Seperti biasa, komentar yang masuk cukup bervariasi. Salah satunya ini.

Sore Mr Wiryanto..boleh numpang nanya.. ?

saya menemukan suatu kasus dimana ada sebuah gedung yang sudah berumur +/-20 tahun, terjadi penurunan/lendutan pada tengah balok tepat di atas entrance (pintu masuknya).

agar pintu tetap bisa digunakan maka setiap kali pintunya seret (pintu kaca) maka mereka (pemilik gedung) membobok sisi bawah balok/bagian yang melendut tersebut sampai sekarang sudah terlihat tulangannya. memang bentang antar kolomnya sangat besar.

Nah, kira2 ada suggest pak ? terlebih lagi ada rencana untuk merubah fasade bangunan tersebut (pakai curtain wall)…

terima kasih

taufik

Suatu kasus yang menarik, apalagi ternyata masalah pak Taufik di atas juga telah dikirim ke milis dan telah banyak mendapat tanggapan, yang umumnya berupa resep “to the point”.

Oleh karena itu saya mencoba memberi suatu pemikiran yang berbeda, saya akan mencoba masuk pada falsafah permasalahan, baru kemudian mencoba mencari solusi. Moga-moga membantu.

Ada balok beton yang berumur 20 tahun melendut, tapi belum runtuh. Meskipun berperilaku daktail, tetapi adanya lendutan tersebut telah menunjukkan bahwa dengan konfigurasi beban yang ada, balok tersebut tidak berfungsi dengan baik. Apabila tidak diperhatikan dengan baik, yaitu dilakukan perawatan dan perbaikan, maka keruntuhan hanya masalah waktu saja. Moga-moga pada saat runtuh nanti, tidak ada orang dibawahnya. 😉

Bagi pengawas bangunan, hal tersebut patut diperhatikan, khususnya bila itu bangunan publik. Pemilik bangunan diberi pengertian. Bila tidak peduli, dan ternyata nanti menimbulkan bencana maka pemilik bangunan tersebut bisa dituntut. Bila karena alasan biaya belum ada, maka minimal perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengurangi resiko timbulnya bencana itu.

Seperti diketahui bahwa lendutan merupakan suatu indikasi ketidak-mampuan suatu struktur bekerja. Beton bertulang merupakan suatu struktur yang unik, meskipun balok pada umumnya bentuknya hanya persegi saja, tetapi kadang-kadang para perencana lupa, bahwa tidak hanya penulangannya memenuhi syarat, tetapi juga perlu memikirkan dimensi penampang yang dipilih, khususnya jika menghadapi bentang yang besar.

Kenapa ?

Karena dalam analisis strukturnya, inersia balok umumnya belum memperhitungkan crack. Adanya crack maka akan timbul redistribusi momen kelapangan. Sehingga ada kemungkinan, momen rencana dengan momen aktual yang terjadi berbeda. Selain itu, dengan bertambahnya waktu, maka beton desak bagian atas dapat mengalami creep, yaitu berdeformasi pada beban konstan dengan bertambahnya waktu. Pengaruh creep dapat dikurangi jika pada bagian desak dipasang tulangan desak yang mencukupi. Konsep yang terakhir ini khan biasanya tidak dipahami oleh engineer muda, yang hanya berpedoman pada perhitungan lentur penampang tunggal, dimana beton desak secara teori nggak perlu penulangan.

Oleh karena itulah, maka pada perencanaan balok bertulang untuk bentang besar maka harus cukup konservatif, pertama-tama haruslah dipilih dimensi yang cukup tinggi (ikuti ratio bentang dibanding tinggi sesuai persyaratan SNI untuk lendutan balok tanpa dihitung secara khusus), selanjutnya pastikan rasio rho tulangan terpasang tidak mepet. Biasanya saya ambil 0.3 – 0.4 rho balance.

Sekarang kembali ke masalah pak Taufik.

Balok melendut, artinya balok gagal terhadap beban yang diberikan (ini beban tetap atau vertkal). Selidiki, beban apa yang bekerja di atas balok tersebut, bisa nggak jika dikurangi, misalnya jika lantai maka beban mati tambahan dari finishing diganti dari ubin ke karpet. Dengan mengurangi beban yang bekerja maka jelas resiko keruntuhan akan berkurang. Mungkin akan lebih gampang kalau diatasnya adalah dinding penuh, karena kalau balok dibawahnya melendut maka dinding akan retak dan membentuk arch (pelengkung) beban disalurkan ke samping. Kalau ternyata, balok tersebut memikul sistem lantai, wah agak pelik juga, apalagi jika itu balok utama yang mendukung lantai.

Saya membaca pada milis, bahwa kerusakan seperti itu akan dapat diselesaikan dengan memberi sika carbon (Sika CarboDur® Carbon Fiber Reinforced Polymer Strip) di bawahnya. Memang sih, sika carbon tersebut banyak digunakan untuk perkuatan, khususnya jika akan ada penambahan beban baru. Dengan catatan bahwa strength yang menentukan, bukan stiffnes. Juga perlu dicatat, karena sika dipasangkan pada bagian tarik, maka beton desak tetap menerima tegangan yang sama, sehingga resiko adanya creep masih dapat terjadi. Jadi yang paling efektif perbaikan yang dikerjakan adalah menambah kekakuan balok tersebut.

Ada dua cara yang dapat digunakan, cara aktif dan cara pasif. Aktif adalah dengan memberi eksternal prestresed. Tapi cara ini juga beresiko, apalagi jika mutu beton rendah, maka bisa saja tambah rusak karena adanya gaya internal tambahan pada salah satu sisi penampang. Maka cara yang aman adalah cara pasif, yaitu memberi perkuatan tambahan di bawah balok tersebut.

Agar perkuatan tambahan tersebut dapat bekerja menerima beban-beban yang sedang bekerja, maka proses pemberian lawan lendut dengan mendongkrak (jacking) balok adalah mutlak. Karena jika tidak, maka perkuatan tersebut hanya efektif untuk beban baru tambahan, atau baru efektif jika balok yang lama sudah rusak. Jika tidak diberikan lawan lendut maka dalam perencanaannya maka perkuatan tambahan tersebut harus dihitung mandiri (beton lama tidak bekerja).

Jika beton lama dapat bekerja bersama-sama dengan beton baru atau struktur baja yang baru maka proses jacking (lawan lendut) harus dikerjakan terlebih dahulu. Hati-hati dalam merencanakan pendokrakan, jangan sampai merusak sistem yang ada.

Agar kesatuan antara struktur perkuatan yang baru dengan beton bertulang yang lama cukup baik, maka perkuatan yang umum di pakai adalah memakai beton tembak atau shotcrete atau gunite. Jadi nggak bisa seperti mengecor beton biasa. Lha jadi inget dulu di Padang, waktu mengevaluasi kantor semen padang yang kebakaran. Perbaikan juga pakai itu.

Pakai tambahan profil baja juga bisa, masalah yang utama adalah bagaimana menyatukan keduanya. Ini biasanya problemnya. Jika hanya dihitung mandiri, maka dengan memberi non-shrink-groute di antara profil dan beton sudah cukup, tetapi agar bekerja sebagai komposit maka interfacenya perlu dipikirkan dengan baik.

