Mendengarkan keluhan mahasiswa kadang-kadang menarik, apalagi jika mengeluhnya pada dosen juga, seperti aku ini.
Mari kita bahas salah satu komentar pada blog ini, moga-moga bisa didapatkan jalan keluarnya.
Made // 13 Juli 2010 pada 17:10 |
wahh… pengen sy kuliah di sana UPH.
di tempat sy kuliah di sini, dosen nya sama sekali tidak mendedikasikan dirinya ke mahasiswa !
80% dosen begitu semua pak. hanya sedikit dari mereka yang mau benar2 membimbing dan membagi ilmu mereka kpd kami para mahasiswa.Saya juga sampai heran. teman sy yang kuliah di Jawa sampai heran liat kelakuan dosen2 di univ saya.
Satu nasehat yang saya coba terapkan, meskipun pelaksanaannya tidak gampang adalah “janganlah mengeluh, banyaklah bersyukur“. Itu selalu saya coba terapkan kepada keluargaku, juga kadang-kadang ke mahasiswaku. Nasehat itu kelihatannya pendek, tetapi kalau bisa dilaksanakan sampai hati paling dalam, baik dalam sikap dan tindakan sehari-hari maka hasilnya pasti luar bisa. Aku bilang demikian karena memang membicarakan itu lebih mudah dibanding melaksanakan. Meskipun demikian jika itu sudah ada dalam benak, minimal ada usaha ke arah tersebut.
Jadi dengan latar belakang pemikiran seperti itu, maka ketika membaca komentar saudara Made, khususnya dengan kalimat bahwa dianya pengin kuliah di UPH, itu tidak berarti dengan serta merta tersanjung. Ingat pepatah yang mengatakan bahwa : rumput halaman tetangga lebih hijau dibanding rumput di halaman sendiri. Jadi sdr Made bisa mengatakan hal tersebut karena belum mengenal semua ‘rumput tetangganya’ tersebut. Maklum sih, meskipun aku hanya pendengar yang baik, kadang-kadang mendengar juga dari teman-temanku bahwa rumput tetangga yang lain juga lebih hijau. Itulah manusia, yang kadang-kadang tidak merasa puas, tahunya hanya mengeluh saja. Kadang-kadang aku berpikir, jika hanya mengeluh seperti itu bagaimana bisa majunya, jika tidak puas cara saja halaman lain yang lebih hijau. Gitu khan beres. Bagaimanapun aku adalah penganut paham dimana bumi dipijak disitu langit di junjung. He, he, . . .
Kembali kepada keluhan sdr Made di atas, khususnya tentang apa yang dimaksud dengan “seorang dosen yang mendedikasikan dirinya ke mahasiswa“. Gimana sih kriterianya, saya yakin setiap orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Jika sdr Made berkomentar pada blog saya seperti itu , lalu dapatkah diartikan bahwa saya ini termasuk tipe dosen yang mendedikasikan hidupnya untuk mahasiswa. Terus terang, saya sendiri ragu untuk menjawabnya, bisa subyektif sifatnya.
Jika saya boleh jujur, terus terang saya ini tidak ada maksud mendedikasikan hidup hanya untuk mahasiswa saja lho. He, he, ….
Jangan kaget, karena bagaimanapun juga saya harus konsisten, yaitu hidup untuk mewujudkan visi dan misi yang telah saya tetapkan. Lihatlah visi dan misi yang saya tetapkan pada pojok kanan atas blog ini. Itu berarti, jika ternyata ada mahasiswa atau juga yang lain, yang selaras dan sejalan dengan visi dan misi saya, maka hayo, akan dengan senang hati saya untuk membantunya, yang mungkin orang lain mengatakan menolong.
Oleh karena itulah maka jika ada mahasiswa yang kecewa, atau merasa saya tidak mendedikasikan untuk kepentingannya maka bagi saya itu bukan suatu masalah. Ingat dalam saya bersikap, kadang-kadang ada juga dampak negatifnya bagi mahasiswa yang bersangkutan. Lihat saja beberapa tulisan saya tentang hal itu, misalnya :
- suka duka jadi guru – 9 Oktober 2009
- ikut prihatin ! – 4 Juli 2009
- Nilai 100 untuk Tuhan ! – 7 Januari 2007
- Caraku memberi NILAI di UPH – 10 Agustus 2006
Jadi dalam hal ini langkah pertama adalah saya mempunyai prinsip tentang mengajar maupun mendidik, jika mahasiswa saya bisa mengikuti apa yang saya anggap baik maka saya akan mencurahkan segenap pikiran dan tenaga saya untuk membantunya, jika tidak maka ya sudah maka saya akan abaikan saja, nggak saya pikirkan. Simpel khan.
Wah itu ekstrim pak, apakah itu sikap seorang guru pak ?
Yah, yah suatu pertanyaan yang menarik, saya sendiri juga mungkin tidak bisa menjawab secara tegas. Tetapi tentu saja perlu saya utarakan mengapa saya berpikir seperti itu, yang kamu sebut ekstrim tersebut.
