Catatan : tulisan ini ditujukan kepada mahasiswa/i teknik sipil uph, meskipun demikian jika ada pembaca lain yang tertarik dengan ide yang diberikan maka dipersilahkan saja, meskipun demikian resiko ditanggung sendiri. 😉
Beberapa tahun mengelola mata kuliah kerja praktek maka dapat diketahui bahwa selama ini sebagian besar proyek yang diulas mahasiswa (saya) adalah proyek-proyek gedung. Jadi ada kesan bahwa yang namanya struktur bangunan hanyalah bangunan gedung-gedung bertingkat, lain tidak. Kondisi ini tentu merugikan dari sisi wawasan mahasiswanya, padahal jika tahu, bahwa seorang insinyur teknik sipil, khususnya struktur, peranannya di proyek bangunan gedung bertingkat relatif tidak terlalu terlihat bahkan bisa dikatakan hanya di belakang layar saja, tidak menonjol jika dibanding sang arsitek perencananya. Karena peranannya itulah, maka seolah-olah sang insinyur teknik sipil tersebut dapat diisi oleh siapa saja, karena dianggap sebagai tukang hitung saja. Toh pada akhirnya, struktur hasil rancangannya akan tertutup oleh finishing, tidak terlihat lagi.
Fakta lain menunjukkan bahwa sangat jarang ada suatu bangunan gedung, gagal dalam perencanaannya, yaitu ketika selesai dibangun kemudian ketika dipakai mengalami roboh. Saya kira itu sangat jarang terdengar. Ada juga sih, tetapi kalau ditelusuri maka biasanya sistem pondasinya yang masalah. Untuk perencanaan sistem pondasi , kondisi tanah di bawahnya memang kadang unpredictable.
Hal itu tentu sangat berbeda dengan pelaksanaan bangunan jembatan. Khususnya untuk sistem struktur atasnya. Sampai saat ini, masih saja sering terdengar adanya jembatan yang roboh, yang baru-baru kita dengar ini khan yang dari surabaya itu. Tul nggak ?
Adanya jembatan yang roboh pada saat dibangun, dapat diartikan bahwa pelaksanaan konstruksi jembatan relatif lebih sulit atau kompleks dibanding pelaksanaan konstruksi gedung (yang umum). Atau bisa juga diartikan, bahwa sarjana teknik sipil yang berkompetensi di bidang jembatan adalah masih langka.
Pada sisi lain, ditemui juga fakta bahwa sudah ada perusahaan konsultan engineering pada proyek bangunan gedung yang telah mengurangi karyawannya (PHK) alasannya adalah akibat krisis 2009 ini. Itu khan bukti bahwa proyek bangunan gedung terpengaruh oleh kondisi krisis yang terjadi, sedangkan proyek jembatan, karena umumnya adalah proyek-proyek pemerintah maka kelihatannya pembangunan infrastruktur masih tetap berlangsung. Banyak yang meyakini bahwa proyek-proyek infrastruktur adalah penting, yaitu untuk mengatasi kondisi krisis itu sendiri. Oleh karena itu, meskipun krisi, maka diusahakan untuk tetap berjalan.
Jadi intinya, proyek-proyek teknik sipil untuk kerja praktek mahasiswa jangalanlah berfokus pada gedung saja, tetapi masih ada proyek-proyek lain seperti jembatan, bendung, bangunan pembangkit listrik sbagai alternatif lain yang dapat dipertimbangkan. Oleh karena itulah maka ketika ada beberapa mahasiswa yang mau berkonsultasi kerja praktek maka selalu aku tawarkan “mengapa tidak sebaiknya kerja praktek di proyek bukan gedung, dalam hal ini disarankan adalah proyek pembangunan jembatan“.
Karena sebelumnya yang diulas adalah gedung dan sebangsanya, maka tentu agak bingung juga kalau mau masuk di proyek jembatan. Betul bukan ?
Itu saya maklumi, karena biasanya para mahasiswa bertindak meniru dari kakak-kakak kelasnya terdahulu, jadi ketika ketemu suatu proyek yang agak berbeda dengan sebelumnya (baru) maka perlu sedikit diberi bekal.
Proyek jembatan agak berbeda, umumnya proyek tersebut adalah milik publik (negara) dan bukan milik swasta seperti pada umumnya proyek-proyek bangunan gedung bertingkat. Proyek jembatan dibuat sebagai pelengkap dari suatu proyek jaringan jalan. Jadi besar kecilnya jembatan juga ditentukan oleh klas jalan yang dihubungkannya. Oleh karena itu mahasiswa perlu memahaminya. Untuk memulai kerja praktek maka ada baiknya mahasiswa mencari informasi terlebih dahulu pada pemilik proyek tersebut, dalam hal ini adalah PU, kalau tidak salah adalah Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional. Bagi mahasiswa jurusan teknik sipil UPH, maka saya menganjurkan untuk konsultasi langsung terlebih dahulu dengan dosen jembatan. Itu sangat membantu. Seperti kita ketahui, bahwa Bu Lanny Hidayat, dosen jembatan di UPH adalah salah seorang praktisi berpengalaman banyak dengan proyek-proyek jembatan di Indonesia dan juga dikenal banyak network-nya. Jadi keberadaannya sebagai dosen tidak tetap di UPH tentu perlu disyukuri sekali. Potensi ini jika dapat dikembangkan lebih lanjut memungkinkan UPH kuat di bidang jembatannya. Tetapi itu tentu tergantung dari keaktifan teman-teman di sini. Ok ?
