Jika anda sering mampir pada blog ini dan memperhatikan, maka sudah sejak Desember tahun lalu tidak banyak artikel baru yang aku tulis. Itu bukan berarti tidak banyak peristiwa yang menarik lho. Sebenarnya ada-ada saja yang menggugah untuk ditulis, tetapi karena fokus untuk menulis “buku”  telah menyita pikiran yang banyak maka ya begitulah yang terjadi. Jadi tidak mengisi blog, tidak berarti tidak menulis lagi.

Sekali menulis tetap menulis. Menulis !

Beberapa hari yang lalu, Bapak Sugeng Wijanto Ph.D., Managing Director PT. Gistama Intisemesta, sekaligus dosen di Universitas Trisakti mengirimi tiga (3) eksemplar buku yang baru saja beliau terbitkan. Menurut catatan yang beliau sampaikan, satu untuk saya (pribadi) dan dua untuk Perpustakaan Universitas Pelita Harapan. Atas budi baiknya saya mewakili Jurusan Teknik Sipil UPH mengucapkan banyak terima kasih.

Sebuah buku bagi seorang dosen seperti saya ini adalah sesuatu yang penting dan berharga, bagaimanapun kepakaran atau keahlian seorang dosen hanya bisa dinilai oleh dosen lain berdasarkan karya-karya tulisnya. Jadi buku merupakan representasi dari keberadaannya di komunitas teman seprofesinya. Dengan melihat atau membaca karya-karya tulis yang dihasilkan oleh seorang dosen maka orang lain yang bukan muridnya langsung dapat saja menyebut dirinya (yang menulis itu) sebagai guru. Jika tidak pernah menulis, maka kita hanya mengenalnya sebagai dosen, yaitu orang yang bekerja dengan mengajar di perguruan tinggi). Itu artinya dapat disebut bahwa ‘guru’ mempunyai kelas yang lebih tinggi dibanding seorang dosen. Itu benar karena konsep guru adalah singkatan dari digugu dan ditiru, yang arti umumnya adalah “yang dapat diamini sikap dan perbuatannya untuk kemudian diteladani”. Tentu saja yang dimaksud dengan sikap dan perbuatannya, adalah sikap keilmuan dan hasil kreativitasnya.

Pemahaman seperti yang saya ungkapkan di atas saya yakini juga dipunyai oleh bapak Sugeng yang dapat dengan bangga menyampaikan buku karyanya ke sesama dosen yang lain, dimana saya adalah salah satunya. Karena saya selain dosen juga seorang penulis, maka kewajiban saya adalah mereview buku karya beliau tersebut. Win-win solution begitulah.

Jadi buku di atas adalah copy  buku “World Housing Encyclopedia” yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Beresiko : Perilaku Struktur Rangka Beton Bertulang dengan Dinding dari Bata terhadap Gempa”. Buku tersebut diterjemahkan oleh pakar-pakar di bidangnya, yaitu bapak Sugeng Wijanto Ph.D. bersama dengan bapak Takim Andriono Ph.D. yang kedua merupakan doktor lulusan University of Canterbury, New Zealand, yang dikenal kuat dalam bidang ilmu gempanya.

Maksud diterbitkannya buku tersebut adalah sebagai upaya bersama untuk mencegah terjadinya korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat gempa di masa yang akan datang.

Saya kira ini merupakan suatu dokumentasi yang bagus untuk menjawab pertanyaan sdr Rudi Darmawan sbb:

Rudy Darmawan  // 4 Februari 2010 pada 15:14 | Balas (sunting)

Boleh usul Pak Wir? Kalau ada, tolong juga di-upload foto-foto detail kerusakan fatal terutama pada sambungan kolom-balok.

Yang mengkawatirkan, di Jakarta (sebagai praktisi) saya kadang masih menemukan adanya pekerja yang tidak tahu bahwa pada pertemuan kolom-balok, sengkang kolom, mutlak harus dipasang. Dan yang menyedihkan lagi, pelaksana lapangan yang biasanya lulusan STM bangunan, yang bertugas sebagai supervisor kurang aware pada hal ini.

