Dalam minggu-minggu ini kita tersuguhkan oleh ‘tontonan demokrasi’ yang membahas kemelut yang terjadi di ‘pusat’. Dalam tontonan tersebut kita bisa melihat bagaimana kompetensi orang-orang puncak negeri ini, karena yang beradu argumentasi adalah wakil-wakil rakyat maupun pejabat-pejabat tingkat atas yang notebene adalah insan-insan produk perguruan tinggi top negeri ini, yang tentu saja bekal pendidikannya tidak perlu diragukan lagi.
Kalau mau dikaji lebih jauh, adu argumentasi pada tontonan demokrasi tersebut bahkan lebih ‘berat’ dibanding yang biasa terjadi pada dialog ilmiah para akademikus, tidak hanya menjadi semacam ujian lesan untuk menentukan kelulusan akademik, tetapi bahkan menjadi ujian bagi kompetensi yang meraka miliki. Itu bisa menjadi titik belok, apakah karir mereka akan terus atau tidak. 😦
Tentang kompeten atau tidak itu, tidak hanya terbatas yang diberi pertanyaan juga lho, tetapi juga yang memberi pertanyaan. Karena dari pertanyaan yang diajukan, dan yang kemudian dibandingkan dengan jawabannya maka akan dapat ketahuan bahwa itu pertanyaan bermutu atau bahkan tidak bermutu sama sekali. Jelas pertanyaan yang diberikan tidak bisa asal cuap, karena kalau begitu akan ketahuan bahwa sipenanya itu sebenarnya tidak bermutu. Jika demikian yang terjadi maka siap-siaplah mereka yang tidak kompeten itu perlu diganti. Bisa memalukan jika tetap nongkrong di atas !
Pertanyaan atau pernyataan, baik yang lesan atau bahkan yang tertulis, yang keluar atau dihasilkan dari seseorang itu dapat dijadikan gambaran tentang apa atau siapa dia sebenarnya.
Itu juga tergambar dari komentar yang masuk di blog ini, yaitu tentang rencanaku untuk menulis untuk kualifikasi Internasional, yang berpendapat seperti ini.
Komentar baru pada tulisan #4573 “ada yang bisa bantu ?” :
Penulis : joko (IP: 125.161.61.245 , 245.subnet125-161-61.speedy.telkom.net.id)
E-mail : joko_waluyo@yahoo.com
URL : http://www.goblok.com
Siapa : http://ws.arin.net/cgi-bin/whois.pl?queryinput=125.161.61.245
Komentar:
goblok kamu, itu namanya menjual negara indonesia ke negara maju agar kamu mendapat uang dari buku itu, jika tujuanya untuk mencerdaskan bangsa membuat buku tersebut sangat bagus tapi dengan catatan dalam bahasa indonesia bukan asing, semoga kegoblokanmu luntur. amin
He, he, menarik juga cara berpikir orang ini, jadi ketika membaca komentar di atas, nggak tahu, koq jadi ingat dengan pertanyaan dan jawaban-jawaban yang terungkap pada ‘tontonan’ demokrasi di atas.
Ada-ada saja si joko waluyo itu, emangnya orang goblok itu bisa menulis buku dan diterbitkan internasional ?!!
Kalau buku stensilan aja, atau hanya yang 40 halaman doang, sih mungkin bisa. Apalagi kalau diterbitkan sendiri. 🙂
aq rasa bacaan ini sesuai utk ruhut sitompul yg sering memakai bahasa kasar di pansus century. 🙂
my_blog
SukaSuka
Dear Sir. Sebelumnya Selamat Natal dan Tahun Baru. Semoga di tahun yg baru ini Bapak melalui blog ini jg melalui buku2 yg akan diterbitkan dpt lebih menjadi berkat buat banyak orang. menyikapi komen thd tulisan Bapak, mnrt saya dari gaya bahasa yg dibuat, telah menunjukkan karakter dr beliau yg menulis koment tsb. dibandingkan dg tujuan besar yg ingin didapat melalui penulisan buku tsb, komen tsb seperti org farisi dan saduki, kumpulan org2 pinter tetapi “kosong” hehe. Maju terus Pak, don’t look back
SukaSuka
Biarlah mereka-mereka yang katanya”pinter-pinter” mau meminteri rakyat, pada berkelahi sendiri untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Sebagai rakyat anggap saja menonton dagelan-dagelan ala’ srimules….
SukaSuka
wah….ga ikut2 deh?untuk sementara jadi penonton aja dulu.takut dikira sok pinter…
SukaSuka
setelah saya baca ulang, saya baru “ngeh” maksud pak joko.
Hmmm…..mungkin ada benarnya juga, tapi bukan berarti itu salah. Karena ada baiknya ditulis dalam bahasa indonesia. Bukan berarti tidak bisa berbahasa internasional, tapi dengan memakai bahasa indonesia, hal itu menunjukkan eksistensi dari Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai bahasa persatuan.
Kalau kita ingin memahami buku- buku asing saja kita harus bersusah payah mempelajari bahasa asing tersebut biar “ngeh” tentang isi buku tersebut. Jadi menurut saya merupakan ide bagus kalau ditulis dalam bahasa persatuan kita, biar mereka juga belajar bahasa indonesia. Siapa tahu suatu saat bahasa indonesia bisa menjadi bahasa internasional.
Kiranya hanya itu yang bisa saya tambahkan. Maaf kalau ada kata tersilap…:-)
SukaSuka
Sayang sekali wakil-wakil rakyat kita disana yang pintar2 dan punya nama.. Justru menjatuhkan harga dirinya sendiri.. Jadilah orang yang santun dimanapun kita berpijak. Ayo insinyur insinyur sipil mari kita santun, smile & semangat dalam bekerja. Pasti para pekerja akan lebih menghargai kita sebagai perorangan maupun instansi!!
SukaSuka
kalo kata orang, ada dua cara membangun bangsa ini.
Yang pertama dari luar, yang kedua dari dalam.
Dari luar ya contohnya adalah banyak orang Indonesia yang jadi profesor, ahli, akademisi, pebisnis, dll. Dan mereka bekerja di luar negri. Mungkin kesannya ” kok mereka malah membangun bangsa lain sih ? bukannya balik Indonesia aja ?”
Ya kalo menurut saya sih ga ada salahnya ya ,
toh mereka juga bawa nama harum Indo. Orang asing bisa komentar ” Wah orang Indonesia itu hebat juga lho. Mereka bisa isi posisi A, ga kalah ma orang negara laen.”
Kalo dari dalam ya kita sama-sama tau lah..Banyak yang bisa dibangun dari Indo ini. ^^
Tentang buku Internasional itu,
ya ga ada salahnya toh kalo dalam bahasa asing. Jadi kan keren, tulisan orang Indonesia bisa jadi bacaan orang lain. Ya mungkin bikin bahasa Indo nya juga. Biar orang kita juga mengerti. Hehehe…
Menurut saya sih ya, siapa sih dari kita yang ga pake produk asing ? Lha komputer, internet ini ??
Tq pak, btw maaf komen nya kepanjangan hehehe
SukaSuka