,

bali 2010


Seperti biasa, kami para staf pengajar di Jurusan Teknik Sipil UPH ingin bisa berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan ilmiah yang ada. Meskipun demikian  karena jumlahnya terbatas (kurang dari 10) maka itu tentu tidak mudah. Untuk bisa dikatakan aktif maka minimal harus memasukkan makalah penelitian, dengan demikian ada waktu untuk tampil mempresentasikan dihadapan para peserta kegiatan ilmiah tersebut.

Kegiatan seperti itu penting, pertama-tama adalah agar para staf pengajarnya bisa link-and-match atau mungkin tepatnya benchmarking dengan kolega-kolega sesama staf pengajar dari perguruan lain. Dengan mempresentasikan makalah berarti harus melakukan kegiatan ilmiah terdahulu dan dievaluasi (dilihat) rekan lain yang dianggapnya selevel, sama-sama dosen. Jadi harus mempersiapkan diri dengan baik, jika tidak mereka khan bisa juga mengevaluasi. Ini tentu berbeda jika berdiri mengajar di depan kelas. Jadi kalau sudah mengajar bertahun-tahun tetapi tidak pernah maju di depan seminar untuk presentasi, wah itu kebangetan (keterlaluan) namanya. 🙂

Pada bulan ini, tepatnya tanggal 2 – 3 Juni di Bali berhasil diselenggarakan seminar nasional Konteks-4, yang merupakan acara hasil kerja sama tiga perguruan tinggi, yaitu UPH, UAJY dan Universitas Udayana. Karena itulah maka kami di Jurusan hadir untuk berpartisipasi.  O ya, Konteks-3 sebelumnya telah berhasil diselenggarakan di UPH, berita di sini.

Acara Konteks-4 kali ini kalau melihat dari tebalnya prosiding yang dicetak maka dapat dikatakan sangat berbobot. Bagaimana lagi, ada sekitar 180 makalah yang dijilid jadi satu, membukanya harus hati-hati, karena bisa-bisa jilidannya patah di tengah. 🙂

Meskipun terlihat terkumpul sebanyak 180 makalah tetapi motivasi para pemakalah untuk ikut seminar ini rasa-rasanya tidak semua sama. Bahkan banyak yang hadir hanya pada  waktu presentasinya saja, setelah kewajibannya dipenuhi selanjutnya sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya. Yah beginilah resiko seminar di Bali, yang disebut juga pulau dewata, pulau wisata, jadi siapa yang tidak menyia-nyiakan kesempatan yang baik tersebut, termasuk yang menulis blog ini. 🙂


Presentasi dari keynote speaker, Prof. Shunji Kusayanagi, Ph.D, dari Kochi University of Technology, Japan.

Kondisi di atas rasa-rasanya adalah yang paling ramai, kemudian setelah pembagian bidang peminatan, pesertanya jadi terlihat menyusut drastis. Untunglah presentasi saya terjadi di hari pertama dan  sesi awal juga sehingga pesertanya masih cukup banyak. Sangat prihatin sekali yang mendapat sesi terakhir, ketika menengok ke kanan dan ke kiri e, ternyata tidak lebih dari jumlah jari di kanan saja. Jadi agar pemakalahnya tidak kecewa maka perlu berperan aktif untuk membuat pertanyaan tanggapan. Eh, kelihatannya pemakalahnya puas karena mendapat tanggapan sehingga di akhir acara pada berfoto bersama. Ini dokumentasinya.


Dari kiri ke kanan, Dr.Ir.  I.K Sudarsana (Unud), Dr. Ir. Wiryanto  (UPH), Dr.Eng. Arwin A. (Unhas) dan teman dosen dari NTT.

O ya, pada saat istirahat makan siang sempat bertemu dengan teman-teman mahasiswa doktoral dari UGM, bimbingannya bapak Andreas Triwiyono. Karena topik pembicaraannya adalah pemakaian program komputer rekayasa untuk riset, maka nggak terasa tempat makannya sudah pada sepi.


