Catatan Wiryanto : adalah suatu kehormatan bahwa versi web dari Laporan Kunjungan Penelitian prof. Harianto di Uni Kassel Jerman dapat dipublikasikan di blog ini. Beliau akan menceritakan bagaimana aplikasi beton mutu sangat tinggi telah diaplikasikan dalam suatu jembatan. Jelas teknologi seperti yang dilaporkan beliau belum pernah ada di Indonesia dan karena baru pertama kalinya dipakai di Jerman, maka membahas jembatan tersebut tentu cukup menarik.

gambar1
Gambar 1. Prof. Dr.-Ing. E. Fehling dan Prof. Dr.-Ing. Harianto H. (Penulis).

Konstruksi Hybrid Jembatan Gärtnerplatz

Jembatan Gärtnerplatz di Kassel-Jerman – merupakan aplikasi Ultra High Performance Concrete (UHPC) hasil penelitian dan pengembangan selama satu dasawarsa dibidang UHPC di University of Kassel.

Penulis : Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra
Guru Besar Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan
E-Mail: Hardja @yahoo.com

Research grant tahun 2008 dari Konrad Adenauer Foundation (Jerman) yang berhasil diperoleh penulis, mengantarkan penulis untuk mendapatkan kesempatan melakukan penelitian dibidang UHPC di University of Kassel. Penulis bekerja sebagai peneliti tamu di Institute of Structural Engineering dengan Prof. Dr.-Ing, E. Fehling sebagai direktur bidang struktur beton.

Salah satu milestone setelah 10 tahun penelitian dan pengembangan dibidang UHPC adalah digunakannya UHPC pada jembatan pejalan kaki Gärtnerplatz di Kassel yang melintasi sungai Fulda sepanjang 133 m. Pilar jembatan dibagi dalam 6 bentang : 19,2 – 24,0 – 21,0 – 36,0 – 21,0 – 12,0 m dengan lebar jembatan 5,0 m. Jembatan Gärtnerplatz merupakan jembatan yang pertama kali nya di Jerman diijinkan dibangun dengan menggunakan UHPC, dan selesai dibangun pada bulan Juli 2007. Jerman termasuk negara yang belum memasukkan UHPC dalam standard perencanaan untuk beton (DIN 1045), maka untuk penggunaan UHPC dalam konstruksi diperlukan ijin khusus untuk mengevaluasi kekuatan, keamanan dan durability UHPC. Team peneliti dari University of Kassel dibawah pimpinan Prof. Fehling dan Prof. Schmidt yang selama 10 tahun mengembangkan UHPC, dapat membuktikan dari hasil hasil penelitian mereka selama ini bahwa UHPC memenuhi syarat keamanan dan layak untuk dipakai pada jembatan ini.

Apakah Ultra High Performance Concrete ?

UHPC merupakan produk dari material konstruksi High Tech, yang memungkinkan dihasilkannya beton dengan kekuatan sangat tinggi, dimana kuat tekan beton menyamai kekuatan baja, yaitu dapat mencapai 200 – 250 N/mm² (MPa). Sebagai perbandingan di Indonesia kuat tekan beton yang dipakai sampai saat ini maksimum 70 N/mm², dan baja konstruksi mempunyai kekuatan 240 N/mm² . Adapun kata Ultra Performance lebih cocok digunakan daripada kata Ultra Strength, karena UHPC selain memberikan kekuatan jauh lebih tinggi daripada beton normal, ternyata memberikan performance yang jauh lebih baik seperti perlindungan terhadap bahaya korosi pada tulangan, ketahanan abrasi terhadap zat zat kimia yang berbahaya dan durability daripada beton normal.

Disebut High – Tech karena desain campuran UHPC adalah berbasis Teknologi Nano dimana harus diperhatikan penggunaan partikel partikel UHPC yang mempunyai ukuran dalam rentang ukuran nanometer disingkat nm (submikrokopis). Satu nanometer adalah sepermilliard meter. Melalui teknologi nano ini akan diperoleh material beton yang sangat padat, dimana pori pori dari beton lebih kecil daripada ukuran kapiler, yaitu berada dalam ukuran 0,002 µm atau sebesar 2 nm. Praktis akan diperoleh material dengan susunan struktur yang homogen.

Tingginya kekuatan beton yang dihasilkan dari suatu mix design UHPC dipengaruhi oleh beberapa hal pokok:

  • Rendahnya perbandingan air dan semen yang digunakan, yaitu lebih rendah dari 0,25.
  • Penggunaan semen dengan bahan tambahan dari kelompok bahan mineral seperti mikro silika.
  • Agregat halus : pasir dengan diameter 0,125 – 0,50 mm
  • Partikel sangat halus yaitu tepung quarz.
  • Superplastisizer.

Dalam campuran UHPC ditambahkan serat baja ataupun serat polypropylene agar UHPC dapat mencapai daktilitas yang cukup untuk mencegah terjadinya keruntuhan yang bersifat tiba tiba.

