TB, UI, UGM dan IPB Melawan PT Thailand dan Malaysia.

Oleh Cardiyan HIS

Catatan : Tulisan saudara Cardiyan HIS ini telah beredar di milis terbatas Dosen FTI, milis Senat Akademik ITB dan milis MGB ITB. Karena profesor Sahari merekomendasikan untuk dibaca, dan saya pun melihat cukup baik untuk disharing maka saya tampilkan lagi di blog ini agar terdokumentasi secara baik. Moga-moga bapak Cardiyan sendiri tidak keberatan dengan cara saya ini.

Kalah dalam kuantiti publikasi di jurnal tetapi menang dalam kualiti publikasi. Tanya kenapa ?

Karena ITB yang merupakan representasi terbaik Indonesia  dalam hal publikasi di jurnal internasional lebih menekankan kepada substansi, kandungan dan orisinalitas paper  yang dimuat di jurnal paling kredibel di dunia. Sehingga ITB menang dalam jumlah artikel dirujuk (Times Cited). Sedangkan Malaysia dan Thailand sudah pinter merekayasa strategi secara sistimatis sejak paper-paper yang dimuat di jurnal-jurnal nasional mereka diupayakan bisa masuk index ISI Knowledge dan Scopus; memperbanyak seminar dan konferensi internasional di negerinya agar dibuat proceedings yang bisa dicatat ISI Knowledge dan Scopus; dosen-dosen dirangsang bonus besar yang penting agar  papernya banyak muncul  dulu dan dicatat ISI dan Scopus,  meski dimuat di jurnal internasional kelas dua dengan sedikit saja Times Cited .

Strategi persaingan antar perguruan tinggi (selanjutnya disingkat PT) di dunia internasional menarik untuk dikaji. Khususnya pada salah satu indikator utama kualitas PT yakni publikasi paper para dosen penelitinya yang dimuat di jurnal internasional. Berbagai upaya “public relations” yang menarik terus diupayakan oleh PT-PT di Asean khususnya PT Thailand dan Malaysia, begitu  sistematis.

PT-PT Singapura  tidak dibahas disini karena dari segi dana riset yang diberikan oleh Pemerintah ke National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU) misalnya sudah setara dengan dana riset universitas papan atas di dunia seperti MIT, Harvard University. Selain itu, NUS dan NTU diuntungkan oleh jumlah publikasi dosen-dosen terbaik yang direkrut dari berbagai belahan dunia sehingga mengkatrol Citations Index mereka.

Di sinilah PT-PT Indonesia harus mengaku kalah dalam strategi pencitraan yang dilakukan secara sistematis oleh PT-PT Thailand dan Malaysia. PT-PT Indonesia yang diwakili ITB, UI, UGM dan IPB hanya masih menang dibanding PT-PT di Filipina dan Vietnam.

Politik pencitraan bagi PT-PT Thailand dan Malaysia sangat disadari akan membuat PT-PT mereka bisa survive bahkan diharapkan menjadi kiblat PT minimal di kawasan regional Asean. Dan ini berarti akan menjadi kiblat pula dengan berdatangannya mahasiswa asing untuk menuntut ilmu. Juga kalangan industri akan melirik hasil riset PT.  Jadi ujung-ujungnya berarti bisnis  besar di bidang pendidikan tinggi, seperti yang telah berhasil diperankan dengan baik oleh PT-PT di Australia dan Singapura.

ITB sebagai representasi terbaik Indonesia dalam hal jumlah dan kualitas publikasi di jurnal internasional dibanding UI, UGM, LIPI dan IPB. Ternyata ITB masih kalah jauh dalam jumlah judul publikasi dibanding  PT-PT papan atas di Thailand (seperti Mahidol University, Chulalongkorn University, Thamasat University)  dan PT-PT papan atas Malaysia (seperti University of Malaya, Universiti Sains Malaysia, Universiti Putera Malaysia, Universiti Kebangsaan Malaysia dan Universiti Teknologi Malaysia).

Tanya kenapa ? Dosen-dosen peneliti ITB memang unggul dalam hal substansi, kandungan dan orisinalitas paper sehingga banyak dimuat di jurnal-jurnal papan atas (first tier) di dunia dibanding paper-paper PT-PT asal Thailand dan Malaysia yang mayoritas hanya dimuat di jurnal-jurnal internasional second tier.  Ini menyebabkan dampaknya sangat signifikan terhadap jumlah paper dirujuk (Times Cited) milik dosen-dosen peneliti ITB yang dirujuk oleh banyak dosen peneliti kelas dunia pula,  dibanding Times Cited seluruh dosen peneliti PT-PT di Thailand dan Malaysia bahkan PT-PT Singapura untuk disiplin ilmu tertentu seperti Natural Sciences.

