Fenomena pendidikan maupun hasil pendidikan di tanah air memang beragam. Sebagai seorang yang berkecipung di dunia pendidikan tentunya hal-hal seperti itu cukup menarik. Tadi siang kedatangan alumni jurusan teknik sipil, yang kebetulan bisa mampir kantor karena proyek tempatnya bekerja kebetulan menugaskannya berpergian di sekitar kampus, jadi mampir sekalian. Syukurlah, kira-kira tiga bulan setelah dinyatakan lulus (belum wisuda) sudah dapat pekerjaan.
Kerja apa pak ?
Ya tentu di bidangnya, kebetulan tempat bekerjanya adalah kontraktor yang sedang mengerjakan proyek jalan di sekitar Balaraja, itu khan dekat kampus Karawaci.
Saya pikir, asal kerja aja pak. Itu seperti yang sedang diberitakan, jadi tukang sapu juga ok. 🙂
O itu, memang sih beberapa kali diberikan di detik.com, tentang Jack Lord itu khan. Ini ada kepala beritanya :
Selasa, 27/04/2010 13:02 WIB
Jack Lord Lulus Cum Laude, Tapi Jadi PNS Tukang Pel
Chaidir Anwar Tanjung – detikNews
Sebenarnya dari kemarin aku sudah membaca berita tersebut. Beritanya seakan mendukung pak Jack Lord untuk menuntut hak. Sudah sarjana yang cum-laude lagi, koq hanya jadi tukang sapu.
Benar nggak ?
Betul pak, sarjana cum-laude koq jadi tukang sapu. Siapa itu yang salah.
Wah ini tergantung dari sudut pandang mana mau dijawab. Kalau dijawab yang salah si cum-laude-nya, nanti dikira tidak memihak, tetapi kalau dijawab si pejabat yang berhak mengangkat lalu ada pertanyaan ‘tidak ada lowongan yang kosong’, lalu bagaimana.
Ini ada komentar menteri M. Nuh yang patut disimak sbb:
Namun perlu diperhatikan juga terkait dengan Jack Lord yang awalnya mendaftar PNS bermodal ijazah SMA yang menyebabkannya mendapatkan golongan II A. Apakah Jack Lord sengaja ingin menghindari persaingan penerimaan PNS di tingkat sarjana?
“Kalau ingin menghindari persaingan, lalu setelah jadi PNS minta penyesuaian dengan gelar sarjana, itu namanya tidak fair,” pungkas M Nuh.
(Sumber: Detik.com)
Saya kira jawaban pak Menteri di atas patut menjadi bahan pertimbangan. Cukup obyektif. Mestinya karena dia sudah membuktikan cum-laude maka proses persaingan dengan calon pegawai lain tidak menjadi masalah.
Pertanyaannya sekarang apakah ada mekanisme PNS melamar lagi jadi PNS untuk golongan yang lebih atas. Jika itu ada dan si Jack Lord tidak keberatan untuk ikut test lagi maka rasanya permasalahan akan tuntas.
Tentang pegawai melamar lagi untuk jabatan yang lebih tinggi memang tidak setiap tempat memungkinkan, tetapi aku ada bukti bahwa itu memang bisa terjadi. Kriteria loyal, setia khan sudah dapat dibuktikan, tinggal test tentang kompetensi. Tul nggak.
Wah nanti kalau nggak lulus gimana dong pak. Khan sudah cum-laude.
Itulah yang mungkin selama ini ada di benak pak Jack Lord. Takut tidak diluluskan karena pertimbangan subyektif pejabat, bahkan diberita-berita yang ada diceritakan bahwa ada oknum pejabat yang mempersulitnya.
Ketakutan-ketakutan seperti itulah yang kiranya membuat pak Jack Lord tetap bertahan jadi tukang sapu, bahkan kalau tidak salah sampai 8 tahun.
Bagi saya pribadi, kondisi mampu bertahan selama 8 tahun jadi tukang sapu, tetapi di sisi lain merasa mempunyai kompetensi yang lebih besar dari kondisi pekerjaan yang sedang ditekuni, tentu sangat mengherankan. Apalagi kalau menyadari bahwa ‘waktu adalah sangat berharga’.
Apakah seperti itu kualitas seorang sarjana Indonesia yang cum-laude ?
** mikir berat mode ON **
Tinggalkan komentar