Tahun ini baru saja diresmikan jembatan bentang terbesar di Indonesia, yaitu jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Madura. Meskipun jembatan tersebut ada di Indonesia, dan kita bangga telah memilikinya tetapi itu bukan karya sepenuhnya orang Indonesia. Kalau mau jujur, jembatan Suramdu tersebut adalah karya desain dari engineer China.

Wah kalau begitu nasibnya seperti motor China dong pak, diragukan keawetannya.

Ah kamu ini. Jangan karena nasib motor China di tempat kita kalah dibanding motor Jepang, maka lalu kita mengambil kesimpulan bahwa setiap produk China pasti bernasib sama. Nggak begitu lho.

Ketika saya ke negeri tirai bambu tersebut memang terlihat bahwa negeri tersebut lebih maju dibanding ditempat kita. Baik dari melihat fasilitas infrastruktur yang dipunyainya, atau juga melihat dari sisi masyarakatnya, khususnya di kota Chengdu. Sepintas mereka memang terlihat lebih maju. Sorry, aku hanya bisa menyatakan “sepintas” karena memang pengamatan yang aku lihat hanya sepintas saja, aku di sana khan sangat terbaas waktunya. Intinya, memang China negerinya maju, industri berkembang pesat termasuk juga semangat wiraswastanya. Hanya memang kualitasnya beragam, ada yang baik (kelihatannya) tetapi ada yang jelek sebagaimana motor China yang baru saja di bahas.

Mungkin motor China yang dibawa ke sini adalah motor yang dievaluasi berdasar harga saja, yaitu yang paling murah, bukan mutu. Padahal disana terlihat juga mobil-mobilnya yang produk sana juga sudah cukup bagus. Jadi mestinya motor china ada juga yang bermutu bagus, tetapi tentu itu tidak murah. He, he, duit memang tidak menipu.

Jadi China maju bidang engineeringnya, ya . Tetapi apakah itu bisa untuk memastikan bahwa hasil pekerjaannya, yaitu jembatan Suramadu, tidak diragukan ?

He, he, jangan kuatir. Pada tahap perencanaannya, jembatan Suramadu hasil desain engineer China juga telah direview ulang oleh konsultan jembatan khusus dari Denmark, yaitu Cowi. Karena telah dievaluasi juga oleh pakarnya, maka rasanya dalam waktu dekat ini , kinerja jembatan Suramadu tidak perlu diragukan lagi. Moga-moga, bagaimanapun manusia khan hanya bisa berusaha, hasil akhir Tuhanlah yang menentukan.

O, jadi perencananya adalah engineer dari China (utama) dan Denmark (reviewer) , lalu mana peran engineer Indonesia  pak ?

Apa ya, pastilah jadi pengawasnya dong. 🙂

Jadi kalau begitu kita nggak mendapat pengalaman merencanakan jembatan bentang panjang dong pak.

Ya begitulah. Tetapi kalau melihat website-nya jembatan Suramadu, di daftar team pakar ada juga terpampang ahli-ahli dari Indonesia, yang kalau tidak salah fungsinya seperti team pengawas atau penasehat teknik begitu. Hanya saja kita tidak tahu, apakah nasehatnya mempunyai dampak yang signifikan atau tidak. Meskipun sebenarnya untuk mengetahuinya relatif mudah, lihat saja materi publikasi yang dibuat para pakar tersebut tentang jembatan Suramadu. Rasa-rasanya pakar yang sering membahas tentang Suramadu hanya bidang geoteknik-nya saja, sedang yang lain tidak ada gemanya. Betul nggak sih ?

Jadi kalau yang desain bukan orang Indonesia , sedangkan pakar yang tempo hari terlibat di jembatan Suramadu juga masih juga dipertanyakan, lalu bagaimana dengan mega proyek  jembatan selat Sunda. Apakah juga akan dikerjakan oleh orang luar ?

Pertanyaan menarik. Sebenarnya kalau mega proyek seperti itu dapat dikerjakan oleh bangsa sendiri, wah rasanya luar biasa. Bagaimanapun mega proyek jembatan selat Sunda sebaiknya dapat dijadikan momentum kebangkitan bangsa ini, yaitu mampu secara mandiri membuat proyek besar sebagaimana dahulu kala ketika bangsa ini membuat candi borobudur.

Ide diatas rasanya dipahami benar oleh Prof Wiratman Wangsadinata, salah satu pakar konstruksi terkemuka di republik ini, yang sejak lama telah memikirkan dan memberikan masukan-masukan untuk dibangunnya jembatan Selat Sunda.