Tapi ingat, semua itu perlu jacking dulu ya.

Ya saya kira itu ide perbaikannya. Tapi ingat, kondisi di atas perlu dievaluasi dengan benar, karena umumnya harganya bisa lebih mahal dibanding mencor baru lagi. Proses retrofit jelas lebih rumit, mahal. Jadi setiap tindakan yang akan dikerjakan perlu dievaluasi plus dan minusnya dengan baik.

59 tanggapan untuk “konsultasi balok yang melendut”

  1. harjanto Avatar
    harjanto

    ada pintu di tengah balok, pintu itu sekalian aja dibuat jadi struktur penahan balok, jadi balok tidak melendut lagi, misalnya kusen pintu dari besi WF, tinggal penyesuaian aja agar dari segi arsitek tidak terlalu parah.

    wir’s responds: hati-hati. Tergantung kasusnya, jika bangunan rumah tinggal sederhana mungkin bisa dipertimbangkan. Tetapi jika suatu struktur gedung bertingkat yang dapat dibedakan struktur dan non-struktur maka perlu dipertimbangkan dengan matang. Menempatkan struktur di bawah suatu balok lapangan dapat menyebabkan balok menerima momen negatif, khususnya apabila ada penambahan beban. Padahal karena itu balok lapangan maka tulangan atasnya tidak ada (kurang) maka retak berpindah. Kecuali itu, adanya tumpuan tambahan menyebabkan semua beban akan terdistribusi ke struktur tambahan tersebut, apakah pondasi dibawahnya siap. Yah, kelihatannya sederhana tetapi kenyataan tidak sesederhana itu. Nanti merembet, nggak berhenti-henti menanganinya.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Logy Ray Avatar

      Balok itu sifatnya plastis, jika sudah melendut dia sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara di topang saja. apalagi lendutannya sampai terlihat oleh kasat mata. artinya disainnya tidak sesuai dengan bebannya. kalau saya anjurkan lakukan penggantian balok atau penambahan kolom (karena bentangnya panjang), atau yang lebih kompleks menggunakan balok tinggi

      Suka

  2. Willyam Avatar

    Karena dalam analisis strukturnya, inersia balok umumnya belum memperhitungkan crack.

    Pak Wir, maksudnya crack apa yah…? Kok aku belum pernah dengar waktu belajar Struktur beton bertulang 1 dan 2…?
    Jadi keingat crack untuk software bajakan (hehehe…!). Apa ada hubungannya yah…?

    wir’s responds: crack dalam arti sebenarnya, yaitu terjadinya retak. Itu belum tentu harus terlihat, karena bisa berupa retak rambut. Tapi intinya, beton tidak utuh lagi. Itu terjadi karena beton mengalami tegangan tarik. Efeknya inersianya berubah, karena inersia berubah maka kekakuan struktur jg berubah, sehingga distribusi momen terpengaruh. Adanya fenomena seperti itulah maka pada peraturan beton dimungkin dilakukan REDISTRIBUSI MOMEN NEGATIF ke daerah lapangan. Sudah pernah ini belum. Ini dilakukan pada proses desain dengan asumsi bahwa pada tahapan analisis digunakan pendekatan elastis linier. Sehingga jelas, pengaruh crack belum diperhitungkan. Kalau balok cukup kuat maka crack yang terjadi relatif kecil sehingga asumsi pada saat perencanaan dan kenyataan tidak terlalu banyak perbedaaannya. Tetapi jika ternyata balok melendut dan terjadi crack maka jelas asumsi yang dipakai akan tidak sama.

    Suka

  3. James Avatar

    Hahaha, dari milis apa nih #konstruksi yah pak? 🙂

    Saya setuju banget dengan salah satu statement bapak diatas, perkuatan yg dilakukan, harus diberikan pada kondisi awal (kondisi balok sebelum melenduk) agar perkuatan bukan bermanfaat setelah balok tersebut melendut lebih jauh/rusak

    Dalam kasus itu, mau diubah facade gedungnya, ada indikasi mo ada pengalihan/peremajaan fungsi gedung, takutnya beban barunya melebihi beban rencana aj

    Dalam kasus pak taufik (apalagi bangunan tua yg dibangun 20 tahun lalu), redistribusi momen pasti sudah terjadi, tapi sejauh apa, sulit untuk diketahui

    Sisi positifnya, untungnya perilaku baloknya daktail. Tapi tetep aj, klo dsuru masuk si ogahh

    Suka

  4. harjanto Avatar
    harjanto

    Benar pak Wir, setuju banget ama pendapat Bapak, akan ada momen negatif (yang dulunya momen positif) di tengah bentang balok pada tumpuan, akibat pintu sebagai struktur pendukung.

    Maksud saya ini sebagai salah satu ide penyelesaian saja, detailnya perlu diselesaikan oleh structural engineer, misalnya pembesian balok existing harus diketahui, kalau gambar as built drawing ga ada, ya perlu dilakukan pemotretan x ray agar isi besi bisa diketahui, trus dihitung momen2 yg timbul akibat perubahan kerja struktur akibat tumpuan baru ini dan akibat tambahan beban baru (curtain wall), kekurangan pembesian yg terjadi, bisa diatasi dng pemberian CFR Sika pada bagian atas dan bawah balok, demikian juga untuk pondasi, (seperti yg diingatkan oleh Pak Wir), juga harus diperhitungkan beban yg timbul pada kolom WF(sebagai kusen pintu), perlu dibuatkan pondasi baru untuk menahan beban ini.
    Dengan berkurangnya bentang balok karena ada tumpuan baru ini, rasanya struktur akan lebih aman.

    Suka

  5. Ivan Avatar
    Ivan

    Salam sejahtera.

    Kasus ini merupakan kasus yang menarik. Akan bisa lebih menarik lagi apabila disertakan data-data yang lengkap mengenai bangunan tersebut. Dengan diberikannya data yang lengkap saya yakin pemberian solusinya akan lebih tepat sasaran.

    Pak, apakah saya bisa mendapat informasi tentang bagaimana pemotretan X-Ray apa beton dilakukan? Yang saya ingin ketahui adalah alat apa yang digunakan, hasil apa yang didapatkan, biaya yang diperlukan dan apakah ada teknik lain yang digunakan untuk menganalisa keadaan bangunan tanpa asbuild drawing.

    Suka

  6. mufti Avatar
    mufti

    kepada pak wiryanto.. saya mau minta bantuannya mengenai “apa pengaruh sengkang pada sendi plastis”? pada struktur bangunan beton bertulang tentang konsep bangunan tahan gempa.

    terima kasih banyak sebelumnya atas bantuannya..