Dari kiri ke kanan sdr. Nor Intang (Unsoed), perwakilan dari Semen Gresik, saya, sdri. A. Madar (STT Payakumbuh).

Seperti biasa di setiap acara publik selalu saja bertemu dengan teman-teman pembaca blog ini. Ternyata pembacanya sudah merata dari di semua lapisan, tidak hanya mahasiswa yang sedang belajar tetapi juga dosen yang mengajar ternyata banyak yang membaca blog ini. Pada kesempatan ini saya bertemu dengan bapak Dionisius, kandidat S3 ITS yang sekaligus juga dosen di Universitas Merdeka Malang. Ini foto kami berdua.

Pak Dion ini katanya akan mengajak ke Malang, ke Universitasnya. Ok, undangannya ditunggu lho pak.

Itu tadi beberapa dokumentasi di hari pertama. Adapun hari ke dua adalah acara wisata, sambil menyelam minum air, mencoba menggunakan otak kanan dan kiri sekaligus untuk mendapatkan keseimbangan.


Tari Barong di Batu bulan, Gianjar.

Melihat lukisan bali di sanggar Shanti, antara Batubulan dan Kintamani.

Menikmati makan siang di Kintamani.

Pulangnya mampir ke pemandian dan istana kepresidenan Tampak siring, sorenya ke Sukawati sampai menjelang tutup yaitu pukul 18.00.

Pemandian dan mata air alam Tampak Siring.

Konon katanya kalau mandi atau bahkan hanya cuci muka dengan air di pura tersebut akan awet muda. Maka tidak ada salahnya juga kami berdua, bersama istri ikut cuci muka. Siapa tahu. 🙂

Inilah mata air alam, sumber air dari pemandian Tampak Siring yang sudah ada sejak abad 15. Saya kira mata air seperti ini ada juga di pulau Jawa, tetapi karena di Bali masyarakatnya adalah Hindu disinilah terlihat salah satu keunggulannya dibanding masyarakat yang beragama lain. Dari penjelasan tour-guide, kami mendapat pemahaman bahwa masyarakat Hindu menghormati adanya keseimbangan antara Tuhan-Manusia-Alam, ada hubungan saling hormat-menghormati. Jadi tidak mengherankan jika di Bali sana, tampak terlihat banyak sesajen di berbagai sudut tempat, bahkan di samping dashboard mobil juga.

Mensikapi hal seperti itu, dimana-mana ada sesajen, teman saya yang beragama Kristen sempat nyletuk; “wah, mereka menyembah berhala ya pak ?“.

Aku hanya bisa berkata, ha, ha, ha . . .  Semuanya memang tergantung dari cara berpikir. Saya juga bisa memahami cara berpikir teman Kristen saya tersebut. Selama ini mereka berinteraksi dengan alam dengan mengikuti petunjuk alkitab, yang menurut saya yang terbesar pengaruhnya adalah  :

“Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. [Kejadian 1:29]

Jadi dengan sikap berkuasa atas alam, dan juga ditambah ayat berikutnya yang melarang penyembahan berhala, menyebabkan alam pada posisi dibawah (ditaklukkan / dikuasai) yang tidak sejajar. Ajaran Kristen memang mengagungkan hubungan Tuhan-sesama-aku (pribadi). Alam tidak menjadi bagian yang terlihat jelas dalam hubungan sprituil tersebut.

Jadi bisa saja terjadi, jika mata air tersebut terdapatnya di Jawa, dimana masyarakat mayoritas banyak yang dipengaruhi oleh agama yang merujuk  ayat atau pengertian di atas  maka bisa-bisa setelah ditaklukkan maka akan menjadi pabrik Aqua.  Alasan klasiknya, karena menjadi pabrik Aqua maka mata air itu dapat  mensejahterakan masyarakat banyak secara langsung. 🙂

. . . eh, koq jadi nglantur . . .