Wah bapak mengutip dari mana nih sehingga tahu kalau bapak prof.Wiratman mempunyai pendapat seperti itu. Saya belum baca beritanya.

He, he, kali ini saya nggak perlu mengutip, itu pernyataan saya pribadi koq. Maklum tadi siang, saya baru saja berdiskusi dengan beliau di ruang rapat, dekat ruang kerjanya di lantai 11, gedung Graha Simatupang. Meskipun usia beliau sudah tidak muda lagi, yaitu sudah kepala tujuh, tetapi semangat beliau masih mengebu-ngebu dalam upayanya mewujudkan proyek yang luar biasa tersebut. Luar biasa, karena memang proyek jembatan selat Sunda ini memang panjang banget. Lihat saja artikelku tempo hari yang pernah kutulis di sini.

Belajar dari apa yang terjadi di proyek jembatan Suramadu, maka Prof Wiratman berharap anak bangsa ini dapat berperan secara lebih signifikan dalam pembangunan jembatan Selat Sunda. Signifikan dalam arti, tidak perlu ngotot mengerjakan sendiri, karena bagaimanapun orang-orang kita memang tidak atau belum mempunyai pengalaman merencanakan dan membuat mega jembatan tersebut. Oleh karena itu, beliau tidak segan-segan untuk mencari partner asing yang mau membimbing team orang Indonesia ini.

Teamnya siapa saja pak ?

Yah belum ada informasi secara jelas, mungkin prof. Wiratman sedang menyusunnya. Tetapi yang jelas sudah ada pembicaraan ke arah itu. Sehingga nantinya proyek tersebut juga merupakan momentum terjadinya proses transfer teknologi. Maksudnya jika ada team yang dari awal terlibat dalam perencanaan dan terus dilibatkan sampai jembatan tersebut selesai nantinya, maka diharapkan team tersebut dapat bertransformasi dari nggak tahu jadi tahu, dari nggak pede menjadi pede, begitulah.

Kalau begitu yang nantinya membimbing siapa pak, apakah dari China ?

O bukan, dalam diskusi tadi aku jadi tahu bahwa proyek jembatan selat Sunda kira-kira mempunyai bobot permasalahan yang mirip dengan proyek jembatan selat Messina, di Itali, yang bentangnya adalah 3.3 km, sedangkan jembatan kita adalah sekitar 3.5 km. Cukup dekat bukan, bandingkan dengan jembatan Suramadu, bentang tengahnya hanya sekitar 440 m.

Wo, o ,o . . . jauh sekali !

Ya memang. Itulah mengapa tipe jembatan cable-stayed seperti yang digunakan pada jembatan Suramadu tidak dapat digunakan. Jadi harus dipilih tipe jembatan gantung. Tahu nggak, jembatan gantung yang paling panjang saat ini yang telah dibangun adalah di Jepang, namanya Akashi Kaikyo Bridge yaitu sekitar 1991 m. Jadi kalau benar jembatan usulan prof Wiratman yang dibangun maka jembatan tersebut akan menjadi jembatan terpanjang di dunia.

Karena Prof. Wiratman menyatakan bahwa yang selevel dengan jembatan Selat Sunda adalah jembatan Selat Messina di Itali, maka ada baiknya melihat rencana jembatan tersebut. Ini ada gambar yang aku peroleh via http://www.ce.memphis.edu kebetulan jembatan selat Messina digambar berdampingan dengan jembatan Golden Gate di USA sebagai perbandingan, sehingga dapat dibayangkan signifikasi perbedaannya.

monster20bridge

Selanjutnya juga diketahui, bahwa prof Wiratman sudah banyak berkorespodensi dengan aktor intelektual yang mendesain jembatan selat Messina di atas, sehingga diketahui juga bahwa software yang digunakan mendukung proses perencanaan jembatan tersebut adalah program ADINA, salah satu program yang dipunyai oleh Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Jadi pak Wir tahu dong program tersebut ?

Lho lha iya dong, salah satu makalahku khan pernah memanfaatkan program ADINA, tetapi waktu itu bukan untuk menghitung jembatan, tetapi untuk menghitung balok tinggi. Tetapi sayang, selanjutnya aku tidak menekuni lagi program tersebut karena untuk disertasiku aku menggunakan ABAQUS.

Program ADINA dikembangkan oleh prof K.J Bathe dari Massachusetts Institute of Technology, yang mana sewaktu mengambil Ph.D di Berkeley, pembimbingannya adalah prof EL Wilson. Itu lho yang menciptakan program SAP.

Yah untuk sementara itu dulu ya.