Paper Prof.DR.Ir. Sri Widiyantoro (ITB) berjudul “The Evidence for deep mantle circulation from Global tomography” yang dimuat di jurnal sangat bergengsi di dunia “Nature” volume 386, Tahun 1997, misalnya telah dirujuk 576 kali!!! Sri Widiyantoro telah menulis 18 paper yang dimuat di jurnal-jurnal papan atas, selain Nature juga antara lain dimuat di jurnal sangat kredibel di dunia yakni “Science”, “Review of Geophysics”, “Journal of Geophysical Research-Solid Earth”, “Earth and Planetary Science Letters”. Total Times Cited (jumlah paper dirujuk) Sri Widiyantoro versi Scopus adalah 1.472 sedangkan versi ISI Web of Knowledge adalah 1.240, merupakan yang tertinggi di Asean.

ITB juga masih memiliki dosen-dosen peneliti papan atas pada bidangnya di dunia yang jumlah Times Cited-nya ratusan seperti Benjamin Soenarko, Halim M, Noer AS, Soemarsono, Hidayat R, Wilson W. Wenas, Hakim EH, Wiramihardja SD, Ariando, Firman T, Gusnidar T, Pancoro A, Onggo D, Linaya C, Arif I, Herman, Suwono  A, Hidayat T, Akhmaloka, Priadi B, Cahyati, Wenten IG, Hadi S,  Adisasmito S, Wurjanto A, Herdianita NR, Rusdi A, Widjaja J, Hasanuddin ZA, Retnoningrum DS, Baskoro ET, Sutjahja IM, Iskandar DT, Dahono P, Arismunandar dan banyak lagi.

Untuk melihat fenomena ITB yang kalah di jumlah paper disbanding PT-PT Thailand dan Malaysia, tetapi ITB menang di jumlah paper dirujuk atau Times Cited. Maka ada bagusnya membaca H-Index seperti yang diusulkan oleh Jorge E. Hirsch. Hirsch menegaskan bahwa total jumlah paper tidak memperhitungkan kualitas publikasi ilmiah. Sedangkan jumlah citations (Times Cited) paper akan menunjukkan indikasi atas kualitas paper tersebut karena dimuat di publikasi ilmiah yang sangat kredibel dan menjadi rujukan banyak para peneliti di dunia. Juga bisa dibaca untuk tema serupa pada teori-teori John P. Perdew, yang telah sangat berhasil dalam devising baru perkiraan yang banyak digunakan dalam Teori Kerapatan Fungsional. Dia telah menerbitkan karya-karyanya dimana 3 karya dikutip  lebih dari 5.000 kali dan 2 dikutip lebih dari 4.000 kali. Beberapa ribu makalah memanfaatkan Teori Kerapatan Fungsional yang diterbitkan setiap tahun, kebanyakan dari mereka mengambil sekurang-kurangnya satu paper karya JP Perdew.  Dapat dibaca H-index Me pada www. scienceblogs.com/pontiff September 15, 2005 on 9:37 pm I In Science I.

Namun terus terang, penulis ingin mengkritik  ITB terlalu “polos”, terlalu “PD” (percaya diri) dengan keunggulan substansi, kandungan dan orisinalitas karya penelitian yang ditulis dosen-dosennya dalam paper-paper di jurnal internasional papan atas di dunia. Tetapi ITB kalah telak dalam aspek strategi pencitraan dan strategi perekayasaan secara sistematis dibanding  PT-PT di Thailand dan Malaysia.

PT-PT Thailand dan Malaysia sangat pintar dan gesit dalam memobilisasi gerakan pencitraan jurnal-jurnal nasional milik mereka agar yang terpenting  semua paper yang dimuatnya masuk terlebih dulu pada Index ISI Knowledge dan Scopus, disamping Google Sholar (lembaga independen  yang mengumpulkan berbagai karya dari jurnal ilmiah ternama dan terpilih di dunia).

Dosen-dosen senior mereka membimbing langsung dosen-dosen yunior dan mahasiswa program pasca sarjana agar berusaha menulis paper dengan target yang penting agar dimuat terlebih dulu di jurnal lokal agar paper tersebut berhasil Indexed oleh ISI Knowledge dan Scopus. PT-PT mereka merangsang bonus tinggi kepada dosen-dosen peneliti yang papernya berhasil dimuat di jurnal internasional meskipun di jurnal internasional kelas dua, sehingga tak apa-apa untuk tahap-tahap awal paper-paper mereka akan kurang dalam hal Times Cited.

Mereka juga memperbanyak event kegiatan seminar dan konferensi ilmiah internasional sehingga hasilnya dibukukan dalam bentuk proceedings yang kemudian Indexed di Scopus dan ISI Knowledge.