Karena kekuatannya sangat tinggi penggunaan UHPC memungkinkan dihasilkannya struktur beton yang ringan dan ramping, yang berarti dapat menghemat sumber daya alam dan enerji. Ringannya berat sendiri struktur memungkinkan dicapainya bentang struktur yang lebih lebar dan bertambahnya tingginya bangunan. UHPC merupakan beton yang sangat padat sehingga dapat melindungi tulangan baja terhadap bahaya korosi, sehingga menjamin durability struktur.

Jembatan Gärtnerplatz

Jembatan Gärtnerplatz yang dibangun melintasi sungai Fulda di Kassel praktis adalah realisasi dari hasil penelitian UHPC di University of Kassel selama 10 tahun, yang menggunakan hasil pengembangan desain campuran UHPC dengan nama M1Q, M2Q. Bahan bahan material yang digunakan untuk campuran UHPC dapat diperoleh secara lokal. Desain campuran M1Q dan M2Q dibantu dengan curing pemanasan pada suhu 90° C selama 48 jam akan menghasilkan kuat tekan beton rata rata sebesar 195 N/mm².

gambar2
Gambar 2: Jembatan Gärtnerplatz (Kassel – Jerman)

Jembatan sepanjang 132 m ini direncanakan untuk menggantikan jembatan kayu, tanpa harus mengganti pondasi dan pilar yang sudah ada. Untuk itu perlu desain struktur yang berat sendirinya tidak melebihi struktur jembatan kayu.

Struktur jembatan disebut sebagai konstruksi hybrid karena terdiri dari struktur baja dan struktur UHPC. Struktur baja terdiri dari rangka batang 3 dimensi berbentuk segitiga terbuat dari pipa baja, yang dengan high tension bolt dihubungkan pada 2 balok menerus paralel terbuat dari UHPC sebagai Upper Chord dari badan jembatan.

gambar3
Gambar 3: Tampak struktur jembatan dengan pipa baja sebagai struktur rangka dan dengan balok UHPC sebagai upper chord

Penampang balok UHPC ini sangat ramping berukuran 30 x 40 cm dengan panjang bentang segmen antara 12 m dan 36 m. Balok upper chord dibuat sebagai beton pracetak dilengkapi dengan kabel prategang unbonded St 1570/1770 . Keseluruhan enam segmen badan jembatan dibuat secara pre-pabrikasi untuk kemudian dikirim dan di montase di lokasi.

image008
Gambar 4: Segmen rangka jembatan yang dikerjakan di workshop diangkut dengan trailer ke lokasi ( Sumber : Fehling)

Desain struktur jembatan adalah sebagai struktur menerus, antara segmen dihubungkan dengan menggunakan sistem sambungan penuh dengan High Tension Bolt.

gambar6
Gambar 5 : Tampak sambungan rekatan pelat lantai UHPC dengan balok upper chord UHPC dan detail pertemuan batang diagonal rangka baja dengan upper chord UHPC.

Diatas 2 balok paralel upper chord diletakkan pelat untuk lantai jembatan dengan lebar 5,0 m dan panjang segmen pelat 2,0 m. Pelat terbuat dari UHPC sebagai beton pracetak dengan sistem pretension. Tebal pelat lantai 12 cm pada bagian tengah dan 8 cm pada bagian tepi , sehingga dapat diperoleh kemiringan lantai yang diperlukan. Dengan perbandingan tebal pelat terhadap lebar jembatan sebesar 1/40 tergolong sebagai struktur pelat yang tipis. Untuk pemasangan pelat pracetak diatas upper chord tidaklah digunakan sambungan mekanis, tapi pelat ini direkatkan pada balok upperchord dengan mengunakan pasta epoxy (2-K-Epoxidharz Sikadur 30) .

image010
Gambar 6: Pekerjaan untuk merekatkan lantai Jembatan diatas upper chord, dengan menggunakan epoxy (Sumber : Fehling)

Setelah pemasangan pelat lantai selesai, maka kabel prategang yang terdapat pada kedua balok upper chord ditarik dan diangkur sebagai unbonded prategang. Melalui sambungan rekatan epoxy gaya prategang pada upper chord akan tersalurkan pada pelat lantai. Dengan demikian pada jembatan Gärtnerplatz untuk pertama kalinya di dunia digunakan sistem rekatan dengan menggunakan epoxy untuk menyambung elemen2 struktur beton secara permanen.

Penggunaan UHPC dan baja yang bersama sama membentuk struktur hybrid, selain memberikan effek estetika sebagai jembatan pejalan kaki yang ringan dan ramping, juga membawa keuntungan ekonomis, bahwa strukur jembatan tersebu tidak memerlukan pondasi dan pilar baru.

Keberhasilan pembangunan jembatan Gärnerplatzt memperlihatkan keberhasilan Link and Match antara industri dan universitas, dimana hasil hasil penelitian bertahun-tahun di universitas dapat diaplikasikan pada dunia industri. Atas kebrhasilan ini, pemerintah memberikan penghargaan ”Deutschland Land der Ideen 2007” yang merupakan penghargaan atas kreatifitas dan imajinasi bagi para peneliti dan profesional di University of Kassel.

