Catatan : Prof Harianto ingin berbagi informasi mengenai kunjungan risetnya di Uni-Kassel tentang beton mutu super. Ini merupakan makalah beliau versi on-line dan hanya di blog ini. Untuk itu diucapkan terima kasih atas kepercayaannya memakai blog ini. Semoga informasi ini dapat dengan cepat diketahui oleh teman-teman seprofesi se Indonesia.

Mungkinkah beton sekuat baja?

Oleh:
Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra
Penulis adalah Guru Besar Teknik Sipil
Universitas Pelita Harapan
E-Mail: hardja@yahoo.com

Pertanyaan di atas tentu belumlah muncul ditahun 1950-an, saat beton untuk pertama kalinya diperkenalkan di dunia konstruksi Indonesia oleh alm. Prof. Roosseno, Bapak Beton Indonesia, sebagai bahan konstruksi yang andal dan murah. Sebagai dosen dan ahli struktur beliau sangat giat memperkenalkan teknologi dan konstruksi beton. Beliau mengajarkan bagaimana membuat campuran beton, yang bahan dasarnya mudah didapat, terdiri dari murni 3 bahan dasar yaitu: semen, agregat kasar / halus, dan air, sesuai dengan kekuatan yang diinginkan, yaitu sekitar 200 kg/cm² – 250 kg/cm². Kekuatan beton saat itu kalau dibandingkan dengan kekuatan baja yang mencapai 2400 kg/cm² hanyalah sepersepuluhnya.

Research grant 2008 dari Konrad Adenauer Foundation yang diperoleh penulis, memberi kesempatan kepada penulis untuk mendalami beton sebagai material konstruksi yang High Tech, berbasis TEKNOLOGI NANO.

Di Institute of Structure, University of Kassel, tempat penulis bekerja, Prof. Schmidt dan Prof. Fehling, selama satu dekade ini telah melakukan penelitian berbasis teknologi nano, untuk membuat campuran beton dengan kekuatan tekannya mencapai kekuatan baja, yaitu sebesar 2000 kg/cm² – 2500 kg/cm². Beton generasi baru ini dikenal dengan nama Ultra High Performance Concrete disingkat UHPC.

Susunan gradasi dari material yang membentuk beton generasi baru ini berbeda dengan susunan gradasi beton konvensional yang terletak pada rentang ukuran makro. Susunan gradasi dari material UHPC terdiri dari partikel partikel sangat halus terletak pada ukuran submikrokopis, dengan rentang ukuran nanometer disingkat nm (10-9 m) sampai ukuran 0,5 mm, yang terdiri dari mikrosilika (yang berukuran antara 50-1000 nm), partikel semen (dengan ukuran antara 2-100 µm) dan pasir halus (dengan ukuran antara 10 – 500 µm).

Dengan basis teknologi nano terbuka jalan untuk melakukan optimasi untuk mendapatkan susunan material pada suatu volume tertentu yang ultra padat atau disebut sebagai packing density. Kepadatan yang sangat tinggi diperoleh karena ruang-ruang kosong yang ada diantara partikel-partikel yang berukuran relatif besar seperti partikel semen dapat diisi butiran debu halus berukuran nanometer seperti mikrosilika ataupun partikel mineral lainnya, bersifat reaktif maupun tidak. Dengan demikian terbentuklah UHPC sebagai beton dengan susunan struktur yang sangat padat, dimana pori-pori yang terbentuk berada dalam ukuran 2 nm, lebih kecil dari ukuran kapiler atau praktis tidak mengandung lagi pori-pori berukuran kapiler.

gambar1
Gambar 1 : Prinsip pengisian pori-pori pada material UHPC (Sumber: Schmidt)

gambar2a1gambar2b
Gambar 2 : Kiri, foto REM beton konvensional. (lebar gambar 23 µm)
Kanan, foto REM UHPC (lebar gambar 7 µm)
(Sumber : Schmidt)

Gambar 1 memperlihatkan prinsip susunan berbagai ukuran partikel halus yang mengisi pori-pori dan membentuk packing density dari material UHPC, sedangkan Gambar 2 adalah hasil foto REM (Raster Elektron Mikroskop) untuk beton konvensional dan UHPC. Pada beton konvensional terlihat jelas pori-pori beton dalam ukuran kapiler, sedangkan pada UHPC pori-pori kapiler ini tidak lagi terlihat. Kekuatan tinggi pada UHPC terutama disebabkan karena rendahnya porositas yang ada pada material UHPC, dimana semen sebagai matrix, mengikat partikel halus mikro silika yang bersifat reaktif maupun partikel halus mineral lainnya yang tidak reaktif dengan pasir halus sebagai aggregat, membentuk susunan struktur material yang homogen.

