Pagi tadi baru saja mengikuti reuni akbar Teknik Sipil UGM untuk semua angkatan. Tempatnya di Balai Kartini, suatu gedung pertemuan mewah di jalan Jend. Gatot Subroto, Jakarta.

Terus terang, sudah lebih dari 20 tahun meninggalkan kampus Pogung (kampus jurusan teknik sipil UGM), tetapi baru sekali ini ikut reuni akbar seperti ini. Jadi dapat dimaklumi jika ketemunya dengan teman-teman, yang sebagian besar sudah menjadi bos semua. Ada yang menjadi direktur salah satu operator tol swasta, ada juga direktur kantor konsultan ternama, ada juga site manager kantor kontraktor asing, ada yang dari pemerintahan dan bermacam-macam. Dari angkatanku yang jadi dosen, hanya aku saja yang datang. Padahal ada juga teman seangkatan yang jadi dosen, bahkan sekarang sudah profesor, tetapi nggak bisa datang. Maklum sekarang jabatannya sudah tinggi, jadi sangat sibuk sekali.

Meskipun baru sekali mengikuti acara reuni, tetapi sudah dapat mengetahui bahwa ternyata ikatan teknik sipil ugm cukup kuat. Bayangkan, tempatnya di Balai Kartini, suatu gedung pertemuan papan atas di Jakarta, acaranya juga penuh dari pagi sampai siang, dapat makan siang juga. Semuanya itu dilaksanakan gratis tanpa perlu saweran. Salute deh panitianya. 🙂

Acara reuni cukup menarik karena mampu menghadirkan, alumni-alumni senior, hanya saja bapak Menteri PU berhalangan hadir. Ternyata bos-bos di pemerintahan dan BUMN adalah alumni-alumni UGM. Karena selama ini pengalaman kerja saya lebih banyak di perusahaan swasta, yang menangani proyek-proyek swasta maka pantas saja jarang bertemu dengan teman-teman alumni dari UGM, ternyata mereka kebanyakannya di situ. Tahu sendiri, pemerintah dan BUMN di negeri ini khan cukup kuat, jadi ‘kuat’ juga mereka tersebut. Yah, inilah salah satu keuntungan menjadi salah satu alumni suatu perguruan tinggi terkenal, UGM. Banyak yang jadi.

Kadang-kadang, terpikir juga menanggapi hal tersebut, ‘Aku ini termasuk yang ‘jadi’ nggak sih ?

Ah, yang penting khan happy. Memang sih kalau jadi dosen materinya relatif tidak banyak dibanding pengusaha / pejabat, tetapi kalau masalah happy nggak kalah lho. Seperti tadi, ada yang nyapa, ternyata adik kelas jauh, aku sudah lulus dianya baru masuk. Koq bisa begitu, ya bisa dong, ternyata adik kelas tersebut pembaca setia blog ini. Kalau nggak salah Mega ya namanya. Hal-hal seperti ini, meskipun bukan materi, tetapi khan bikin happy.

Dalam salah satu sesi acara, salah satu pengisi acara yaitu kakak kelas angkatan sekitar tahun 60-70 memanggil salah satu alumni paling senior, usianya sudah 81. Pak siapa tadi, koq jadi lupa, yang jelas disebutkan bahwa beliau (alumni senior) tersebut pensiunan dari BUMN yang sudah bekerja lebih dari 35 tahun di perusahaan tersebut. Dari 35 tahun pekerjaannya itu, yang jadi pegawai hanya 9 tahun saja, sisanya adalah menjadi direksi (direktur dan semacamnya itu). Pokoknya beliau ini dianggap sebagai contoh alumni yang sukses.

Pembawa acara menanyakan, bagaimana koq bisa seperti itu, yaitu selalu jadi direksi terus menerus.

Wah suatu pertanyaan menarik, siapa tahu bisa ditiru. Jadi ketika sampai pada pertanyaan itu, maka acara ngobrol dengan teman seangkatan disampingku, aku tunda dulu. Aku jadi tertarik untuk ingin tahu jawaban beliau. Aku berpikir, pasti beliau akan mengulas banyak pengalaman-pengalaman yang dianggap sukses di masa lampau, yang akhirnya mengantar beliau ke jabatan direksi tersebut. Yah, aku menduga bahwa kemungkin besar jawabannya akan seperti motivator-motivator yang sering kudengar di radio setiap pagi atau sore diperjalanan rumah-kampus.

