada komentar tidak ‘baik’, maka aku hapus saja. Itu positip nggak ya. 😛
Tinggalkan komentar