Akibat sedikitnya pori-pori yang ada pada suatu volume tertentu dari UHPC, maka pada campuran UHPC jumlah air dapatlah dikurangi sampai mencapai kurang lebih 20 % dari berat semen. Untuk menjamin agar campuran UHPC yang sedikit air ini dapat tetap dikerjakan, maka pada campuran UHPC diberi tambahan superplastisizer, yang paling baik adalah superplastisizer dengan tipe Polycarboxylatether (PCE). Superplastisizer ini akan secara effektif membuat beton segar, yang walaupun kandungan airnya sedikit, menjadi sangat plastis sehingga dapat dikerjakan pengecorannya ke dalam cetakan..

Akibat tingginya kekuatan yang ada pada UHPC, beton ini mempunyai keruntuhan yang sangat getas. Energi yang tersimpan sebelum mencapai keruntuhan sangatlah besar, energi yang besar ini akan terlepas layaknya sebagai ledakan pada saat UHPC mengalami keruntuhan. Untuk memperbaiki daktilitas dari UHPC agar keruntuhannya tidak tiba-tiba, maka pada campuran UHPC diberikan serat baja ukuran diameter 0,15mm dan panjang 6 mm dalam jumlah tertentu.

Dengan tercapainya kekuatan beton yang menyamai kekuatan baja, maka dengan UHPC dapat dibuat desain konstruksi beton yang lebih estetik yaitu konstruksi yang ringan dan langsing. Ringannya berat sendiri struktur UHPC memungkinkan dicapainya bentang yang lebih lebar maupun bertambahnya tinggi bangunan.

Selain mempunyai kekuatan tinggi, UHPC sebagai material tanpa pori-pori kapiler akan memberikan kinerja yang jauh lebih baik daripada beton konvensional. Tingginya packing density menyebabkan UHPC mengalami proses karbonisasi yang minimal, daya tahan terhadap abrasi zat-zat kimia berbahaya sangat baik, memberi perlindungan terhadap korosi tulangan di dalam kontruksi juga lebih baik. Berbagai keunggulan tersebut diataslah yang menyebabkan para peneliti lebih suka menggunakan istilah Ultra High Performance daripada istilah Ultra High Strength.

Berdasarkan hasil-hasil yang positip didapatkan pada penelitian dibidang UHPC, maka pemerintah Jerman telah menyetujui penggunaan dana penelitian sebesar 10 Juta EUR untuk dipakai penelitian dibidang UHPC di berbagai universitas di Jerman. UHPC adalah hanya salah satu contoh penggunaan Teknologi Nano untuk mengembangkan material baru di bidang konstruksi, yang tentu saja layak untuk diteliti dan dikembangkan penggunaannya di Indonesia.

*Tulisan ini telah diterbitkan di Majalah KONSTRUSI, edisi bulan Februari 2009

alat_foto_rem
Alat Foto REM yang terdapat di Foto Labor, Institute for concrete Technologie, University of Kassel, membantu untuk menemukan komposisi material berukuran nano untuk UHPC.

harianto_schmitc
Penulis bersama Prof. Michael Schmidt, sebagai Direktur Institute for Concrete Technology, dengan fokus penelitian untuk dapat menemukan beton baru UHPC berbasis teknologi nano. Atas undangan dari UPH, Prof. M. Schmidt akan hadir pada 2 nd International Conference of EACEF, di Langkawi Island , Malaysia, sebagai Keynote Speaker.

.

.