O ya, aku juga mendengar pesan yang disampaikan prof Wiratman bahwa team perencana yang akan beliau gagas adalah terbuka bagi para engineer Indonesia yang berminat, dan  tentunya yang berkompeten, serta yang paling penting adalah yang mengedepankan semangat idealisme. Karena bagaimanapun proyek Jembatan Selat Sunda adalah proyek luar biasa, tidak sepenuhnya ditentukan oleh kebijaksanaan teknis belaka tetapi juga pertimbangan-pertimbangan lain. Dengan kata lain, perlu perjuangan keras dan juga nasib baik untuk mewujudkannya. 🙂

Salam sukses.

22 tanggapan untuk “mengintip perkembangan jembatan selat Sunda”

  1. rudis Avatar

    jembatannya bagus betul pasti proyek yang sangat besar

    Suka

  2. heri koesnadi Avatar

    enak kali yah klo bisa Kerja Praktek disitu….

    Suka

  3. donaldessen Avatar
    donaldessen

    Shalom pak Wir

    Sedikit ralat, hasil akhir prastudi kelayakan JSS memberikan bentang tengah 2.2 km (terbaru) yang 3.5 km itu masih yang lama sekali pak.

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      wah kalau begitu data yang saya tulis belum up-dated dong. Bentang yang baru tersebut sudah pernah dipublikasikan belum mas Donald.

      Kalau bentangnya berkurang, yaitu dari 3.5 km ke 2.2 km, maka rasanya akan lebih realistis, lebih mudah terealisir. Itu khan berarti hanya lebih panjang sedikit dari jembatan Akashi Kaikyo yang sudah terbukti berdiri. Adapun jembatan selat Messina (3.2 km) khan baru mau dibangun. Jadi kalau kurang dari jembatan selat Messina berarti sudah ada yang berpengalaman untuk dimintai tolong. 🙂

      Suka

  4. kaskuser Avatar

    semoga umur jembatan ini dapat berlangsung lama sesuai dengan budget yg telah dikeluarkan, pak wir mampir ke blog saya yah

    salam

    Suka

  5. Gada Bina Usaha Avatar

    Big project….Elastomernya butuh banyak itu…he..he…Salam Hormat pak Wir

    Suka

  6. Adhi_Engineer Avatar
    Adhi_Engineer

    Salam sejahtera Pak Wir….bagus sekali topik artikelnya,,,Pesan Saya Seh..Jgn Sampai Proyek Ini nantinya selesai tapi Ilmunya Tidak Tersisa Buat Kita…Saya berharap semua Engineer Indonesia Memberikan Antusiasme dalam Belajar Dari perancangan Project ini…Supaya Mega Project yang akan datang , bisa Tangani Sendiri……Bravo Indonesia

    Suka

  7. Donny B Tampubolon Avatar
    Donny B Tampubolon

    Akhirnya sejarah membuktikan :

    “Belajarlah sampai ke Negeri China..”

    Congrats buat Bpk.Wiratman and Team.

    Syallom,

    Donny B Tampubolon.

    Note: Bung Donald, kami tunggu update beritanya..

    Suka

  8. adin Avatar
    adin

    ngomong-ngomong soal jembatan jadi ingat ama rencana pak wir menyusun buku tentang jembatan nih

    Suka

  9. donaldessen Avatar
    donaldessen

    @ pak wir
    saat ini hak nya ada di BSM, jadi saya juga tidak tahu apa laporan PraFS itu udah jadi public domain. Bisa jadi 2.2 km itu berubah saat FS nanti mesti menunggu pekerjaan bathymetri final nih. Hehe tetap saja pak saya gak mengerti bagaimana kereta bisa lewat jembatan yg fleksibel spt itu. Messina memang sedikit nekat kalo saya menilainya sih hehe. Saya baca di bukunya Gimsing itu nulisnya ttg Messina “the most dare of all” gitulah kira2.

    @ Donny
    Update nya saya kira sama spti di koran. Yang pasti ini saat ini AG melalui BSM masih nunggu Kepres pemerintah. Kalau sampai proyek JSS ini ditenderkan bisa jadi pihak BSM kalah dan tentunya PTW cuma gigit jari. Tapi sendainya penunjukkan langsung saya lagi kesulitan cari engineer-engineer muda yang berminat dalam proyek. Rata2 sudah mapan (bergaji besar tentunya) jadi mikir2 deh ikut proyek JSS ini jangan2 ntar idle ditengah jalan 😦 .

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Saya dan Prof. Harianto Hardjasaputra, yang notebene alumni PT. W&A secara moril siap membantu. Hanya saja tentu perlu dicarikan strateginya agar dapat secara real berpartisipasi dalam membantu mewujudkan proyek tersebut.

