Bagi yang punya telinga dan mata, serta sedikit punya waktu untuk selalu up-dated berita-berita terkini, maka pastilah akan tahu: apa yang sedang terjadi di negeri ini. Gonjang-ganjing istilah cicak dan buaya tentulah bukan suatu yang asing lagi.
Mula-mula aku merasa salut dengan institusi yang dimaksud, yaitu karena prestasinya menghancurkan sarang teroris. Padahal si teroris tersebut kesannya dibayang-bayangi dukungan oleh ekstrimis agama, tetapi ternyata institusi tersebut pandai untuk tidak terjebak masuk pada sisi ekstrim yang dimaksud. Tindakan yang dilakukan dalam menangani teroris tersebut ternyata tepat, karena dapat langsung menghapus sumber masalahnya tanpa harus terlibat pada suatu, yang mungkin akan dapat menghasilkan dialog, yang bisa saja menimbulkan dukungan-dukungan liar yang tidak perlu.
Kasus di atas memang tuntas karena institusi tersebut membahas sesuatu yang beresiko kematian, yaitu orang yang main-main dengan bom. BAHAYA. Jadi musuhnya ‘jelas’, dan juga tidak ada kepentingan khusus yang menguntungkan dengan ikut pada permainan tersebut.
Ternyata kalau dikaitkan dengan mainan yang berupa uang, ternyata masalahnya lebih pelik. Maklum namanya saja uang, semua orang suka dan berkepentingan.
Apa itu berarti memberantas KORUPSI lebih susah daripada memberantas TERORIS. Apa itu pula yang mendasari perlu dibuat institusi baru yang disebut cicak tersebut. Yah, mungkin-mungkin saja.
Terus terang aku tidak tahu banyak masalah ‘buaya’ dan juga ‘cicak’ , tetapi kalau melihat transkrip rekaman yang kemarin dipajang lengkap di harian Kompas, maka kelihatannya si cicak punya idealisme sedangkan si buaya sedang mencari-cari alasan untuk melibas si cicak. Pantes saja dukungan di FB ramai juga.
Kecuali menunggu-nunggu berita tentang nasib si cicak dan buaya dari koran atau radio, maka coba-coba aku berdiskusi dengan seorang pakar yang ahli masalah-masalah yang nggak biasa, yaitu pakar bawah sadar. Ini dialog yang kurekam.
aku :
‘cicak’ dan ‘buaya’ dari kaca mata bawah sadar, bagaimana Pak
pakar bawah sadar:
ha ha, . . . . . . ,
“rasa” itu ada di sub conscious
nurani itu berbentuk rasa….
jadi rasanya ‘buaya’ lagi kepeleset deh..
ha ha ha
Tinggalkan komentar