    Suka

  7. rohmad Avatar
    rohmad

    siang pak Wir,

    Moga sehat selalu. Saya ada pertanyaan nih pak, biasanya saya mendesain gedung, tapi sekarang saya mau menganalisa existing building pake sap 2000 atau etabs, kalo untuk tulangan kolom saya asumsikan 1% dari luas bersih penampangnya, tapi kalo untuk balok gmn caranya saya bisa tau itu aman nggaknya? kan nggak mungkin harus membongkar balok yang ada… tolong di bantu ya pak (maklum pak, anak fresh graduate…:) )

    makasih

    Wir’s responds: ingat bahwa dalam memakai program komputer, maka ketelitian hasil ditentukan oleh ketelitian data. Jika datanya saja tidak bisa dipastikan ketepatannya, maka gimana dengan hasilnya. Meskipun untuk itu sudah digunakan program canggih seperti SAP2000. Dalam hal tersebut, analisis existing memang lebih kompleks dibanding desain baru.

    Suka

  8. budi Avatar

    maksih ya pak atas semua ilmu yang bapak bagi bagi kami umat teknik sipil,pak kalo balok untuk jembatan kabel prilakunya gimana dan perencanaan disignnya bagaimana?apakah sa dengan jembatan yang lain?

    Suka

  9. Y.W. Avatar
    Y.W.

    Selamat siang pak Wiryanto,

    saya ingin tanya pak , bagaimana menghitung Momen lentur ultimit untuk balok T ( balok komposit), jika f’c flens nya berbeda dengan f’c web nya?
    dengan kata lain badannya di cor duluan dengan f’c 35 MPA,dan slab lantainya di cor kemudian dengan f’c 20MPa.

    sebelumnya saya ucapkan terimakasih..

    Suka

  10. andrik sugiarto Avatar
    andrik sugiarto

    Pak Wir, saya akan mencoba menjawab pertanyaan mas Mufti,

    Saya mahasiswa S-1 T.Sipil ITS. Berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan. Pengaruh sengkang pada sendi plastis pada struktur beton bertulang tahan gempa adalah mencegah terjadinya gagal geser pada daerah sendi plastis.

    Penjelasannya begini :
    Pada struktur beton yang direncanakan memikul beban gempa, maka momen maksimum (akibat beban gempa) terjadi pada ujung2 hubungan balok kolom. Momen2 inilah yang memungkinkan terjadinya sendi plastis. Sendi plastis terjadi karena tulangan pada ujung balok sudah tidak mampu lagi menahan gaya gempa (Momen nominal telah terlampau oleh momen ultimate akibat gaya gempa). Karena sudah tidak mampu lagi menahan momen ultimate tadi, maka struktur akan meneruskan momen tadi dalam bentuk rotasi. Hal inilah yang menjadi dasar perencanaan sengkang.

    Berbeda dengan struktur beton biasa, pada struktur beton bertulang tahan gempa. Khususnya pada balok perencanaan tulangan geser tidak didasarkan pada gaya geser hasil analisa struktur. Gaya geser direncanakan berdasar dari Mpr yang dihitung dari mengalikan Momen nominal (Mn) pada ujung2 balok dari tulangan terpasang dengan 1,25 (ini karena fy dari tulangan tersebut sudah ditingkatkan 1,25 kali).

    Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan geser dibuat lebih kuat dari pada lenturnya. Itu berarti gagal lentur akan mendahului gagal geser. (Ingat ! Gagal lentur = tidak tiba2 dan ada peringatan dengan lendutan/deformasi, sedangkan gagal geser = tiba2,cepat dan tidak ada peringatan lebih dahulu, sehingga lebih berbahaya).

    Kembali ke pengaruh sengkang, setelah didapatkan Mpr, maka selanjutnya dicari gaya geser rencana (Ve) berdasarkan pada Mpr tadi. Sebagai mana kita ketahui bahwa balok telah mengalami sendi plastis, maka untuk mencari gaya geser rencana bisa dilakukan dengan statika sederhana (balok di atas 2 tumpuan). Tumpuan dalam hal ini adalah sendi plastis tadi (Lihat Gambar 41 SNI-03-2847-2002 )

    Setelah didapatkan gaya geser rencana (Ve), maka dapat diketahui kebutuhan sengkang yang diperlukan. Sehingga, akan didapatkan sengkang yang lebih berat (rapat) dari pada gedung yang tidak direncanakan sebagai struktur tahan gempa.

    Jadi kesimpulannya pengaruh sengkang pada sendi plastis adalah menghindarkan struktur tersebut dari gagal akibat gaya geser. Untuk lebih jelas Mas Mufti bisa membaca SNI-03-2847-2002 pasal 23.3(3) atau Buku PERENCANAAN
    STRUKTUR BETON BERTULANG
    TAHAN GEMPA karangan Prof. Rachmat Purwono.

    Selain itu, dari penelitian didapatkan bahwa pemberian sengkang yang cukup pada daerah sendi plastis akan memberikan ketahanan struktur untuk tidak segera gagal pada saat menerima beban gempa. Karena sengkang dapat memberikan efek pengekangan pada beton. Inti beton yang dipasangi sengkang yang cukup seolah2 seperti ‘dipeluk’ agar tidak mudah keluar dan hancur pada saat terkena beban gempa berlebih. Dengan begitu struktur akan bertahan dan tidak segera runtuh.

    Intinya dari kedua penjelasan tadi, manfaat yang didapatkan adalah penghuni gedung masih mempunyai waktu untuk menyelamatkan diri ketika terjadi gempa. Hal ini sedah sesuai dengan falsafah dasar dari perencanaan struktur tahan gempa yaitu pada gempa kuat struktur boleh mengalami
    kerusakan, tetapi tidak boleh runtuh dapat mencegah jatuhnya korban manusia.(SNI-1726-2002)

    Sekian mas…Semoga bermanfaat.

    Wah..ga kerasa ya,tulisan saya panjang sekali..Mas Mufti bingung ya? yah..maklum lah, kan saya juga masih mahasiswa, belum jadi engineer. Masih belajar nulis. Jadi belum bisa menuangkan ide dengan baik dalam tulisan seperti punya Pak Wir.hehe..

    Kalau mas masih bingung kita bisa berdiskusi lagi. Saya bs di hubungi di andrik.themanager@yahoo.com.

    Kebetulan saya ada literatur yang mendukung penjelasan di atas..

    Suka

  11. wir Avatar
    wir

    @Y.W
    Materi tentang balok komposit cukup menarik. Rasanya saya dapat mendown-load bukunya, yaitu:
    “Composite Structure of Steel and Concrete 3rd”, karangan R.P. Johnson, di blog ini juga. Tapi dimana ya, koq lupa. Tapi ada koq.

    Buku terbitan tahun 2004 tersebut menurut pendapat saya cukup up-to-dated dan lengkap. Silahkan deh dibaca.

    @mufti dan andrik.
    “Pengaruh sengkang pada sendi plastik”.

    Prinsipnya bahwa pada RC-frame dapat didesain sesuai konsep strong-column-weak-beam untuk mengantisipasi gaya gempa. Artinya kegagalan lentur akan terjadi pada balok terlebih dahulu dan bukan pada kolom. Kegagalan yang dimaksud disini adalah bahwa akibat lentur maka tulangan pada balok mengalami leleh terlebih dahulu. Jadi jelas, kegagalan disini bukan berarti baloknya rontok, tetapi sudah leleh saja maka dianggap gagal. Karena kegagalan tersebut adalah karena leleh, yaitu baja tulangan berdeformasi pada beban konstan. Deformasi akibat lentur tersebut mengakibatkan bagian yang gagal tadi berotasi.