Pada gempa Aceh akhir 2004, saya sempat mengamati foto-foto yang di-upload di internet. Detail kerusakan yang menyebabkan soft storey effect, hampir semuanya adalah masalah pada sengkang. Baik itu berupa jarak sengkang yang terlampau lebar, pertemuan kolom-balok tanpa ada sengkang, ataupun kait pada sengkang yang terlampau pendek.

Dan mengenai kait pada sengkang, juga harus ditekuk hingga membentuk sudut 45 derajat. Kenyataannya, tanpa pengawasan yang maksimal, para tukang besi cenderung membengkok kait hanya sekitar 80 derajat saja. Sewaktu terjadi goncangan gempa, kait yang 80 derajat ini mudah sekali lepas karena selimut beton rusak.

Buku setebal 73 halaman dengan kertas halus dan dicetak berwarna, saya kira itu merupakan salah satu buku teknik sipil yang cukup mewah, yang biasanya hanya digunakan oleh orang-orang arsitek untuk menampilkan foto-foto karyanya. Saya kira ini juga suatu sumbangan penting dari Lab. Beton , Jurusan Teknik Sipil, FTSP,  Universitas Trisakti. Langkah penting, memberi lebih dari hanya sekedar berkutat dalam bidang pengajaran saja. Bravo Trisakti.

Bila tertarik dan tidak menjumpainya di toko buku, maka silahkan langsung kepenerbitnya yaitu:

Laboratorium Beton FTSP Universitas Trisakti
Kampus A, Gedung C, Lantai Dasar
Jalan Kyai Tapa No.1, Grogol
Jakarta 11440; Indonesia.

Ini beberapa halaman yang aku scan untuk di preview

** up-dated **

ada email masuk dari pak Sugeng sbb:

Yth pak Dr. Wiryanto,

Mudah-mudahan buku tersebut dapat bermanfaat bagi mahasiswa UPH. Saya sudah baca ulasan di blog bapak dan terima kasih komentarnya.

Sebetulnya buku tersebut tidak dijual dan kami bagikan secara gratis, untuk softcopynya bisa di download dari www.world-housing.net

Salam

Sugeng Wijanto

6 tanggapan untuk “buku World Housing Encyclopedia edisi Indonesia **BARU**”

  1. jacobian Avatar

    lumayan bagus bukunya.ntar coba aq cari di gramedia dulu ya. 🙂

    Suka

  2. Andy Prabowo Avatar

    harganya brp ya pak wir?? mau jg dnk kalo msh ada yg gratisan.. hahaha… atau saya bisa dpt gratis stlh saya hrs jwb kuis jg blh.. hehehe…

    Suka

  3. digital-thinker Avatar

    waktunya hunting neh…

    Suka

  4. gun Avatar
    gun

    Di Palasari bandung, ada ga ya?

    Suka

  5. agung Avatar
    agung

    oh ya pak wir, pernah gak membahas masalah panjang penjangkaran tulangan beton dan jarak sengkang karena faktor gempa, untuk menghindari soft sotry effect

    Suka

  6. sudana Avatar
    sudana

    Tertarik pada buku ini, pagi tadi saya mampir ke Lab. Beton Universitas Trisakti, bermaksud untuk membeli buku di atas.

    Di situ mendapat informasi bahwa buku tersebut tidak dijual untuk umum, hanya untuk kalangan perguruan tinggi saja.

    Sayang sekali, bilamana kalangan di luar perguruan tinggi yang juga butuh informasi ini, dapat ikut memanfaatkan isi buku di atas, tentunya akan sangat bermanfaat sekali, terutama dalam penyebaran pengetahuan untuk mengatasi bahaya akibat gempa, sesuai dengan maksud diterbitkannya buku ini, seperti yang tersebut dalam tulisan Pak Wir di atas.

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com