Alumni yang sukses tersebut memegang mic, siap ngomong, dan akupun juga siap menyimak dengan baik. Kata beliau, ” Begini dik, tentang mengapa saya bisa seperti itu, saya juga tidak tahu. Ketika itu, tiba-tiba datang SK dari Menteri tentang jabatan yang harus aku emban.” Selesai.

Lho koq pendek.

Sebentar aku heran, tetapi akhirnya jadi memaklumi. Inilah salah satu bukti, yang orang luar (bukan alumni) biasa bilang, bahwa alumni UGM itu pada umumnya nggak suka menonjolkan diri, low-profile.

Benar juga, coba bayangkan ada seseorang dianggap sukses kemudian diminta ke depan panggung untuk menceritakan “mengapa dia bisa seperti itu“. Orang khan pada umumnya ingin dianggap ada, jika seperti itu khan itu kesempatan baik untuk menunjukkan ke audience bahwa ‘inilah aku‘. Betul nggak.

Eh, ternyata kesempatan itu tidak digunakan. Tetap low-profile.  Apakah itu dapat mewakili karakter alumni UGM, khususnya angkatan-angkatan lama. Kalau yang baru bagaimana ya.

Melihat kondisi seperti itu, pembawa acaranya tidak mau kalah, yaitu dengan mengajukan pertanyaan lagi, memancing beliau agar dapat mengungkapkan kiat-kiat beliau. Eh, nggak mau mengecewakan, beliau mau menjawab apa kiat hidupnya, yaitu, “senangi pekerjaanmu dan jangan ngoyo“.

Catatan : ngoyo, adalah bekerja ngotot di luar kemampuan dirinya.

Wah ini bener-bener low-profile. 🙂

Akhirnya untuk menutup pembicaraan, pembawa acara meminta beliau untuk memberi pesan ke adik-adik kelasnya.

Beliau menjawab, tentang memberi pesan, beliau tidak mau menggurui karena setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing, case per case, tetapi kalau tetap diminta, maka pesannya hanya satu saja, yaitu bekerjalah dengan tekun, dan sebaik mungkin. Itu saja.

Suatu ungkapan pesan yang pendek, tetapi saya kira sangat mendalam. Saya kira nggak mudah itu dilaksanakan jika bukan datang dari hati yang paling dalam. Pantaslah jika beliau berhasil sukses, dan pada usia sepuh ( > 81 tahun) masih mampu berpartisipasi aktif dalam temui reuni ini. 🙂

Demikianlah kiat hidup dari seorang alumni senior teknik sipil UGM. Siapa tahu bisa ditiru.

.
.

.

.

Eh ini ada kenang-kenangan menghadiri reuni tersebut, yaitu pelat nama yang menunjukkan identitas kita, hanya nama dan angkatan tahun kuliah.

temu_alumni_
Ayo teman-teman angkatan 1983, kalau masih diberi kesempatan menerima undangan untuk menghadiri acara seperti ini , mari kita bertemu lagi. Jangan takut, meskipun mereka di tempat lain adalah bos-bos besar, tetapi ternyata di acara reuni ini kondisinya seperti dulu jaman kuliah, seru.

Daftar alumni teknik sipil UGM angkatan 1983 yang menghadiri reuni akbar adalah :

  1. A. Amri Aswono Putro
  2. Daryanto
  3. Ghozali
  4. Ign. Toto Ismintarto
  5. Kunto Nugroho
  6. Moh. Widiarso
  7. Sukino Fauzi Pamungkas

Sedikit banget ya, padahal satu angkatan hampir 100 orang pada waktu itu. 😦

8 tanggapan untuk “kiat hidup”

  1. Bodrox Avatar

    Ternyata gejala yang sama sering terjadi ya pak. Kadang ada pemikiran tentang ‘jadi’ atau ‘tidak’ saat reuni..

    Suka

  2. minanube Avatar

    Menarik sekali pak acara reuninya, sayang sekali saya bukan alumni UGM, walaupun begitu saya juga pernah “nyolong” jadi alumni UGM di Surabaya.

    Suasana reuninya memang sangat berbeda dengan kampus2 lain, sangat kekeluargaan dan berkelas !