    Balok yang dapat berotasi pada saat gagal tersebut disebut sebagai balok daktail, dan itu hanya terjadi jika penampangnya didesain sebagai penampang under-reinforced, keruntuhan dimulai dari tarik (yaitu tulangan) dan bukan betonnya.

    Pada kondisi tersebut, bagian beton yang mengalami tarik diabaikan. Beton tarik mengalami crack. Sedangkan beton tekan, tidak mengalami crack (utuh).

    Pada kondisi gempa, untuk bangunan gempa, momen yang menyebabkan balok tersebut berotasi arahnya bisa bolak-balik, sehingga beton dapat mengalami tarik pada dua sisi. Jadi jika beton yang mengami crack tadi, ketika terjadi beban bolak-balik (gempa) dan tidak ditahan oleh sesuatu maka dapat jatuh keluar . Disitulah peran tulangan sengkang, yaitu mempertahankan beton yang mengalami crack pada saat terjadi momen bolak-balik. Oleh karena itulah maka kerapatan tulangan sengkang juga menjadi faktor penting dan tidak hanya luasan tulangan sengkang yang dipasang.

    O ya, meskipun retak, tetapi jika tertahan oleh sengkang maka beton tersebut masih dapat menerima gaya geser.

    Menurut saya disitulah pentingnya sengkang pada sendi plastik.

    Suka

  12. nivho Avatar

    salam kenal
    saya pengen tau banyak ttg lendutan, karena saya ambil judul tugas akhir ttg itu, apa ada yang bisa membantu? klo ada tlng infonya ya
    nivho_del_cielo@yahoo.com
    tx b4

    Suka

  13. kirana Avatar
    kirana

    syallom pak Wir dan engineer lainnya…

    Pak, saya ingin bertanya tentang skripsi saya mengenai pelat dua arah..

    saya mempunyai konsep skripsi saya dengan membandingkan suatu struktur plat dua arah pada studi kasus bangunan tingkat 3 ( rumah susun ) dengan cara menghitung perencanaan dengan PBI 71 ( dalam hal ini pelat bertumpu pada balok) dan salah satunya saya hitung menggunak prinsip DDM ( pelat tanpa balok )..
    dengan catatan dalam studi kasus tersebut masuk pada batasan2 DDM

    Apakah konsep saya bisa diangkat menjadi bahan untuk skripsi saya??

    Mohon advicenya..

    terima kasih
    GBU

    Suka

  14. hendy Avatar
    hendy

    Syalom pAK WIR..
    pertama-tama perkenalkan saya Hendy, mahasiswa semester 9 teknik sipil undip.
    begini Pak, sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya kerjakan mengenai komparasi antara critical path method dan line of balance dalam penjadwalan proyek maka, saya mohon bantuannya apakah bapak mempunyai rujukan referensi mengenai metode line of balance.
    Saya harapkan sekali bantuan Bapak.
    Terima kasih.

    Wir’s responds: he, he, he, kelihatannya bidang CM tuh.
    Itu sih bukan peminatannya saya. Silahkan deh, teman lain yang bisa bantu si Hendy.

    Suka

  15. Andreas Herjuno Avatar
    Andreas Herjuno

    Syalom…
    Mohon penjelasan pak Wir mengenai,

    1. apa yang dimaksud dengan non-shrink-groute apakah hal itu semacam joint sealant untuk mengantisipasi retakan?

    2. Seingat saya jika struktur komposit yang digunakan pada jembatan diperlukan adanya shear conector apakah bisa dikatagorikan sebagai penanganan terhadap interface antara balok baja & Balok beton?

    Thanks

    Suka

  16. wir Avatar
    wir

    @Andreas,
    non-shrink-groute adalah pasta semen untuk grouting yang ditambah bahan admixture sehingga tidak mengalami kembang susut. Intinya dapat mengisi celah sehingga diperoleh bidang tumpu yang merata. Fungsinya tidak sama dengan shear connector, dan ini bukan membuat jadi komposit. Beda !

    Suka

  17. kirana Avatar
    kirana

    syallom pak Wir dan engineer lainnya…

    Pak, saya ingin bertanya tentang skripsi saya mengenai pelat dua arah..

    saya mempunyai konsep skripsi saya dengan membandingkan suatu struktur plat dua arah pada studi kasus bangunan tingkat 3 ( rumah susun ) dengan cara menghitung perencanaan dengan PBI 71 ( dalam hal ini pelat bertumpu pada balok) dan salah satunya saya hitung menggunak prinsip DDM ( pelat tanpa balok )..
    dengan catatan dalam studi kasus tersebut masuk pada batasan2 DDM

    Apakah konsep saya bisa diangkat menjadi bahan untuk skripsi saya??

    Mohon advicenya..

    terima kasih
    GBU

    Suka

  18. wir Avatar
    wir

    @Kirana
    Kelihatannya pertanyaan yang sama telah kamu ulang lebih dari tiga kali. Terus terang saya tidak menjawabnya karena membaca suratmu juga ditujukan ke engineer yang lain.

    Jadi saya mencoba memberi kesempatan kepada yang lain. Tapi karena sampai hari ini belum ada yang memberi respon, maka saya coba untuk menjawabnya.

    Dua metode yang kamu pakai, yaitu cara perencanaan pelat PBI-71 dan cara DDM adalah cara perencanaan pelat yang dikhususkan terhadap beban gravitasi saja.

    Perbedaannya, jika di PBI-71 perhitungan penulangan baloknya terpisah. Pelat direncanakan secara lokal, diangap sebagai beban saja ke balok. Balok direncanakan nanti, sehingga dapat diperhitungkan terhadap berbagai kombinasi beban yang ada (gravitasi dan lateral).

    Konsep di atas sangat cocok untuk perencanaan struktur gedung memakai konsep frame. Dimana pelat (dan balok anak) hanya memikul gravitasi, sedangkan balok induk dan kolom (frame 3D) akan memikul beban gravitas dan lateral (gempa). Cara ini banyak dipakai di Indonesia.

    Sedangkan cara perencanaan DDM, dalam perencanaannya maka dapat diperoleh desain pelat sekaligus balok. Jadi pelat dan balok (jika ada) diperhitungkan sekaligus interaksinya dalam memikul beban gravitasi. Kelebihan cara DDM adalah bisa menghitung pelat, tanpa atau dengan balok. Sedangkan cara PBI-71 khan baloknya harus kuat (tinggi).

    Kelemahan cara DDM adalah jika sistem penahan lateral dari struktur juga mengandalkan frame, anda harus memisahkan pengaruh gravitasi dan lateral. Ini yang tidak gampang. Perlu judgement khusus. Kecuali secara khusus anda menempatkan sistem struktur penahan lateral, misalnya shear-wall atau frame tepi yang kaku.

    Jadi jika anda ingin membahas skripsi kamu dengan studi kasus bangunan tingkat 3 (rumah susun) maka kamu harus memakainya secara komprehensif karena sistem strukturnya jelas berbeda (nggak bisa sama). Jelasnya, kamu harus bikin dua desain yang terpisah, hasil akhir baru dibandingkan, misalnya akan ditinjau ekonomis mana dsb. Jika kamu hanya membahas pelat-nya saja jelas tidak bisa dibandingkan.

