Bagi engineer muda, judul di atas tentu tidak menarik perhatian. Tapi bagi engineer yang anak-anaknya sudah duduk di bangku smp atau bahkan baru lulus tentu cukup menarik. Bagi orang-orang yang berlatar belakang engineering, atau yang setara tentu menyadari betul bahwa sekolah adalah suatu investasi di masa depan yang menjanjikan.

Tentu saja jangan dibalik, bahwa jika sudah bersekolah maka masa depan dapat dipastikan. Karena rasanya di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikan kecuali kematian itu sendiri. Eee, ee  sorry, ini tidak berfilsafat lho. Maksudnya bahwa anak-anak yang mendapat pendidikan baik yang tentunya dari sekolah yang baik maka kemungkinan besar di hari tuanya nanti tidak terlantar, bahkan diharapkan bisa berprestasi jadi orang sukses. Orang sukses di sini yang dimaksud adalah mampu mewujudkan impiannya, dimana dengan impiannya tersebut dapat berguna bagi dirinya, orang-orang disekitarnya bahkan bangsanya. Jadi kalau impiannya jadi penjahat besar, wah namanya itu tidak sukses, meskipun bagi dirinya sendiri ok-ok saja, tetapi itu akan mengganggu orang lain.

Karena sekolah merupakan investasi yang berkorelasi dengan masa depan maka tentunya pemilihan suatu sekolah perlu mendapat perhatian yang penting. Dari pengalamanku selama ini, aku dapat menarik suatu kesimpulan bahwa karakter memilih sekolah dan memilih perguruan tinggi agak berbeda, pemilihan sekolah bagi anak SMA tentu berbeda dibanding suatu perguruan tinggi yang ingin dimasuki oleh seorang yang ingin mengambil program pendidikan bergelar tertinggi yaitu doktoral. Ditinjau dari segi jumlah saja sudah berbeda, tingkat SMA jumlahnya berjibun, sedangkan pada tingkat doktoral relatif sedikit. Pendidikan di tingkat SMA sifatnya adalah sebagai ‘jalan perantara‘ sedangkan tingkat doktoral adalah tujuan untuk mendapatkan eksistensi formal pada suatu bidang keilmuan. Jadi jangan berpikir bahwa jika mau kaya maka ambil program doktor, bisa kecewa nantinya. 🙂

Kembali ke SMA.

Karena hanya sebagai ‘jalan perantara’ maka dalam memilih suatu sekolah maka perlu dilihat buah-buah yang telah dihasilkannya, baik itu prestasi anak-anak yang sedang bersekolah maupun keberlanjutan sekolah dari para alumninya. Ini merupakan suatu hal yang penting. Jadi sama seperti waktu aku sekolah SMA dahulu, maka memilih sekolah SMA di jaman sekarang ini saya kira juga tidak berubah, yaitu kemana saja lulusannya masuk di perguruan tinggi.

Lho pak Wir, koq di tingkat SMA, mengapa tidak mulai dari SD saja atau bahkan TK

Pertanyaan yang menarik. Saya kira pendapat anda tidak terlalu salah. Pada setiap tingkat pendidikan itu juga penting. Tapi ingat, pada level SD anak biasanya belum punya kemandirian, semuanya masih tergantung dari orang tua dan guru. Peran keduanya sangat penting. Oleh karena itu faktor lokasi antara sekolah dan rumah tinggal sangat menentukan. Kalau terlalu jauh, maka kondisi kemacetan di jalan akan mempengaruhi si anak itu sendiri. Oleh karena itu, untuk sekolah pada level TK-SMP saya cenderung mencari sekolah lokal yang dianggap mapan, khususnya dari sisi pengajaran rohani agar mendapatkan pendidikan agama yang baik. Itulah mengapa selama ini anak-anakku bersekolah di SD-SMP Marsudirini, Kemang pratama, Bekasi.

Sebenarnya di komplek yang sama, juga ada tingkat SMA-nya pula. Kebetulan pula karena nilai raportnya baik, maka sebenarnya anaku sudah diterima di tingkat SMA tersebut, bahkan sudah membayarnya pula. Beres sebenarnya tanggung jawabku sebagai orang tua. Anak sudah mendapat sekolah koq. Jadi mau apa lagi.