Eh, tapi ini serius. Saya jadi bisa memahami seperti misalnya undang-undang pornografi tidak bisa diberlakukan di pulau Bali, saya sangat mendukung itu. Dengan keyakinan agama yang berbeda akan menyebabkan cara berpikirnya dalam memaknai setiap peristiwa akan bisa  bisa sangat berbeda pula.

. . . kembali ke laptop . . . . .

Acara wisata dapat berlangsung efisien karena saya mengambil paket tour private, relatif murah semuanya dapat dinikmati dengan biaya sekitar 250 ribu per orang. Menurut saya ini sangat murah mengingat tahun yang lalu ketika ada acara ke Udayana juga waktu itu dari hotel menuju pasar Sukawati pp, pakai taksi sudah habis sekitar 180 ribu.  Itu hanya satu tempat, sedangkan acara yang kemarin itu banyak tempat, sekaligus sudah dengan menikmati makan siang di bibir jurang dengan pemandangan gunung Batur di atas.

Pulau Bali memang mempesona. Ada baiknya mengajak anak-anak lengkap tahun depan. Bali tunggu aku akan kembali. 🙂

11 tanggapan untuk “bali 2010”

  1. […] This post was mentioned on Twitter by Planet Terasi and Edi Indira, wiryanto dewobroto. wiryanto dewobroto said: bali 2010: http://wp.me/p2kLB-1kI […]

    Suka

  2. Jacobian Avatar

    sepertinya bali tempat yg menarik.ntar aq mau coba kesana jg ah. 🙂

    Suka

  3. Tantri Avatar
    Tantri

    halo pak.. konteks 4 memang menarik.
    uma uma uma

    Suka

  4. eric Avatar

    great bro 🙂

    Suka

  5. Ira Avatar
    Ira

    Alhamdulillah.. Informasinya nambah ilmu juga pak.. tks

    Suka

  6. aan Avatar

    nice journey.. nice post..

    Suka

  7. Intang Avatar
    Intang

    Sukses buat KoNTekS4…. juga buat pak Wiryanto atas ‘wisata’nya di Bali… hehehe… krn porsi fotonya banyak melancongnya… ndak apa… refreshing… n kita manfaatkan… kalo say bawa keluarga akan seperti demikian.

    Untuk Konteks4…. secara umum sudah cukup baik… namun masih kalah dengan Konteks3… kalo Kotanya emang tentu memberi pesona sendiri…

    Mengenai jumlah peserta n tebal prosiding punya usul : dibatasi dan prosiding bisa dibagai dalam beberapa jilid (per bidang) misal 3, 4, 0r 5 jilid sesuai bidang… (Buku 1, Buku 2, dst..). Krn prosiding yang sekarang emang ber’bobot’ utk ‘ganjal’ pintu… or nimpuk.. hemm.. banyak itu kata dari sindiran teman2 yg melihat… bahkan mau mbaca menjadi malas, n fotokopi juga susah…

    Oya… koreksi… yg di foto itu bukan bimbingan pak Andreas… tapi Bp. Prof. Morisco…

    Ok. Sukses selalu… moga bisa bertemu di Konteks5… rencana dimana pak?

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      ok mas Intang, berikutnya EACEF 3rd dulu ya di Yogyakarta tahun depan (2011).

      Informasi lebih lanjut di http://eacef.wordpress.com/

      Suka

  8. bali tour murah Avatar

    moga sukses untuk Konteks berikutnya..

    Suka

  9. eka Avatar

    wah,,,
    bali memang tempat yang bagus…
    saya juga sangat puas setelah bejalan2 di sana..
    ingin rasanya kesana lagi..
    hmm,, tapi kapan ya??

    Suka

  10. paket wisata bali Avatar

    Emang Bali pantas di bilang surga dunia..
    klo liburan emang baiknya ke Bali
    ^_^

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com