      Bagaimana kalau langkah pertama bikin seminar tentang jembatan tersebut dengan mendatangkan pakar-pakar yang kompeten (dalam dan luar negeri ttg jembatan selat sunda). Jurusan Teknik Sipil UPH mau aja koq jadi host-nya.

      O ya, jaringan Prof. Harianto dengan teman-temannya di Jerman (Uni-Stuttgart) cukup baik koq. Prof Schlaich, promotor beliau adalah salah satu pemeriksa (Proof Engineer) perencanaan jembatan Selat Messina beberapa puluh tahun yang lalu.

      Siapa tahu strategi ini bisa membantu mewujudkan ide tersebut, khan bisa paralel dengan rencana yang sudah berjalan.

      Suka

  10. Gunawan Wibisono Avatar

    Saya sangat bangga kalau proses pembuatan jembatan selat sunda ( Mega Project ) memakai produk precast anak bangsa ” DUSASPUN” milik bangsa sendiri Indonesia. Semoga terealisir dengan sudah ditanda tanganinya perpres untuk project tersebut oleh Presiden kita SBY, barubaru ini Desember 2009. Merdeka !!!.

    Suka

  11. Gunawan Wibisono Avatar

    Dusaspun siap berpartisipasi dalam menunjang pelaksanaan project jembatan selat sunda ! selaku produsen concrete precast milik bangsa sendiri.

    Suka

  12. hakim probo Avatar
    hakim probo

    waaahhh,,,tnyata benerann mo d bangunn yaa pakk wirr??

    soal nya saya juga pernah denger ttg wacana inii….

    hheee,,,,pokok nyaa saya dukung pembangunan di indonesia…maju terusss…!!

    Suka

  13. rizky tertonadi Avatar
    rizky tertonadi

    wuebattttttttttttttttttttttttttttttt♠

    Suka

  14. Faizal Riza Avatar

    wah,hebat neh mo dibangun mega project jembatan sunda.dulu di suramadu aku berharap dibangun seperti golden gate dan jembatan messina.yah apa daya bukan uang kita jadi sedikit protes pun ga ngaruh.tapi yang paling penting dan ini bagiku yang terpenting perawatan lebih susah dari pada membangun ya ga pak wir.merawat berarti kita harus mempertahankan.saya sedih pak wir mendengar berita di media massa,dan saya sebagai orang madura pun juga rada sedih kenapa seharusnya sebagai warga indonesia kita harus mempertahankan jembatan itu kalo perlu melindungi karena itu uga teknologi anak bangsa.eh ada juga orang madura ambil baut jembatan suramadu,gergaji besi,bajanya dan diambil kabel dibawah jembatan banyak kasus2 lainnya.alasannya kalo dijual mahal.ntah lah dia mengerti ato tidak begini lah indonesia keadaannya.

    Suka

  15. gadabinausaha Avatar

    Setuju sekali untuk Pembangunan Jembatan Selat Sunda icon baru Indonesia…

    Suka

  16. Achmad Avatar
    Achmad

    Wah, agak miris juga kalau ternyata engineer Indonesia tidak memiliki kontribusi yang signifikan dalam pembangunan jembatan selat suramadu.

    Menilik soal itu, apakah sedikitnya kontribusi engineer kita dikarenakan kita tidak memiliki kemampuan untuk mendesain sendiri??
    atau karena dana pembangunan yang sebagian besar berasal dari cina??

    Saya juga dengar kalau tenaga pekerja kasarnya pun banyak yang dikirim langsung dari cina. Apakah ini dikarenakan tenaga kerja Indonesia tidak mampu?? atau – sekali lagi – karena dana nya berasal dari Cina??

    Terimakasih pak. Saya sangat senang atas blog bapak yang memberikan banyak pencerahan di bidang teknik sipil.

    Suka

  17. lomri Avatar
    lomri

    ya sya sgt stuju dgn diadakn,y proyek jmbatn selat sunda…menghubungnkn antra plau jawa dgn plau sumatra…krna itu frosfex bgus….

    Suka

  18. masalah dan solusi di Bay Bridge | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] mengintip perkembangan jembatan selat Sunda (11 Des 2009) […]

    Suka

  19. Hari Avatar
    Hari

    hebat untuk perkembangan indonesia
    untuk akses antar pulau, bagaimana untuk safety pengguna kendaraan pada batas kanan ny?n getaran yang ditibulkan oleh kereta terhadap pondasi+area rawan gempa&dll

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com