Mungkin karena aku adalah seorang pendidik, dan juga seorang engineer yang tidak suka kemapanan atau apa begitu dan juga punya pendapat soal pendidikan adalah investasi di masa depan, maka tentu sangat beridealisme dengan pendidikan, apalagi untuk anak-anakku. Jadi ketika kemarin-kemarin sangat menikmati membimbing anak didiknya di UPH pada perlombaan-perlombaan yang akhirnya dapat memenangkannya (lihat ini, ini atau ini)  maka tentu ingin pula mengarahkan anak kandungnya untuk dapat berkompetisi pula.

Nanti kalau kalah gimana pak, kompetisi khan menyangkut kalah dan menang. Apa tidak kasihan anak bapak.

Lho khan sudah dapat SMA. Jadi ini memang suatu eksperimen pendidikan bagiku, aku ingin mengajak anakku untuk masuk ajang kompetisi, yaitu kompetisi masuk sekolah yang menjadi favorit anak-anak lainnya. Kenapa, karena di SMA favorit tersebut sudah terbukti banyak anak-anak lulusannya masuk perguruan tinggi favorit pula, bahkan di atas 90%, itu menurut daftar yang tersedia di papan-papan pengumuman sekolah tersebut.

Tentang hal tersebut, aku sudah memikirkan jauh hari sebelumnya, yaitu ketika anakku baru saja naik ke kelas 9 di SMP. Terus terang waktu itu belum ada pemikiran dianya akan bersekolah di luar sekolah yang sekarang. Tetapi pelan tapi pasti, setiap pulang gereja atau setiap dapat berdiskusi dengannya selalu saya tekannya bahwa dapat bersekolah di sekolah unggulan atau favorit pasti akan sangat membanggakannya dan untuk itu adalah tidak gampang karena diperlukan kerja keras untuk mendapatkannya. Tapi kalau berhasil, maka jalan akan lebih mudah untuk menuju kesuksesan.

Tapi kalau tidak berhasil bagaimana pak ?

Ya tidak apa-apa, khan namanya saja eksperimen.

Lho koq tidak apa-apa, maksudnya bagaimana pak ?

Dapat atau tidak itu khan bukan tujuan, yang penting adalah proses. Dalam dunia pendidikan, suatu proses yang benar adalah sangat penting, dan tidak dilihat hanya hasilnya saja. Itu khan seperti UN, yang banyak dilihat hanya sebatas hasilnya saja, jadi karena banyak yang gagal maka UN dianggap salah. Padahal sebenarnya  bukan itu, karena untuk mengevaluasi UN perlu juga dilihat proses persiapannya. Jadi jangan dilihat hanya ujung akhirnya saja.

Jadi katakanlah bahwa proses mencari SMA favorit berakhir tidak mendapatkannya, maka ya sudah. Artinya proses belajar atau persiapan yang telah dilakukan belum cukup, itu berarti nanti ketika di SMA perlu diperbaiki lagi sehingga nantinya mendapat perguruan tinggi yang favorit juga. Jadi minimal si anak merasakan bahwa hidup itu penuh perjuangan. Itu khan suatu pengalaman belajar yang sangat baik.

Eh omong-omong sekolah favorit yang bapak maksud apa sih ?

Sekolah favorit tentu sangat relatif, kadang tergantung dari lingkungan dimana orang yang menganggap favorit tersebut berada dan juga latar belakang pendidikan sebelumnyanya. Mungkin karena aku berlatar belakang sekolah di negeri maka aku juga melihat sekolah negeri pula. Tapi karena ini di Jakarta maka tentu aku tidak mempunyai latar belakang pengetahuan sebelumnya. Jadi mula-mula dari mulut ke mulut dari orang tua yang anak-anaknya telah bersekolah di SMA, akhirnya dengan informasi yang ada tersebut juga didukung oleh data-data di internet di sini. Akhirnya aku mendapat informasi sekolah yang dimaksud berdasarkan persyaratan nilai masuk tertinggi yang diperlukan, yaitu :