    Suka

  19. kirana Avatar
    kirana

    Terima kasih,saya ucapkan..
    Saya mohon maaf jika saya terus mengulang pertanyaan saya..

    Hingga saat ini saya tetap masih bersikukuh dengan dosen pembimbing saya perihal bisa atau tidaknya saya meanganalisa menggunakan 2 metode tersebut dalam studi kasus bangunan yang sama.Namun, dosen saya tetap bersikukuh bahwa 2 metode tersebut dapat digunakan mengingat pada studi kasus tersebut tidak terdapat balok anak. Saya yang menginginkan membuat 2 desain dengan2 metode tsb, terpaksa STUCK di perdebatan itu mulai dari awal saya bertanya pada blog ini.

    Jadi menurut Pak Wir, seperti yang saya inginkan, harus membuat 2 desain yang berbeda baru dibandingkan,
    Karena maksud dari skripsi saya bahwa jika bangunan gedung yang telah didesain menggunakan balok menggunakan metode PBBI 71, saya desain menggunakan metode DDM tanpa balok itu bisa atau tidak?

    Maaf jika merepotkan,
    MOhon advice kembali pak,karena saya bingung harus bertanya pada siapa,

    GBU

    Suka

  20. wir Avatar
    wir

    @kirana
    Coba baca lagi dengan baik batasan pemakaian DDM. Selama asumsi yang anda pakai hanya untuk perencanaan terhadap beban tetap (gravitasi), maka anda dapat dengan mudah membandingkan keduanya. Tetapi jika ada pengaruh gaya lateral, bagaimana ?

    ACI secara jelas mensyaratkan DDM untuk gravitasi, jadi perlu sistem struktur penahan lateral tersendiri. Jika struktur lantai ingin dimasukkan juga pengaruh gaya lateral (gempa) maka ACI menyediakan metode yang mirip tetapi lebih lengkap yaitu Portal Equivalent. Cara-cara mirip, tetapi momen-momen rencana dihasilkan dari analisa struktur yang mana dapat dengan mudah digabung dengan pengaruh gempa.

    Jadi kalau memaksa, ya bisa saja, Tapi itu khan nggak valid. Setiap metode ada batasan . Wong program SAP2000 yang canggih aja nggak bisa dipakai untuk setiap kasus. Itu bukan masalah bagaimana cara pemodelan atau trik sebangsanya. Memang itu adalah keterbatasannya.

    Itulah alasan kenapa engineer perlu belajar terus, meskipun sudah doktor sekalipun. 😐

    Suka

  21. Andreas Herjuno Avatar
    Andreas Herjuno

    Syalom…
    Saya ingin bertanya mengenai pondasi mesin genset, sistem dan material peredam yang cocok kareana saya mempunyai kasus gedung power house ikut bergetar jika genset beroperasi sehingga Kondisi Lapangan seperti ini :
    1. Gedung PH berdiri diatas timbunan tanah yang baru dipadatkan dengan ketinggian +/-2.5 m dari tanah asli.
    2. Dasar pondasi hanya diberi lapisan pasir +/- 10 cm.
    Mohon bantuan penjelasannya, sehingga kedepannya dapat diantisipasi mengenai desain & pelaksanaan dilapangan.

    Thank. GBU

    Suka

  22. wir Avatar
    wir

    @Andreas Herjuno,
    Getaran bangunan atau vibrasi, ini kaitannya dengan kenyamanan, tapi bila berlebihan bisa-bisa masuk ke fatique. Jadi harus diatasi dengan baik.

    Prinsip utama untuk mengatasi vibrasi, bagi orang-orang struktur biasanya hanya mengandalkan fenomena alam (fisika). Tentu beda dengan orang-orang mesin yang umumnya mengandalkan device (alat) khusus.

    Bagi orang struktur maka umumnya digunakan cara (1) lekatkan atau tempelkan sumber vibrasi tersebut pada objek yang ber-massa besar dan kaku, dan ini yang penting yaitu pisahkan sumber vibrasi tersebut dengan bangunan struktur yang lain, beri siar dilatasi misalnya.

    Berdasarkan tiga konsep di atas maka dapat dikembangkan sistem pondasi yang khusus untuk genset misal dibawah genset di pasang blok pondasi yang cukup besar, yang dipisahkan terhadap pelat atau struktur bangunan penutupnya. Agar lebih kaku, di bawah blog dipasang pondasi tiang, tetapi jika tanah cukup bagus (tegangan tanah tidak masalah) maka lebih baik dipisahkan dan antara tanah dan blok pondasi dipasang peredam, misalnya lapisan ijuk. Cara ini pernah aku kerjakan dan hasilnya cukup bagus.

    Suka

  23. mufti Avatar
    mufti

    kepada mas andrik sugiarto dan pak wir saya ucapkan banyak – banyak terima kasih atas bantuannya

    Suka

  24. heztyra Avatar

    http://griyatawang.com
    tempat berbagi mengenai teknik sipil

    Suka

  25. hendi Avatar
    hendi

    pak wir, saya pengen beli buku aplikasi rekayasa konstruksi dengan sap 2000, tapi koq susah banget ya, di gramedia aja ud ga’ ada, kira2 dimana ya saya bisa membelinya?

    Suka

  26. reza syarifudin Avatar
    reza syarifudin

    Dear P.Wir,
    Saya mau tanya , untuk plat lantai dengan finisingnya karpet , kalau kita berjalan diatasnya terasa bergetar atau bergoyang, kira-kira ini masalah besar ga pak..tapi setelah kita cek dibawahnya tidak ada masalah yang serius, hanya ditemukan beberapa keretakan di balok apa ini hanya retak susut atau termasuk retak lentur ?

    Mohon solusinya untuk mengatasi plat lantai yang bergotang/ getar di lantai 4 gedung perkantoran.

    salam’
    Reza

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      @ reza
      pelat lantai yang bergetar dan bergoyang, he, he, ini masalah serviceability. Anda harus tahu penyebabnya, tempo hari gedung bank Niaga di Sudirman waktu pertama kali dibangun, dimana lantai typicalnya memakai precast tee, yang meskipun sudah memenuhi kriteria kekuatan, yaitu dengan mampu menerima loading test sesuai beban rencana, tetapi ketika dipasang selanjutnya dilewati akan terasa bergetar, melendut yang memberi persepsi orang awam adalah tidak kuat.

      Faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah kekakuan [k] dan massa [m], solusi setelah diberi topping, cor beton pengikat di atasnya, yang menyebabkan lantai menyatu sekaligus menambah massa maka masalahnya jadi hilang.

      Jadi untuk itu anda harus menyelidiki, mengapa kekakuan lantai menjadi kecil, apakah memang rencananya lendutan yang terjadi cukup besar, atau karena digunakan material mutu tinggi, yang mana dari segi kekuatan ok, tetapi kekakuan kurang. Jika demikian coba tambahkan massa (pemberat) misalnya pelat dipertebal. Tapi check dulu penampangnya masih mampu tidak.