    Suka

  3. hendi Avatar
    hendi

    Kalo gak lihat name tagnya, gak tahu (apa gak inget ya) kalo sampean angkatan ’83. Kalo saya angk. 81.
    mestinya dulu sering ketemu di pogung.
    Salam sukses
    hendi

    Suka

  4. Ki Syafrudin Avatar
    Ki Syafrudin

    Tentang jadi atau tidak, saya mengamalkan pesan orang bijak.
    Untuk materi melihat ke bawah, seperti Ahad lalu saya mengunjungi rekan seangkatan saya yang menganggur untuk memotivasi dia. Mengingat nasibnya, sambil mensyukuri nasib saya, saya merasa sudah “jadi”.
    Tapi untuk prestasi melihat ke atas. Mengingat ini, saya masih belum berbuat banyak.

    Suka

  5. Okto Silaban Avatar

    Woalaah.. UGM juga toh pak.. *sering baca blog ini, tapi baru tahu kalau satu almamater, walaupun beda jurusan..

    Tapi di kalangan UGM sendiri (bahkan dari saya masih kuliah di semester 4), sudah terkenal kok kalo Teknik Sipil yang paling kompak alumninya. Dan makin terbukti ketika banyak temen seangkatan yg kerja di kontraktor.

    Suka

  6. akmalhasan Avatar

    Nampaknya seru sekali acara temu alumninya Pak. Kebetulan saya satu almamater dengan Pak Wir, cuman beda angkatan (92) dan jurusan (TE) 🙂

    Semenjak saya mangsuk UGM dulu, denger-denger dari para senior, citra ‘low profile’ alumni UGM memang sudah melekat. Ya misalnya waktu ngelamar kerja dan diterima, pas nego gaji, biasanya jawabannya “kersanipun ndoro..” hehehe

    Soal bagi-bagi kiat hidup, tanpa menonjolkan ‘inilah aku’ rasanya masih sangat perlu Pak, apalagi hal begini kan ndak diajarin di bangku kuliah. Para alumnus yang lebih senior adalah ‘dosen universitas kehidupan’ bagi para juniornya 🙂

    Salam,
    Akmal

    Suka

  7. fahrizal zulhaidir Avatar
    fahrizal zulhaidir

    oala, bapak juga alumni teknik sipil ugm ya. dah lama aku jd pembaca setia blog bapa tapi baru tahu klw bapa alumni ugm juga. okh kenalin saya Fahrizal angkatan 2008 teknik sipil ugm.

    Bapa ikut reuni akbar itu ya pak teman saya juga perwakilan dr KMTS juga ikut pa. katanya seru bnget acaranya pak. klw soal low profil buat angkatan sekarang sama aja pak. ada yg ip nya tinggi tp tetap santai ga nunjukin klw dia pinter. emang dah turunan dr atasnya juga x ya pak. dh pak buat info aja klw soal kekompakan mahasiswa sipil no satu di teknik…

    tp pa saya lumayan prihatin dng mahasiswa angkatan sekarang soal perwakilan lomba KJI hampir jarang ada mahasiswa sipil ugm yg lolos. makanya kami dari pihak KMTS lagi buat study club tentang ilmu sipil buat lomba2.

    Mohon doanya ya pak,moga kji 2010 ada wakil dari ugm.
    amin.

    Suka

  8. Adi Satya Avatar
    Adi Satya

    Salam kenal Pak Wir,

    ternyata YU JI EM (UGM versi English) juga :).
    Saya dari angkatan 98. Bapak masuk kul saya baru 3 th, hehe….belum apa-apa.

    Bener pak, memang kompak. Apalagi ada facebook, wah ngumpul lagi. Jadi bingung, “la wong sudah punya anak kok kelakuan masih kayak anak muda?” Hehe…kata istri saya. Apalagi nama “paraban” (panggilan) justru yang diinget temen2 saya daripada nama asli saya, “Eh, nama aslimu ki sapa ta, _____?” HEhehe…:) tapi asyik juga masih terkenal.

    Menurut saya, bapak termasuk yang sukses. Karena bener2 bisa membagi ilmu dan menerapkan ilmu yang sudah didapat. Wah, gak mudah lo pak. Banyak juga yang malah ganti halauan…hehe..jadi akuntan misalnya.

    Semoga saya bisa mencontoh bapak.

    Salut dan terus berkarya pak.

    Salam,

    Adi Satya

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com