The 2nd International Conference of EACEF 2009

Kata pengantar dari Wiryanto Dewobroto

Meskipun Jurusan Teknik Sipil UPH relatif masih baru dan kecil jumlah anggotanya, tetapi dalam berkarya, tidak merasa minder dengan teman-teman dari Jurusan Teknik Sipil yang lain. Bahkan merasa, karena anggotanya belum banyak, jadi masih terasa tangkas untuk loncat sana loncat sini.

Saat ini tengah dijalin kerja sama dengan Jurusan Teknik Sipil Atmajaya Jogyakarta untuk mengadakan Seminar Nasioanl di UPH tahun depan. Adapun hasil kerja sama serupa dengan Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Malaysia, telah mendapat kesepakatan, yaitu akan menyelenggarakan seminar EACEF ke dua bersama-sama event mereka di Awana Porto Malai, Langkawi, Kedah Darul Aman, Malaysia (4 – 6 August 2009). Jadi kalau ini (Eacef 2nd) adalah Konferensi Internasional, adapun UPH dalam hal ini di back-up oleh pakar-pakar dari Uni-Stuttgart, Jerman, sedangkan UTM menggandeng pakar-pakar dari British. Seru khan.

Dengan maksud memberi peluang agar ada teman-teman peneliti Indonesia dapat mempresentasikan karya tulisnya pada konferensi international tersebut di Malaysia dan dapat bertemu dengan pakar-pakar international, maka Prof. Harianto mencoba melakukan pendekatan ke pihak UTM agar diberikan harga discount. Dan itu telah berhasil. Jadi mumpung ada harga discount maka diharapkan teman-teman dapat bergabung dengan seminar tersebut.

Ini surat resmi dari Prof. Harianto tentang Seminar Internasional di UTM Malaysia yang merupakan kelanjutan EACEF yang tempo hari sukses diselenggarakan di UPH bekerja sama dengan Uni-Stuttgart, Jerman.

Semoga teman-teman dapat mendukung acara tersebut untuk bersama-sama mewakili Indonesia dipentas Internasional. Merdeka !

Lanjutkan membaca “The 2nd International Conference of EACEF 2009”

pengangguran terdidik 4.5 juta

Judul di atas saya comot dari harian Kompas yang terbit pagi ini. Sebagai seorang yang bekerja (hidup) di bidang pendidikan, yaitu sebagai dosen di perguruan tinggi swasta, maka sedikit banyak judul tersebut menimbulkan kesan khusus, sekaligus juga menumbuhkan pertanyaan, “apakah saya dalam hal ini termasuk sebagai salah satu pencipta para penganggur tersebut“. Jumlah 4.5 juta jelas banyak sekali. Memang sih, itu tidak hanya terdiri dari alumni universitas (sarjana) tetapi juga alumni SMA, SMK, atau program diploma.

Lanjutkan membaca “pengangguran terdidik 4.5 juta”

pelaksanaan KJI-08

KJI, Kompetisi Jembatan Indonesia 2008 baru saja selesai. Jika pada tahun 2005 dan 2006, penulis datang sebagai peserta, maka pada tahun ini datang sebagai Juri. He, he, he, peningkatan ya. 🙂 Kelihatannya hanya penulis saja yang mempunyai pengalaman seperti itu, teman-teman Juri yang lain umumnya belum punya pengalaman sebagai peserta.

Lanjutkan membaca “pelaksanaan KJI-08”

pre-announcement Seminar Baja JISF-FTUI 2008

Ilmu struktur baja bagi kalangan engineer di Indonesia relatif kurang berkembang dibanding dengan ilmu struktur beton, moga-moga ini pendapat pribadi. Bagaimanapun itu tergantung dari pengalaman yang dimilikinya. Tentang hal tersebut saya ingat, sewaktu di PT. W&A kelihatannya yang ngerjain perencanaan baja, ya itu-itu saja orangnya, dan saya termasuk pada kategori yang itu-itu tersebut. 🙂

Lanjutkan membaca “pre-announcement Seminar Baja JISF-FTUI 2008”

lagi-lagi SERTIFIKASI

Tentang sertifikasi tentu tidak asing lagi, khususnya untuk mengkategorikan pekerja sebagai yang disebut PROFESIONAL. Ijazah tidak lagi ampuh untuk menunjukkan profesionalitas seseorang. Kasusnya ini khan akhirnya berkembang seperti kedokteran, ada dokter umum dan ada dokter spesialis, keduanya tidak ada hubungannya dengan gelar Ph.D yang dimilikinya. Kalau mau praktek maka gelar spesialis lebih mantap dibanding gelar Ph.D begitu kira-kira.

Lanjutkan membaca “lagi-lagi SERTIFIKASI”

100 Tahun Roosseno

Kata Pengantar dari Wiryanto Dewobroto

Pagi ini membaca harian Kompas, saya cukup tergugah dengan artikel yang ditulis oleh Prof. Wiratman. Sangat jarang beliau menulis tentang pengalamannya dengan pribadi seseorang. Jadi kalau artikel beliau hari ini di harian Kompas tentang pengalamannya dengan seseorang, maka pastilah orang tersebut mempunyai kesan yang mendalam dan istimewa.

Orang yang dimaksud ternyata Prof. Roosseno yang mempunyai bidang keahlian yang sama dengan Prof. Wiratman. Isinya tentu istimewa bagi kita, para yunior yang mempunyai bidang keahlian yang sama ini. Oleh karena itu tulisan beliau di harian Kompas saya copy-paste kan di blog ini agar lebih mudah dibaca.

Terus terang bagi saya, Prof. Wiratman Wangsadinata, adalah bapak beton Indonesia penerus (pengganti) dari bapak beton Indonesia yang pertama yaitu Prof. Roosseno.

Silahkan baca.

Lanjutkan membaca “100 Tahun Roosseno”