      O ya, kalau penambahan massa tidak bisa (pengaruh ke bagian lain) maka solusinya ditambah kekakuannya, misalnya diberi perkuatan, seperti eksternal prestressing, dsb.

      Suka

  27. melky lopez Avatar
    melky lopez

    salam sukses selalu pak..!
    saya sekarang sedang merencanakan skripsi tentang flat plate pak..,tapi saya agak kesulitan dalam mencari referensinya.. apa bapak tau buku apa yang banyak membahas tentang flat plate..?
    atau mungkin bapak bisa membantu saya agar saya bisa mendonlowdnya lewat situs bapak ini..?
    maaf merepotkan…!

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Bukunya MacGregor rasanya cukup lengkap membahas flat plate. Rasanya udah tersedia di toko buku Gramedia di Jakarta. Kalau nggak habis lho.

      Suka

  28. Ign. Teguh Avatar
    Ign. Teguh

    Pak Wir,
    Saya mau membuat balok beton baru diantara 2 kolom eksisting. Tulangan balok untuk “starter bar” akan lakukan dengan “chemical anchor”.
    Yang mau saya tanyakan :
    1. Apakah “splice” tulangan atas-bawah balok dapat dilakukan dimuka kolom atau “splice” perlu dilakukan sejarak 2xH balok (diluar sendi plastis)?
    2. Untuk kemudahan saat “chemical anchor”, kolom eksisting akan saya bobok hingga terlihat tulangan, apakah diperbolehkan?

    Terima kasih

    Suka

  29. Benny Avatar
    Benny

    Selamat siang pak wir, saya mau tanya tentang balok gagal pak..

    Jd skrg ini saya sedang membantu kakak untuk bangun rumah serta clubhousenya..
    dan balok yg bentangnya 6meter semuanya retak n melendut.. Akibatnya karena balok tsb menahan beban plat lantai 3 yg sedang dicor.. Dr scafoldingnya lsg membebani plat n kolom.. Jd belum sepenuhnya beban lantai 3 ditahan dgn kolom lantai 2..

    Atau mgknnya karena selimut betonnya kurang karena sebagian sengkang ada ygkliatan sisi bawahnya jd yg bekerja hny besinya saja..
    Apalagi kemarin ngecor pakai K225, jd saya ragu umur betonnya ke 28hr gk sampe kekuatan max..

    Yg saya mau tanyakan, bagaimana saya hrs menanggulangi ke3 balok tersebut??
    Soalnya retak nya lumayan parah..
    Apa seharusnya saya bobok baloknya n dicor ulang trus plat lantai 2nya disokong sementara dgn scafolding?
    Atau dibiarin gt aja? Karena bebannya akan berkurang kalo scafolding lantai 3 sudah dicopot..

    thx pak..

    Benny.

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      sdr Benny
      terus terang tidak gampang menjawab pertanyaan anda, balok bentang 6 m relatif pendek tetapi sudah melendut. Kena apa itu ?

      Apakah belum cukup umur diberi beban berlebih, atau kualitas beton yang harapannya K225 kenyataan nggak sampai itu, atau pemasangan tulangan yang salah, atau apa ?

      Untuk mencari jawaban yang tepat apakah scafoldingnya dapat dicopot atau harus perbaikan maka tentu harus diketahui penyebab mengapa balok tersebut rusak. Kalau ternyata katakanlah tulangannnya salah pasang maka dibobok lagipun tidak akan berfaedah.

      Juga sistem struktur yang ada, apakah statis tertentu atau tidak, itu akan ada perbedaan.

      Intinya, untuk menjawab pertanyaan anda, adalah tinjaulah keseluruhan masalah, identifikasi penyebab masalah, lalu carilah usulan penyelesaian masalah dan resiko kemungkinan yang terjadi dengan solusi yang dipilih.

      Moga-moga tidak membuat bingung aja.
      Salam 🙂

      Suka

  30. Andri Avatar
    Andri

    Selamat siang Pak Wir,

    Saya termasuk orang baru di dunia civil, blog bapak benar2 sangat memotivasi saya untuk terjun lebih dalam didunia civil engineering, bapak pun sudah saya anggap guru saya meski secara tidak langsung.
    Ada beberapa pertanyaan sederhana saya

    1. Apakah semua sambungan baja bisa di buat moment connection ?
    Karena ada teman saya yg mendesign struktur baja dan semua sambungannya di las, termasuk rangka atap (struktur truss) dan sambungan sub beam ke main beam, alasannya karena katanya lebih mudah pengerjaannya..(terus terang sekarang sayapun jarang melihat ada struktur baja yg menggunakan baut pada sambungannya, disini semuanya main las)

    2. Kapan kita mesti menggunakan sambungan las dan kapan kita mesti menggunakan sambungan baut?

    3. Apa yg terjadi kalau kita menganalisis dan memodelkan struktur dengan 100% release terhadap moment, tapi kita mendesign sambungan dengan menggunakan las?(karena ada juga kejadian seperti itu, untuk membuat simple pekerjaan jadi semua sambungan di las)

    4. Bila kita memodelkan struktur Truss pada SAP2000, apakah kita bisa merelease member 100% terhadap moment, mengingat rasanya tidak ada sambungan baja yg betul-betul 100% “bebas moment” (mohon koreksi jika saya salah), dan bagaimana kita menentukan persentase yg mesti kita release terhadap moment?

    Sekian dulu Pak Wir, terimakasih sebelumnya.

    Andri

    Suka

  31. Benny Avatar
    Benny

    Siang pak..
    kalo menurut saya kemungkinan balok tsb gagal karena :
    1. Slimut beton kurang mendukung, karena ada sebagian tulangan begel yg kliatan dr bawah balok..

    2. Beton tidak mencapai kekuatan max pada umur ke 28 hr.. Pdhal udah 1bulan balok lantai 2 di cor.. Harusnya betonnya udah mencapai umur max..

    3. Mutu beton dikurangi pak kemarin.. sesuai perhitungan kayaknya K250 atau K275.. Tp kmarin dilapangan digunakan beton K225..

    Mgkn disitu masalahnya..
    yg ingin saya tanyakan..
    Apakah balok itu benar2 gagal?
    Atau dibiarin aja? Toh kan beban scafolding ntar lagi jg dicopot.. Jd balok trsebut udh gk nahan beban dr lantai 3 lagi..

    Atau balok harus dibobok n dicor ulang lagi? Jadi plat lantai sementara disokong dgn scafolding yg rapet..

    Atau balok digedein aja?? Ditambah slimut beton mksd saya.. Tp kalo memank hrs pakai cara ini, proses pengecoran mgkn sangat susah..

    Suka

  32. rahmat Avatar
    rahmat

    pak, mau tanya.
    sebenarnya apa yang dimaksud dengan beton mutu k225?