Melalui kerja sama dengan Prof. Fehling dan Prof. Schmidt sebagai nara sumber, maka akan dilakukan juga penelitian dan pengembangan UHPC di Teknik Sipil UPH, dengan menggunakan material material lokal yang ada, agar UHPC dapat juga digunakan di Indonesia sebagai bahan konstruksi yang handal.

Tulisan ini telah diterbitkan di MAJALAH KONSTRUKSI no. 378, Desember 2008.

Link terkait sebelumnya :

17 tanggapan untuk “Publikasi Riset Prof Harianto di Kassel Jerman”

  1. Penulis Avatar
    Penulis

    Terima kasih untuk publikasinya. Semoga bermanfaat untuk kemajuan T Sipil di Indonesia dan memicu kita untuk belajar mengenai material baru ini

    Suka

  2. det Avatar

    luar biasa orang UPH! :mrgreen:

    Suka

  3. Antonius Tonni Kurniawan Avatar

    Bravo Civil Engineer!!!!!!!!!!!!!!!

    Suka

  4. fachrezakbar Avatar
    fachrezakbar

    bisa ditampilkan nggak pak detail mix desainnya,
    detail pelaksanaan pembuatannya…

    Suka

  5. Penulis Avatar
    Penulis

    Segera akan dipublikasikan tulisan mengenai teknis UHPC

    Suka

  6. Mi Avatar

    Menarik sekali tulisan tentang UHPC ini

    Sekalian numpang tanya pa wir, mikrosilika diatas itu sama gaq yah dengan silikafume?

    Ditunggu tulisan teknisnya pa wir. Makasi

    Wir’s responds: yang menjadi penulis di atas adalah Prof. Harianto H sendiri.

    Suka

  7. r-son Avatar
    r-son

    Dear Sir

    kok gak ada yang ngangkat tentang gempa di Manokwari yah?

    Suka

  8. firman Avatar
    firman

    dear pak,

    pak wiryanto pernah mengecek sustainabilitas dari suatu struktur gak pak? soalnya para civil enggineer sering dicap mengganggu kestabilan lingkungan dengan project yang dikerjakan. dan gmn menurut bpk, tk salam kenal

    Suka

  9. Arjuna Avatar
    Arjuna

    Ini sebuah kemajuan di bidang teknologi beton. Kepada penulis, ataupun pak wir mungkin bisa memberikan sedikit ulasan tentang pembiayaan pada konstruksi ini. Barangkali, khusus campuran betonnya membutuhkan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan beton konvnsional, tetapi seberapa penghematan setelah digabungkan dengan struktur akhir.
    Terima kasih

    Suka

  10. wie Avatar

    Pak Wir,
    mencermati blog-nya Pak Wir saya bersyukur, ternyata masih ada guru yang mau berbagi ilmu kayak Pak Wir, dan semoga guru-guru lain pada ketularan Pak… (mau berbagi ilmu, maksudnya)

    Suka

  11. Joni Avatar
    Joni

    wah hebat…

    250 mpa… itu kira sama dengan k-2800 ya
    wah bayangin, k -700 aja dah keras banget apa lagi itu…

    loh tapi katanya makin keras beton duktilitasnya makin rendah…

    Suka

  12. Mungkinkah beton sekuat baja? « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Publikasi Riset Prof Harianto di Kassel Jerman,  Januari 7, 2009 […]

    Suka

  13. redhyka Avatar

    tambahan siraman cahaya ilmu ditengah gersang panasnya korupsi

    mudah-mudahan semakin sejuk pak wir

    mari kita dukung penulisan buku Jembatan Indonesia

    Apalagi selain sumber referensi buku emang kurang, ilmu per-jembatan-an juga udah lari jauh tuh..

    Pengalaman saya akan sy info ke jembatan(dot)indonesia(at)yahoo(dot)com
    seperti yg bapak maksud

    secara kasar dalam konstruksi jembatan saat ini yg kami UTAMA-nya adalah kelemahan dalam penerapan aplikasi teknologi dalam bidang jembatan

    pamit

    permisi memuat isi halaman ini di blog saya …belajar nge-blog… tp sering tak sempat ngupload, abis dikejar jam tayang terus..!
    tentu referensi disebutkan (bukan begitu p’wir?)

    piss

    Wir’s responds: terima kasih mas Redyka, dukungannya ditunggu. GBU

    Suka

  14. Leon Avatar
    Leon

    Lalu kalo betonnya sudah sekuat itu masih perlukah tulangan baja? Ulasan di atas hanya menyebutkan kemampuan “layaknya” beton yaitu kuat tekan, bagaimana dengan kuat tariknya? Sama atau tidak ya dengan beton konvensional?

    Suka

  15. rera Avatar

    terimakasih informasinya..

    Suka

  16. ali Avatar
    ali

    sangat membantu

    Suka

  17. perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Publikasi Riset Prof Harianto di Kassel Jerman -7 Januari 2009 […]

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com