PT-PT di Indonesia boleh saja belajar dengan strategi yang dilakukan oleh PT-PT Thailand dan Malaysia yakni dengan mewajibkan mahasiswa Pasca Sarjana S-2 dan terlebih-lebih S-3 untuk menulis thesis dalam bahasa Inggris yang novelty yang kemudian dijadikan paper untuk dikirim dan diseleksi untuk pemuatan di jurnal nasional dan kemudian di jurnal internasional. Program ini kalau konsisten dilakukan akan membuat produktifitas paper yang dihasilkan PT-PT di Indonesia akan melonjak tajam. Tetapi tetap politik pencitraan ini tidak melupakan akar pokoknya yakni paper yang substansial, kaya kandungannya dan orisinal.

Selamat meneliti dan menuliskannya ke dalam jurnal-jurnal kredibel di dunia.

14 tanggapan untuk “ITB, UI, UGM dan IPB Melawan PT Thailand dan Malaysia.”

  1. prast Avatar

    tetep aja ya PT Indoensia yg makilin itu-2 ajah..tetep semangat lah buat yg lain biar cepet ke index..

    duh kayak blog ke index gugel ajah..hehehe

    Suka

  2. caktopan Avatar

    Loh, pak Wir…
    ITS Surabaya gimana?

    *alumni ITS*

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      woo iya ya, pantas.

      Itu yang menulis pak Cardiyan HIS (alumni ITB), jadi diingatkan kalau beliau mungkin lupa mensurveynya. Bahwa ada ITS juga.

      Rektor ITS khan juga alumni ITB, jadi kalau ikut, bisa-bisa menang kita ya.

      Suka

  3. anton Avatar

    ya udah pak wir, untuk urusan kualitas itb aj.. untuk urusan kuantitas paper boleh dibantu ugm, ui, unpar..

    Suka

  4. ......Mr Bas Avatar
    ……Mr Bas

    aq yang alumni ITS ngiri juga, gak dicantumin,,,betulkah paper dari peneliti ITS gak ada yang di publish? setahu saya dosen pembimbing saya DR.Yono Hadi pramono, pernah publish juga thesisnya,,,,,?….salam

    Suka

  5. siswandi adinugroho Avatar

    iya…ya …kalo kompak, ITB kualitas, nyang laen kuanittas dulu kali biar ….hebaat. Bravo PT Indonesia!!

    Suka

  6. harianto Avatar
    harianto

    wir, ini juga ada di blog saya. Cardiyan HIS adalah seorang geodesi, ITB akt 73, teman seangkatan, pernah jadi undangan LPPM ke kampus uph

    Suka

  7. ernie Avatar
    ernie

    tulisan yang memotivasi untuk berbuat dan belajar lebih giat lagi.thanks pak wir.
    saya bagikan ke tautan facebook ya pak, biar memacu teman2 saya yang dosen juga.

    Suka

  8. wayahna Avatar
    wayahna

    aduuh ayo dong orang Indonesia. Jangan cuman bisa berpopulasi/beranak banyak aja. Paper juga dong ah. Malu kita, dari jaman dulu cuman jadi target dan penonton.

    Suka

  9. yuli Avatar
    yuli

    Singkatnya: kompetisi individu…head to head kita (ind) boleh bangga..di banding maly..tapi untuk mengorganisasi orang (merasa) pinter (ITB)…sepertinya indo jauh sekali dari malysia….akhirnya…ilmuwan indonesia (PT indo) tidak akan bisa mengejar kemampuan mengorganisasi ilmuwan (PT) malaysia…..TIDAK AKAN BISA (pendapat saya)…. alasanya: biaya riset, peralatan, kesejahteraan dosen yang berakibat pada iktikad baik dosen, semua itu tidak bisa dibandingkan (jika dipaksa untuk dibandingkan…hasilnya akan memalukan).

    Suka

  10. Yono Hadi Pramono Avatar

    ITS banyak Publish dari dosen2nya, cuman ITS masih berbenah dengan database untuk diakses baik via googlescholar maupun yang lain. ITS terkenal Pintar-pintar sampai melupakan administrasi. Sebaliknya ITB yang sudah mapan duluan dari segi administrasi sudah barang tentu apapun karyanya akan cepat terpublish. Contoh Saat mulai muncul Open source, Kami mengajari orang-orang ITB termasuk Pak Onno Purbo dan Pak Dody via Chating bagaimana membuat jaringan clinet-server FreeBSD pada tahun 1995-1997, yang publish di toko-toko buku tetap pak Onno Purbo, kami tetap bangga walau tanpa publish. Itulah Kejiwaan Kami sebagai orang ITS, dapat menyumbangkan Ilmu yang bermanfaat tanpa Pamrih apapun. Salam dari ITS. Senang kalau melihat Murid muridnya lebih berhasil dan terkenal.

    Suka

  11. Institut Tekanan Bathin Avatar
    Institut Tekanan Bathin

    memang ITS banyak publikasi jurnal ilmiahnya…tapi masih kalah jauh jumlah publikasinya dibandingkan ITB….

    Suka

  12. Ade Suherman Avatar

    ayo tetap berjuang untuk maju Indonesiaku!!!

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com