    Suka

  33. ryan Avatar
    ryan

    selamat siang semua mau nanya pak Wir kalau untuk mengatsi bton rusak atau beton rontok pada jembatan bagaimana caranya,,,apakah ada buku pedomannya terima kasih

    Suka

  34. ryan Avatar
    ryan

    oiyah satu lagi Pak Wir apakah ada pedoman untuk menganalisa jembatan pelat berongga,,setahu saya yang ada hanya HCS( hollow Core Slab) apakh bisa dipakai untuk menganalisa Pelat berongga(Void Slab) terima kasih

    Suka

  35. Surya Avatar
    Surya

    Yth Pak Wir
    Saya mau tanya bagaimana cara kita menghitung kekuatan plat lantai beton bertulang berdasarkan gambar as built drawing

    Terima kasih

    Suka

  36. yusgian Avatar
    yusgian

    yth Pk. wir salam kenal selalu
    saya ingin menyakan hal yang mungkin menurut orang lain sepele tetapi menurut saya masalah ini sangat Frinsip.
    1.kalau tidak salah untuk menghitung beban dinding bata maka 1/2 nya ditaha oleh balok atas dan 1/2 nya lagi ditahan oleh balok bawah, tetapi dalam pelaksanaan dilapangan saya lihat bahwa dinding bata tersebut dipasang belakangan setelah pekerjaan struktur selesai dikerjakan sehingga bata bagian atas tidak menyatu dengan balok atas dan hanya diperkuat dengan angker yang dipasang ke kolom ( Bukan ke balok Atas). jadi apakah asumsi perhitungan beban dinding tersebut masih bisa diterima atau tidak mohon pencerahan nya.
    2. Kalau misal nya dinding bata tidak tepat pada balok struktur tetapi diatas plat lantai dengan jarak tertentu bagai mana cara kita menghitung beban bata tersebut dan menjadikan nya sebagai beban tambahan pada balok struktur

    Suka

  37. anny Avatar
    anny

    maaf mau tanya adakah solusi lain selain di bongkar untuk kolom yang ternyata setelah di tes dengan coring dan hammer tes mutunya tidak masuk padahal lantai diatasnya sudah ke cor. mutu beton rencana K-300 sedangkan hasil tesnya hanya mencapai 150 kg/cm2 terimaksih.

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      retrofit atau perbaikan misal dengan jacketing, baca artikel pada jurnal berikut

      Klik untuk mengakses ij_07.pdf

      Suka

  38. cahyadi Avatar
    cahyadi

    Salam Kenal Pak Wir,
    Saya menemukan permasalahan berupa adanya getaran pelat lantai setiap dipijak orang diatasnya sampai terdengar jelas dibagian bawahnya pada rumah tinggal saya (Mirip penjelasan Bapak pada tanggal 22 Februari 2010). Identifikasi pelat, p : 6 m’ l : 3 m’ dan t : 0.1 m’ – apa kira-kira penyebabnya yah Pak, karena setiap memijak dibagian tengah lantai tersebut keramiknya terasa melendut (apakah ini hanya bagian toppingnya). Mohon sumbangan saran untuk perbaikannya ?

    Salam,
    Cahyadi

    Suka

  39. santosoyusak Avatar
    santosoyusak

    Selamat malam Pak Wir,

    Pak, saya mau menanyakan kasus yang masih berhubungan dengan topik ini..

    Bila setelah dilakukan analisa struktur ternyata balok tersebut saat ini membutuhkan perkuatan dan perkuatan yang dipilih adalah dengan menggunakan balok WF.

    yg ingin saya tanyakan, bagaimana cara menghitung perkuatan WF tersebut ya pak?
    apakah kapasitas balok beton dianggap seluruhnya digantikan kapasitas balok WF?
    atau dianggap balok beton dan WF bekerja bersama-sama menanggung beban?

    kemudian bila ada bangunan existing yang sudah dipasang perkuatan dengan balok WF, apakah kita bisa memodelkan balok tersebut di SAP2000?
    atau dalam pemodelan hanya dimodelkan balok beton kemudian setelah diketahui gaya dalam yang terjadi baru dicek perkuatannya secara terpisah?

    kalo boleh, tolong bapak referensikan buku-buku yang membahas soal perkuatan dengan menggunakan balok WF ini.

    terima kasih banyak Pak Wir.

    Suka

  40. imam muflih Avatar
    imam muflih

    jika boleh tau, alamat milis bapak apa??
    terimakasih

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      saya nggak punya milis pak. 😦

      Suka

  41. Saiful Avatar
    Saiful

    Mbah WIR..NUWUN SEWU NDEREK NYIMAK

    Suka

  42. edy purwanto Avatar
    edy purwanto

    Slamat siang pak Wiryanto

    Pak maaf ikut nanya: saya punya masalah dengan bangunan baja yang akan di rubah funsinya
    singkatnya, balok baja yang ada tidak kuat menahan lentur lalu saya tambahin balok T dibawahnya
    pertanyaannya, balok jadi tidak kompak, gimana supaya jadi kompak?

    salam hangat
    edy

    Suka

  43. Christiano Avatar
    Christiano

    Perkenalkan nama saya christian, saya tertarik membaca artikel bapak diatas, pada point “dalam analisis strukturnya, inersia balok umumnya belum memperhitungkan crack” yang ingin saya tanyakan adalah:
    1. dalam SNI beton terdapat koefisien reduksi untuk kekakuan beton (Ec.I), baik pada plat,dinding dan balok, apakah koefisien tersebut dapat digunakan dalam analisa struktur?
    2. dan jika telah kita masukkan koefisien tersebut melalui opsi “set modifier” dalam analisa struktur, ternyata balok setelah diaplikasikan dilapangan terjadi retak/lendutan berlebih maka dalam menghitung lendutan parameter Inersia bruto (Ig) apakah tetap memasukkan Inersia bruto yang tereduksi atau Inersia balok yang belum tereduksi untuk mendapat lendutan akhir sebagai kontrol terhdap lendutan ijin?
    semoga pak wir mau membalas pertanyaan saya tersebut , salam kenal dan terima kasih n GBU pak

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Hallo Christianto

      Coba perhatikan kembali, faktor reduksi kekakuan balok dan kolom adalah untuk perencanaan tahan gempa, yaitu untuk memastikan bahwa konsep strong-column-weak-beam dapat terpenuhi. Coba perhatikan, bahwa reduksi pada balok lebih besar daripada reduksi pada kolom. Jadi distribusi gaya / momen pada bagian tumpuan. Harapannya, bahwa kolom lebih kaku dari balok, sehingga gaya-gaya akan lebih terserap pada bagian yang kaku, dalam hal ini adalah kolom. Ini tentunya ditujukan pada sistem portal daktail, yang mana konfigurasinya akan efektif jika bentangnya relatif tidak besar dibanding tinggi kolom. Oleh sebab itu umumnya lendutan akibat gravitasi tidak dominan.

      Kalau untuk balok bentang besar, maka momen lapangan akan lebih dominan. Balok bisa lebih besar dari pada kolom. Pada kondisi seperti itu tentu saja konsep strong-column-weak-beam tidak mudah untuk dipenuhi. Untuk hitungan lendutan tentu saja tidak memakai kondisi beban terfaktor dan dichek terhadap beban hidup saja. Jika tetap dipakai reduksi seperti di atas, tentu kondisinya akan konservatif (aman). Tetapi kalau tidak masuk, maka dapat digunakan penampang T untuk tinjauannya. O ya, untuk lendutan beton bertulang juga lebih rumit lho, karena ada faktor rayap (creep) jangka panjang. Salah satu solusinya adalah pakai tulangan ganda. Coba deh lihat lagi, reduksi di atas bukan untuk hitungan lendutan lho.