-++-

++++++

Selamat dan Sukses :
Pada Ujian Disertasi Terbuka
Program Doktor Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan

Sdr. WIRYANTO DEWOBROTO

Dari: Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra & Keluarga
PT. Paduan Dinamika Testing Indonesia

Link terkait :

9 tanggapan untuk “Mungkinkah beton sekuat baja?”

  1. r_son Avatar
    r_son

    Selamat dan Sukses :
    Pada Ujian Disertasi Terbuka
    Program Doktor Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan

    Sdr. WIRYANTO DEWOBROTO

    Dari: Prof. Dr.-Ing. Harianto Hardjasaputra & Keluarga
    PT. Paduan Dinamika Testing Indonesia

    —————————————-

    dear sir
    wishing you all the best on your dissertation examination.
    GBU

    Suka

  2. RR Avatar
    RR

    Salam kenal pak.
    Saya sangat tertarik dengan artikel ini.
    Jika diperbolehkan, saya jadi ingin bertanya, kira kira bagaimana cara memperoleh/memproduksi material (semen, agregat halus, dll) agar mencapai tingkat kehalusan yang dibutuhkan untuk menghasilkan UHPC.
    Terimakasih.

    Suka

  3. p. bengkalis Avatar

    Selamat dan Sukses :
    Pada Ujian Disertasi Terbuka
    Program Doktor Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan

    Sdr. WIRYANTO DEWOBROTO

    From : Politeknik Bengkalis – Riau

    Suka

  4. Sudarto Avatar

    Suatu penemuan yang sangat bagus. Tapi saya bertanya-tanya? Mungkinkah UHPC itu diaplikasikan di Indonesia ? klo mungkin, trus gimana cara membuat komposisi di lapangan sehingga ” Pak Tukang” bisa melaksanakan dengan baik?

    Suka

  5. wir Avatar
    wir

    @r son, RR dan P.Bengkalis
    Terima kasih atas dukungan yang diberikan. Syukurlah acara ujian telah dapat dilewati. Itu semua adalah berkat kebaikan Tuhan. Semoga berkat-Nya diberikan kepada kita semua.

    @Sudarto
    Jika penemuan di atas ditanggapi secara pesimis seperti yang bapak Sudarto sampaikan, maka jangan berharap banyak akan ada di sini. Kita akan tetap tergagap-gagap terus. Tetapi saya yakin, jika ada yang tertantang dengan itu, dan berusaha keras penuh dengan keyakinan, maka saya sangat yakin, aplikasinya di sini hanya soal waktu saja.

    Tanpa ada pikiran positip bahwa kita mampu, maka kita tidak akan mendapatkannya. Intinya bahwa semua yang ingin kita dapatkan harus mulai kita pikirkan secara positip.

    Suka

  6. Handi Yan Avatar

    Indonesia beruntung memiliki orang-orang cerdaz seperti bapak. Kami yang muda-muda ini jadi lebih termotivasi lagi untuk memberikan yang terbaik .

    Ayooooo Teman-teman.

    Suka

  7. ernie Avatar
    ernie

    Halo Pak Wir,
    Saya tertarik dengan tulisan ini.
    Pada tulisan ini diungkapkan bahwa kekuatan tekannya dapat mencapai 2000 kg/cm² – 2500 kg/cm², tapi gimana kekuatan tariknya ya pak?
    Apa juga dilakukan penelitian untuk hal itu, sehingga kemungkinan untuk tidak menggunakan beton komposit untuk struktur yang menerima lenturan?
    Thanks pak atas pengetahuannya.

    Suka

  8. perlunya berprestasi « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Mungkinkah beton sekuat baja? –  8 Februari 2009 […]

    Suka

  9. febrian eko purnomo Avatar
    febrian eko purnomo

    menarik sekali artikel ini pa,…tapi apakah sudah ada aplikasi nya pa di Indonesia,….???

    maaf pa mau tanya,…apa kah ada penelitian tentang Penambahan Aspal Emulsi terhadap beton,,.
    dan uji apa saja yang harus dilakukan,…
    kemudian berapa ukuran kapiler beton, apa kah lebih kecil/besar dari pada partikel butiran aspal emulsi,..
    secara umum ukuran kapiler beton berapa Pa,…???
    terima kasih

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com