Heran juga, masih ada juga yang gagal bangun jembatan. Padahal pendidikan teknik sipil di Indonesia ini khan udah mewabah, tiap ibukota propinsi kelihatannya udah ada lho perguruan tingginya. Bahkan saking banyaknya, bahkan sudah ada tempat belajar (perguruan tinggi) yang nggak dapet murid baru. Itu khan artinya tempat belajar dengan yang mau belajar sudah lebih banyak tempatnya. Peminat yang mau jadi insinyur sedikit karena di pasaran sudah dijumpai banyak insinyur sehingga harganya jadi kodian (digaji kecil). Jadi siapa yang mau ?
Jika insinyurnya udah kebanyakan, tetapi mengapa ya masih ada juga gagal membangun jembatan.Padahal tipe jembatan biasa, kalau nggak percaya ini contohnya yang baru saja terjadi.
Rubuhnya Jembatan di Mulyorejo Surabaya (sumber : detikSurabaya)
Jika melihat kejadian di atas, itu khan ironis sekali. Apa itu menunjukkan bahwa dunia pendidikan di sini tidak LINK and MATCH gitu. Menurut info, itu 20 m aja lho bentangnya, gimana kalau mau bikin yang 200 m . 🙂
Kenapa ya, koq begitu ?
Jika melihat sepintas, kelihatannya itu jembatan beton, hanya nggak tahu apakah itu beton bertulang atau beton pra-tegang. Kalau ternyata itu beton bertulang biasa, wah kebangetan sekali itu. Terus terang, aku sendiri sampai umur segini nggak berani lho bikin balok beton bertulang sampai bentang 20 m. Teoritisnya sih bisa, tapi praktisnya aku jarang menjumpai atau menemuinya. Kalau betul itu, wah kebangetan sekali itu perencanaannya. Itu mah salah diperencanaannya, terlalu berani. 😦
Tapi ah, dugaanku semoga salah. Moga-moga itu karena hal-hal yang lain, di luar kekuasaan manusia.
Tetapi yang jelas, itu sudah jatuh korban manusia. Semoga yang menjadi korban akibat kegagalan pelaksanaan jembatan tersebut, dosa-dosanya diampuni dan dapat diterima di sisi Tuhan yang Maha Esa, selain itu keluarga yang ditinggalkannya mendapat ketabahan, kekuatan dan penghiburan dari Tuhan. Amin
Tinggalkan komentar