      Suka

  44. Toni Avatar
    Toni

    Slmt mlm pak.wir, ada suatu menara gedung gereja tinggi 9m dan pd tiap 3 m di pasang balok anak dimn balok pd ketinggia 6 m sdh mengalami retak pada sambungan balok dg kolom, bgmn solusinya?

    Suka

  45. andre Avatar
    andre

    pak bahasanya sulit di mengerti untuk orang awam..
    mohon penjelasan lebih bermasyarakat
    karena yang awam juga ingin tahu dan penasaran
    contoh stiffness balok (langsung mikir sambil merenung tanda tanya)

    terima kasih pak wir

    Suka

    1. wir Avatar

      yah Andre, tulisanku sudah lebih dari 800. Kamu pilih saja di sini. Nggak semua tulisan isinya tentang “yang kamu tidak mengerti itu”. Banyak yang lain tentang hal yang umum-umum.

      Tentang yang kamu bilang tidak dimengerti oleh orang awam, kadang bagi orang-orang tertentu (komunitas insinyur) maka tulisanku itu dapat disebut populer lho. Bahkan mau membelinya mahal (nggak gratis).

      Ini misalnya :

      https://wiryanto.net/2016/09/02/testimoni-buku-struktur-baja-edisi-ke-2/

      Suka

  46. wiwin Avatar
    wiwin

    Selamat siang pak wir,

    ada klien saya meminta perubahan lantai di bangunan pabrik. Lantai eksisting adalah checkered plate yang di support balok baja dan kolom baja. Karena kebutuhan klien, maka klien meminta lantai tersebut akan di cor (dilapis) dengan beton dengan checkered plate skaligus sebagai bekisting. Luas total area 9.6m x 18.4m. Jarak kolom +/- 4.25m. Jarak balok lebih rapat. (banyak anak balok)

    Menurut saya yang harus ditinjau adalah :

    dari segi desain :
    – pengecekan balok2 (balok anak dan balok utama) dan kolom dari segi kekuatan dan lendutan akibat tambahan beban dari berat beton baru.
    – pengecekan kekuatan checkered plate menerima beban berat beton.
    – slab beton hanya akan berfungsi sebagai beban terhadap balok sehingga tidak dapat diperhitungkan untuk membantu kekuatan balok. dengan kata lain balok tidak bisa dihitung sebagai balok komposit.
    – karena bukan balok komposit maka tidak diperlukan shear connector
    – tebal beton diusahakan setipis mungkin supaya berat tambahan tidak besar namun masih bisa memenuhi persyaratan kekuatan dan kenyamanan (lendutan).
    – pengecekan cukup dilakukan secara lokal (tidak perlu peninjauan seluruh gedung)

    Hal2 lain yang harus dipertimbangkan di luar pengecekan desain –>> ????

    Pertanyaan :

    dari segi desain, apakah ada hal lain yang harus saya pertimbangkan selain poin di atas.
    apakah ada hal2 lain di luar desain yang harus saya perhatikan atau cek ?

    Mohon saran nya.

    terimakasih banyak pak wir atas bantuannya

    Suka

    1. wir Avatar

      Sudah baik anda menetapkan kriteria perencanaan yang digunakan, yang penting konsisten antara teori dan pelaksanaan di lapangan.

      Berdasarkan kriteria tadi, hal-hal yang perlu diperhitungkan lagi adalah

      Hati-hati, beton terlalu tipis, maka lantai bisa pecah-pecah. chekered plate bisa melendut cukup besar, adapun beton tidak. Jadinya bisa terpisah.

      Penambahan berat beton, untuk suatu lantai yang luas, bisa berakibat pada penambahan beban lateral akibat gempa. Jadi perlu dicheck.

      Kira-kira itu hal lain yang perlu diperhatikan.

      Suka

      1. wiwin Avatar
        wiwin

        ok pak noted. Terimakasih banyak.

        Suka

  47. sigit Avatar
    sigit

    Selamat malam pak wiryanto
    ada hal yang ingin saya tanyakan soal struktur balok rumah tumbuh. Saat ini saya ingin melakukan renovasi pada bangunan lama berupa pembuatan pondasi, sloof, kolom, dan balok serta perubahan atap. Namun karena konsep saya adalah membuat rumah tumbuh 2 lantai jadi segala struktur yang saya buat sengaja saya siapkan untuk dua lantai.

    Namun ada hal yang sangat perlu untuk saya pahami soal pengecoran balok atas yang dipersiapkan untuk plat lantai namun belum akan dilakukan dalam dalam waktu dekat, bagaimanakah teknik pengecoran yang benar.

    Saya sempat konsultasi dengan tukang lokal, dan masukannya adalah sebagai berikut:
    1) karena yang paling umum adalah mengecor keseluruhan dan pada saat nanti melanjutkan pekerjaan plat lantai dibobok setengah bagian, saya merasa hal ini akan boros.

    2)Saya sempat terfikir untuk mengecor setengah bagian bawah, dan membiarkan bagian atas terbuka atau ditutup dengan adukan standar pasangan bata guna menopang beban atasnya, walaupun hanya 1meteran pasangan bata.

    3)Atau tanpa ditutup dan dibiarkan terbuka hanya bagian atas diganjal papan kayu sebelum pasangan bata, sedang samping tutup papan agar terlindung dari air hujan.

    4)Dan sempat juga terfikir untuk mengecor dengan balok kecil(d8x4) dibawah lokasi nantinya balok besar(d10x6) sekedar untuk mengikat pasangan bata saja, sedang pekerjaan balok besar bersama-sama dengan plat lantai suatu saat nanti walaupun terlihat hall ini terlihat boros.

    Pertanyaannya dari 4 alternatif manakah yang cukup aman, efisien, dan efektif? Atau ada cara lain yang lebih baik?

    Saya rasa hanya itu pertanyaannya, saya berharap mendapatkan pencerahan, dan terimakasih sebelumnya.

    Suka

    1. wir Avatar

      saya kurang paham dengan uraian yang Bapak maksud. Hanya untuk pekerjaan beton, maka penampang yang dicor harus sekaligus. Jadi jika nanti itu akan dipasang untuk dua lantai, maka tulangan terpasang harus dihitung pada kondisi terbesar (biasanya ini kondisi beban terbesar, misal yang dua lantai). Itu tentu dihasilkan dari hitungan analisis. Penampang dicor sebagian, tidak biasa, karena akan tidak berfungsi sebagai satu kesatuan.

      Suka

  48. Eka Avatar
    Eka

    Selamat pagi pak.Saya pak eka dimedan.Saya ingin menanyakan,apakah penambahan ruangan dilantai 2 berupa pembuatan dinding dari pasangan bata dapat bertumpu hanya pada dak beton saja.saya berencana membuat kamar mandi didlm kamar.Sebagai informasi,dak beton saya ketebalan 10 cm dgn besi 10mm 2 lapis 10cm dan jarak antar kolom kamar berbentuk persegi 4 m dengan penulangan 6d12mm.Terima kasih sebelumnya pak.Wassalam

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com