No Nama Sekolah Terendah Tertinggi Rata-rata
1 SMA NEGERI 8 9.14 9.73 9.32
2 SMA NEGERI 81 9.05 9.69 9.20
3 SMA NEGERI 28 8.99 9.63 9.17
4 SMA NEGERI 70 8.71 9.75 8.99
5 SMA NEGERI 61 8.85 9.30 8.97
6 SMA NEGERI 68 8.73 9.50 8.93
7 SMA NEGERI 34 8.68 9.51 8.92
8 SMA NEGERI 78 8.54 9.68 8.87
9 SMA NEGERI 39 8.51 9.53 8.80
10 SMA NEGERI 13 8.40 9.43 8.76
11 SMA NEGERI 47 8.49 9.50 8.74
12 SMA NEGERI 71 8.49 9.33 8.73
13 SMA NEGERI 14 8.49 9.29 8.73
14 SMA NEGERI 21 8.45 9.40 8.69
15 SMA NEGERI 26 8.35 9.50 8.63
16 SMA NEGERI 38 8.30 9.30 8.60
17 SMA NEGERI 48 8.34 9.56 8.59
18 SMA NEGERI 12 8.33 9.33 8.58
19 SMA NEGERI 6 8.28 9.55 8.50
20 SMA NEGERI 90 8.15 9.68 8.44

.

Catatan : jumlah semua SMAN di Jakarta ada 114, jumlah lulusan SMP/MTs di Jakarta tahun ini ada 133 ribu, di Bekasi ada 29.9 ribu.

Daftar di atas adalah nilai UN yang diperlukan untuk masuk pada tahun ajaran kemarin. Bahwa diperlukan nilai yang tinggi untuk bisa masuk ke SMA tersebut dapat menjadi indikasi bagaimana ketatnya persaingan masuk ke sana. Jika bisa masuk, wah bangga rasanya. Oleh karena itulah maka beberapa kali aku mencoba mengajak anak-anakku berkunjung ke sekolah tersebut untuk merasakan aura di sana, moga-moga dianya tertarik dan akhirnya mewujudkan impiannya orang tuanya. He, he, impian si anak juga tentunya (ini yang lebih penting).

Mengapa tidak di Bekasi saja, rumahnya khan di Bekasi, Jakarta macet lho pak !

Wah kalau di Bekasi aja, lebih baik di SMA Marsudirini, itu khan sudah dapet. Jadi yang belum dapet aja dong yang dicari. O ya, menarik juga lho, untuk masuk SMA di Jakarta bagi siswa dari luar Jakarta (Bekasi termasuk luar Jakarta) maka ada persyaratan tambahan yaitu jatah siswa luar hanya disediakan 5% dari kursi yang tersedia. Ini khan lebih seru lagi. Jadi kalau ada orang yang bersekolah SMP di Bekasi bisa masuk sekolah favorit di Jakarta. Wah namanya hebat itu. 🙂

Jadi bagaimana statusnya sekarang pak ?

Ya sedang menunggu tanggal 1 Juli ini. Doakan ya.

Seru lho. 🙂

Tulisanku lain yang terkait :

18 tanggapan untuk “cari sekolah sma”

  1. Billy Koesoemadinata Avatar

    saya sih dulu SMA ga pake cari2.. wong orang tua pake prinsip – kalo anak sebelumnya udah sukses, anak setelahnya pasti di sekolah yang sama..

    jadi, ga pake cari2.. kuliah pun begitu adanya..

    enak sih, jadi ga pusing.. tapi kan mengekang kebebasan jadinya..

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      @mas Billy
      Prinsip itu rasanya masih banyak berlaku sampai hari ini. Kebetulan kami (saya dan istri) adalah ‘produk Jogja’, jadi tahunya sekolah yang baik hanya di Jogja juga, yaitu SMAN1 (dikenal sebagai SMA Teladan Jogya) dan SMAN3 (dikenal sebagai SMA Padmanaba Jogja) , sedangkan swasta adalah SMA De Brito dan SMA Stela Duce. Kebetulan kami juga produk salah satu sekolah negeri di atas. 🙂

      Eyang maupun saudara-saudara yang masih di sana bahkan masih menawari agar anakku kembali saja ke Jogja lagi.