Ok, jika tahap di atas sudah dilalui, artinya bisa mendapat kerja praktek di suatu proyek, dan sudah mendapat ijin owner atau pihak yang berwenang maka tentunya mahasiswa yang bersangkutan bisa mendapat dokumentasi teknis jembatan tersebut. Ini penting, karena tanpa informasi seperti itu tentu susah kalau hanya sekedar melihat-lihat di lapangan. Kelengkapan dokumen teknis, minimal berupa gambar kerja, dan detail sangat membantu untuk mempelajari sistem jembatan yang akan dipelajari.
Dari gambar struktur yang ada maka dapat diketahui sistem jembatan apa yang dipakai, berapa bentangnya.
Bentang jembatan adalah salah satu kunci, seberapa kompleks proyek yang akan diulas. Bayangkan saja, jembatan dengan bentang 6 m tentu akan sangat berbeda dengan bentang 60 m, meskipun sistem jembatannya mungkin sama saja misalnya simple-beam. Selanjutnya dengan mengetahui sistem jembatan yang dipilih maka dapat diketahui bagian-bagian jembatan yang kritis, sehingga mahasiswa perlu memeriksa atau mengamati bagian tersebut secara lebih serius untuk diingat. Seperti misalnya, sistem jembatan pelengkung, dimana pada sistem ini maka kondisi pelaksanaan pondasi dan tumpuan jembatan adalah penting, tidak simple seperti type jembatan simple-beam.
Sistem dan cara pelaksanaan konstruksi jembatan di lapangan, adalah suatu hal yang menarik. Bagi suatu konstruksi bangunan, menempatkan perancah umumnya relatif mudah dan sederhana, tetapi itu tentu tidak berlaku pada jembatan. Selain bentangnya lebih besar, maka karena di bawahnya adalah tentunya aliran sungai, yang mengalir, atau mempunyai kedalaman yang tidak memungkinkan untuk dipasang bekisting biasa maka dalam pelaksanaannya diperlukan berbagai macam ide atau cara yang tentu saja lebih kompleks dibanding pelaksanaan konstruksi gedung.
Jadi apabila mahasiswa ingin kerja praktek di proyek jembatan, maka pelaporan bagaimana strategi yang digunakan dan masalah yang ditemui di lapangan dalam pembangunan jembatan itulah yang perlu dilaporkan. Kadang-kadang, masalah pelaksanaan di lapangan mempengaruhi juga strategi perencanaannya. Jika ini ada, saya kira ini suatu hal yang patut di laporkan juga.
Tahapan Erection PC-Girder (sumber : L. Hidayat)
Perhatikan foto pelaksanaan erection (pengangkatan) jembatan tipe precast prestressed girder di atas. Itu merupakan suatu tahapan yang patut dilihat saat mahasiswa melakukan kerja praktek pada proyek jembatan. Tentu tidak setiap jembatan mempunyai cara pelaksanaan yang sama, tergantung medan di lapangan, design perencananya dll. Tetapi yang jelas, peristiwa seperti terlihat pada foto di atas tidak diperoleh di bangku perkuliahan. Jika mahasiswa dengan pengalaman kerja prakteknya bisa melaporkan secara rinci proses pelaksanaan dengan baik, bisa menceritakan alat-alat berat yang dipakai, kapasitas, posisi dan strategi sampai jembatan dapat terpasang dengan baik maka tentu itu akan menjadi suatu pengalaman yang berharga, yang mungkin membedakan antara mahasiswa satu dengan yang lainnya.
O ya, penting untuk diingat, bahwa yang paling penting dari suatu pelaksanaan kerja praktek adalah bukan pada pelaksanaan kerja prakteknya itu sendiri. Mungkin dari sisi mahasiswa, itu betul, tetapi dari sisi dosen dan orang lain yang tidak terlibat dalam proses KP tersebut maka tentu tidak tahu seberapa hebat mahasiswa di sana (tempat KP). Bagaimanapun selama KP, dosen tidak mengikuti secara fisik di sana, tidak dilakukan pengecheckan. Dalam hal ini anda (mahasiswa peserta KP) sudah dianggap sudah dewasa, dan kami (para dosen) memberi kepercayaan penuh atas kejujuran anda dalam melaksanakan KP. Oleh karena itu, dari kaca mata dosen atau orang-orang di luar mahasiswa yang KP maka yang paling penting adalah proses pelaporannya, proses menulisnya. Seberapa jauh kemampuan mahasiswa dapat menceritakan tertulis “apa-apa yang diperoleh selama KP”, itu yang akan dinilai. Untuk itulah maka ada dosen pembimbing, yaitu saya. OK.
Alasan mengapa saya mengutamakan penulisan laporan KP sebagai tolok ukur menentukan kelulusan mahasiswa terhadap mata kuliah Kerja Praktek tersebut adalah :
Kemampuan seseorang dalam menuangkan gagasan secara tertulis merupakan representasi dari kualitas intelektualitas-nya, karena melalui tulisan atau karya tulis (dalam bentuk apapun) seseorang mewujudkan pikirannya. Dari tulisan memang akan kelihatan logika berpikir seseorang. Dengan menulis, seseorang belajar berpikir secara eksak dan padat.
Dedi Supriadi (1997)
Tulisan lain tentang pelaksanaan Kerja Praktek di Jurusan Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan.
- berani hidup atau berani mati ? (Februari 6, 2008)
- pekerjaan loading test (Desember 1, 2007)
- pekerjaan tiang bor (Nopember 30, 2007)
- menulis Laporan KP (Oktober 6, 2007) **Wajib baca**
- precast hollow-core slab (Juni 16, 2007)
- precast-wall (Juni 15, 2007)
Tinggalkan komentar