Bulan September ini adalah bulan Ramadhan, dimana pada bulan ini umat muslim diseluruh dunia melakukan puasa sebagai bentuk pertobatan agar dosa-dosanya dapat diampuni. Oleh karena itu bulan Ramadhan dianggap juga sebagai bulan suci, bulan dimana umat muslim berusaha dengan kuat untuk tidak jatuh dalam perbuatan dosa. Tentang hal tersebut, anakku yang nasranipun tahu, jadi ketika siang hari makan/minum di dalam mobil maka diusahakan untuk tidak menarik perhatian. Itu dilakukan sebagai bentuk pemahamannya untuk menghormati rekan-rekannya yang muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.
Dalam suasana seperti itu, maka sangatlah kaget jika kemarin ini di kota Islamabad, Pakistan, yang dikenal sebagai negara dengan mayoritas berpenduduk muslim, terjadi bom yang sangat dahyat . Terjadinya di hotel yang namanya sama, yang di bom tempo hari di Jakarta, yaitu hotel Marriot. Perhatikan foto berikut yang kuambil dari harian Kompas, Sabtu 20 September 2008.
Jika anak kecil saja bisa memahami arti bulan Ramadhan, meskipun dianya tidak merayakan, maka jelas terjadinya bom tersebut di atas adalah suatu bentuk penghinaan yang sangat keras bagi umat muslim di bulan Ramadhan ini. Sampai saat tulisan ini ditulis, memang belum ada pernyataan yang jelas tentang siapa yang berbuat keji seperti itu. Pasti itu manusia yang berjiwa binatang !
wah pak, itu menghina lho !
O benar juga ya, kasihan binatang ya. Saya kira, binatangpun nggak akan berbuat seperti itu. Jadi itu pasti IBLIS ! Benar ya ?
menurut pak Wir, bagaimana itu ?.
Menurut saya, itulah fakta, yang menunjukkan bahwa di abad sekarang ini telah diakui bahwa kemajuan ilmu pengetahuan sangat pesat, tetapi ternyata itu semua tidak ditujukan bagi kesejahteraan umat manusia. Adanya bom Itu menunjukkan bahwa rasa DENGKI manusia lebih besar dari rasa SYUKUR. Pasti yang melakukannya ada rasa tidak puas dengan apa yang dialaminya selama ini.
Lebih gawat lagi, jika ternyata nantinya dapat dibuktikan bahwa yang melakukannya adalah orang yang memakai kedok agama. Kenapa saya sebut gawat, karena apa yang nampak suci di luar ternyata di dalamnya telah bercokol iblis.
Lho koq bisa bergitu pak ?
Lho khan jelas, iblis itu khan terkenal akan kecerdasannya, kehebatannya, pokoknya segalanya kecuali KASIH. Benar nggak. Bayangkan, menurut info di harian Kompas tersebut, hotel tersebut dianggap sebagai hotel dengan penjagaan yang paling ketat di Islamabad. Tetapi ternyata, bom berhasil meledak dan sangat hebat kerusakan yang ditimbulkannya. Itu khan berarti juga hebat perencana dan pelaku peledakan tersebut.
Wah pak Wir, itu khan engineer, koq membahas hal-hal di luar bidangnya sih ?
Apa kamu bilang, di luar bidang ? Maksudnya bagaimana. Apa itu di luar bidang saya. Jadi sebaiknya yang membahas siapa, ahli keamanan begitu !
Dalam kasus ini, saya berbicara sebagai guru, yang selama ini dikenal mengajar ilmu pengetahuan. Dalam hal ini ilmu pengetahuan ibarat pisau, semakin tajam maka semakin baik. Tetapi jika salah menggunakannya maka akibatnya semakin beresiko. Siapa yang menggunakannya ? Manusia itu sendiri. Jadi jika mau jadi guru maka tidak boleh hanya sekedar tersekat pada pengajaran ilmu saja, tetapi juga memberi didikan kepada manusianya, khususnya bagaimana mendapatkan hikmat, yaitu pengetahuan akan kebenaran.
Meskipun nampak dari luar, pemahaman masyarakat akan agama kelihatan semakin banyak , tetapi ternyata kehidupan yang ada tidak semakin sejahtera. Jelas, saat ini hampir tidak ada yang mengaku tidak beragama, tetapi ternyata kejahatan tidak semakin turun, ada-ada saja berita kejahatan. Bahkan terlihat adanya kelompok-kelompok yang ingin meluaskan pengaruhnya dengan kedok agama. Kalau kejahatan tentang korupsi maka jika ketangkap, dianggap itu sebagai nasib sial saja. Tidak ada perasaan bahwa itu sebenarnya juga dosa. Saya kuatir perencana dan pelaku bom di Islamabad tersebut juga tidak mempunyai perasaan bahwa apa yang dilakukannya itu juga dosa.
Fenomena bom di atas, memerlukan respons yang berbeda dari setiap keahlian, kalau guru maka diarahkan ke manusianya, menjadi manusia yang berakhlak, berbudi luhur, memahami yang baik dan buruk. Dari sisi hukum, menghukum pelaku dengan hukuman yang setimpal. Tentang hal ini, saya jadi ingat itu pelaku bom bali, kelihatanya sudah terbukti bahwa yang ditahan itu memang benar itu pelakunya. Jika itu benar, mengapa ya para pengacaranya masih ngotot menunda hukuman. Maksudnya apa ya. Terus terang saya bingung tentang hal itu. Selanjutnya dari sisi engineer, maka kelihatannya dikemudian hari teori bangunan tahan bom perlu dikembangan lebih lanjut lho. Jaman nanti, merencana bangunan tahan gempa saja tidak cukup. 🙂
Terus terang saya ikut prihatin dan turut berduka cita atas kejadian bom di Islamabad tersebut. Semoga yang menjadi korban meninggal diampuni dosa-dosanya, dan keluarga yang ditinggalkannya diberi ketabahan dan kekuatan.
Berita terkait :
- Pelaku Bom Pakistan Diduga Al-Qaeda
Rachmadin Ismail – detikNews (Senin, 22/09/2008) - Rangkaian Teror Bom di Hotel JW Marriot
Chairina Fatia – detikNews (Minggu, 21/09/2008)
Tinggalkan komentar