      Itu khan berarti pisah. 😦

      Karena nggak mau berpisah dengan anak, dan idealisme masih perlu juga dijalankan maka anakku sekarang harus mau jadi pioner nih di Jabotabek . 🙂

      Suka

  2. ian Avatar

    kalo saia waktu cari” sekolah dulu, saia bingung banget! gak tau mau kemana… dan ortu menyuruh saia untuk masuk ke smk dengan harapan bisa langsung kerja 🙂

    setidaknya saia sekarang telah lulus dengan nilai yang lumayan 😛

    Suka

  3. Ugie Avatar

    wah, pusing juga kalo dah ngomongin soal sekolah

    Suka

  4. quinta Avatar

    Kalau saya di rumah, karena jaman awal tahun 90-an sekolah negeri murah, orang tua cuma kasih doktrin, Kalau ga dapet sekolah atau kuliah negeri, ga boleh sekolah, karena ga mampu bayarnya, hehehehe

    Suka

  5. wir Avatar
    wir

    @Ian

    dengan harapan bisa langsung kerja

    wah itu paling penting, masuk sekolah fovorit tapi ujung-ujungnya hanya jadi pengangguran bisa stress itu. Dengan nilai yang baik tersebut, moga-moga mas Ian bisa langsung bekerja.

    @Ugie
    Pusing itu lebih baik, itu artinya kha dipikiran, yang gawat itu adalah kalau nggak pusing karena nggak mikirin. Cuek. Kalau ada anak muda yang cuek dengan pendidikannya, wah bangsa ini bisa kemana. Pasti ketinggalan jauh deh dengan negeri tetangga. Bisa-bisa di masa depan kita hanya bisa ekspor TKI doang.

    @Quinta
    Sekarang negeri jadi favorit (tetapi tertentu saja) karena murah meriah. Kalau swasta yang bagus khan harus merogoh kocek lebih dalam itu orang tuannya. Maklum swakelola sih.

    Suka

  6. @hmad Avatar

    jadi inget dulu waktu SMU aku ambil sekolah kejuruan yg top markotop dah, akhirnya lulus juga beda jurusan bidang kerja yg di ambil

    Suka

  7. ikut prihatin ! « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] cari sekolah sma – 28 Juni 2009 […]

    Suka

  8. software sistem informasi sekolah terpadu Avatar

    Info yang sangat menarik, trim’s

    Suka

  9. Peduli Pendidikan Indonesia Avatar

    Tulisan yang sangat menarik, kritis serta membangun…. trim’s

    Suka

  10. Kenali dan Kunjungi Objek Wisata di Pandeglang Avatar

    Bener – berner info bagus neh….Thank’s

    Suka

  11. pendampingan anak « The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] sekali lagi aku juga heran, mengapa orang pada ribut-ribut soal UN itu. Ini artikelnya ketika itu : cari sekolah sma – 28 Juni 2009 […]

    Suka

  12. agus.budiarto Avatar

    untuk mau masuk smu negeri/1/3/6/9 yogya
    lulusan dari luar daerah apa ada pengurungan nilai nem ? dan untuk penerimaan smu tsb berapa batas nilai terendah ?
    kabar dan terima kasih

    Suka

  13. supriati Avatar
    supriati

    apakah sekolah ini gratis bagi anak yang tidak mampu seperti aku.aku hanya anak seorang pemulung yang ingin sekolah lagi demi masa depan keluarga aku.makasih atas informasinya…….

    Suka

  14. Ronay M Avatar

    makasih atas informasinya.. aku butuh baget data ini…

    Suka

  15. babak baru dalam kehidupan | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] cari sekolah sma – 28 JUNI 2009 · 02:19 Share this:Surat elektronikFacebookDiggRedditStumbleUponTwitterCetakLike this:SukaBe the first to like this. […]

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com