Begini dik, manusia itu adalah mahluk paling mulia di jagad ini. Dia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih, bahkan karena itu juga maka Tuhanpun tidak semena-mena dapat berkehendak. Bayangkan saja, dari jaman Adam dan Hawa, sampai sekarang masih saja ada orang yang melakukan kejahatan. Jika Tuhan bisa semena-menanya berkehendak, maka cukup menyatakan saja bahwa manusia akan baik adanya. Kenyataannya khan nggak seperti itu. Itu menunjukkan bahwa yang dapat merubah diri seorang manusia itu adalah dirinya sendiri dan bukan orang lain. Jadi orang lain itu hanya dapat memberi suatu wawasan, penjelasan atau nasehat, sedangkan apakah nasehat tersebut dilaksanakan atau tidak, itu adalah tergantung orang itu sendiri.
Jadi dengan cara berpikir seperti itu, maka yang dapat aku lakukan adalah memberi tahu, memberi penjelasan, memberi nasehat atau memberi contoh, selanjutnya adalah tugas mahasiswa itu sendiri untuk memilih. Jadi kalau apa yang aku sampaikan itu tidak dipilih, maka itu adalah hak mahasiswa, dan akupun tidak berhak untuk marah atau tidak senang. Paling-paling yang dapat aku lakukan adalah jika ternyata mahasiswa itu mengambil mata kuliahku maka aku punya hak untuk menilai, lulus atau tidak. Itu saja.
Jadi untuk menghindari agar aku tidak kecewa jika tidak didengarkan, maka aku juga tidak terlalu berharap, yang penting bahwa aku telah bekerja, memberi nasehat yang terbaik menurut yang aku ketahui. Titik. Apakah didengar atau tidak, itu adalah hak mahasiswa tersebut. Kalaupun terlihat tidak ada perhatian terhadap nasehat yang aku berikan, maka langsung stop. Itulah mengapa aku lebih suka menulis di blog ini, karena aku selalu dapat menganggap bahwa ada yang mendengar, begitu bukan.
Jika bapak merasa tidak mendedikasikan kepada mahasiswa, lalu mengapa bapak berkepentingan terhadap mahasiswa bapak ?
Wah kalau itu memang lain, mengapa, karena aku bekerja sebagai dosen. Kamu tahu khan, agar dapat disebut dosen maka harus ada yang disebut murid. Kecuali itu, produk atau hasil kerja seorang dosen dapat dilihat dari muridnya, oleh karena itulah maka aku sangat berkepentingan. Dari murid-muridku itulah maka keberadaan institisi pendidikan tempatku bekerja akan terlihat di masyarakat. Jadi kalau aku memberi banyak kepada mereka, maka nanti aku yakin akan mendapat banyak untukku. Bayangkan, jika aku tidak berusaha memberi bekal yang terbaik menurut padanganku maka ternyata jika nanti dianya telah terjun ke masyarakat dan ternyata tidak bisa apa-apa, maka yang akan dilihat adalah bukan dianya lagi, tetapi pasti masyarakat akan berkomentar, ini engineer lulusan mana sih. Jika itu terjadi terus menerus, maka mana ada orang yang mau masuk di institusiku ini. Jadi jika tidak ada muridnya, mana bisa aku masih bisa disebut sebagai dosen.
Betul nggak. Jadi jika aku bekerja dengan sepenuh hati, mengajar dan mendidik murid-muridku maka itu sebenarnya adalah untuk diriku juga. Jadi jika ada muridku yang merasa telah mendapat hal-hal yang baik dariku, maka itu namanya win-win solution.
Gimana jika ada murid yang merasa kecewa pak.
Ya bagaimanapun itu adalah haknya, seperti terlihat pada artikelku di atas bahwa pada kenyataannya tidak semua mahasiswaku merasa aku telah memberikan yang terbaik untuk mereka. Jika demikian adanya ya sudah, itu adalah pertanggung-jawabanku ke atas, bagaimanapun aku telah berbuat yang terbaik, menurut diriku dan itu menjadi tanggung-jawabanku.
Nggak kecewa pak ?
Nggak, bagaimanapun aku harus sadar bahwa berbuat seperti aku, yaitu mencoba mengarahkan ke hal-hal yang aku anggap baik. Tidak berarti pasti serta merta di amini oleh semua pihak. Lihat saja sejarah para nabi, atau utusan Tuhan, demikian juga adanya. Dari dulu sampai sekarang.
Oleh karena tidak mau kecewa itulah mengapa aku selalu menekankan bahwa hidupku tidak aku dedikasikan kepada mahasiswa, tetapi untuk diriku sendiri dan demi kemuliaan Tuhan di surga. Karena ada unsur aku dan yang di atas itulah maka aku harus menyertakan unsur sesama atau orang lain atau anda-anda sekalian pembaca blog ini.
Jadi dengan demikian anda akan tahu mengapa saya bersemangat menulis yang terbaik untuk blog ini. Betul bukan.
x
Tinggalkan komentar