<<updated lagi 8 Januari 2020>>
Bagi orang yang tahu pekerjaanku, yaitu dosen di perguruan tinggi swasta, maka judul di atas tentu dapat dipertanyakan. Kenapa, karena yang namanya dosen bukankah kerjanya memang mengajar dan itupun juga dibayar.
Artinya, itu memang tugasnya. Jika tidak mengajar, maka tentu tidak digaji juga. Kalau begitu apa istimewanya mengajar, itu memang suatu keharusan. Konsekuensi pekerjaan begitu lho. Jadi jika sesuatu itu tidak istimewa, mengapa perlu dibangga-banggakan. Betul nggak.
Pemikiran di atas ada betulnya, karena dipikirnya dosen itu kerjanya mengajar saja, dan yang dibayangkan adalah mengajar murid-muridnya di kelas.
Kalau kondisinya seperti itu, maka bisa-bisa tambah tidak dapat dibanggakan lagi. Mengapa, karena jumlah muridku di kelas nggak lebih dari lima puluh, bahkan sering-sering hanya separohnya. Kondisi tersebut tentu sangat timpang dibanding kelas di tempat lain yang muridnya bahkan mencapai angka ratusan.
Mengajar kelas isi dua lima dengan kelas isi seratus pasti berbeda, yang jumlah muridnya banyak terkesan lebih hebat. Nah beruntunglah jadi dosen di tempat yang banyak muridnya. Jadi kalau hanya mengajar kelas yang isinya hanya dua lima orang, bagaimana itu hayo
Yah begitulah, terus terang saja kelas yang aku ajar memang tidak banyak. Tetapi bagiku kelas sedikit atau banyak, semua aku anggap sama. Kualitas materi tetap harus dijaga, karena kalau berbicara tentang produk pikir, maka jumlah bukan sesuatu yang mutlak menentukan.
Ah pak Wir, alasan saja. Emangnya bapak pernah mengajar banyak orang, murid kelas teknik sipil di kampus bapak khan terkenal sedikit.
Pertanyaan anda ini menohok, tapi untunglah pertanyaan tersebut kamu ajukan ke aku, kalau ke dosen yang lain, belum tentu bisa menjawabnya. Maklum, aku ini khan tidak hanya seorang pengajar, aku ini adalah seorang penulis. Penulis itu bisa tidak terbatas lho kesempatannya. Karena itu pula, maka aku beberapa kali mendapat kesempatan mengajar tidak hanya pada murid-muridku di kampus, tetapi mengajar pada scope yang lebih luas. Itu pula yang menyebabkan aku menjadi bangga adanya. Jadi mengajar saja bisa menimbulkan suatu kebanggaan bagi yang melakukannya.
Emangnya mengajar siapa pak, koq bangga gitu.
Begini dik, ternyata dari kegiatanku menulis ini ada orang yang tahu bahwa aku mempunyai kompetensi tentang sesuatu yang patut disharingkan kepada yang lain. Kompetensi yang dimaksud dalam hal ini adalah tentang struktur baja. Maklum aku khan dosen struktur baja I, II dan III di Jurusan Teknik Sipil UPH.
Kebetulan sekali PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang merupakan perusahaan baja terbesar di negeri ini akan mengadakan acara ilmiah yang dihadiri oleh orang-orang yang profesional di bidang ‘baja’. Dalam acara tersebut sekaligus akan diperkenalkan produk-produk baja dari perusahaan mitranya di luar negeri yaitu Nippon Steel Corp. yang mengadakan kerja sama.
Sebagai perusahaan baja terbesar di Indonesia, dan akan mengadakan acara ilmiah, maka tentunya dapat diharapkan bahwa materi baja yang akan diungkapkan tentu tidak sembarangan bukan. Maklum, yang hadir pastilah bukan orang kemarin sore tentang baja, pastilah orang yang memang profesional menggeluti bidang tersebut.
Dengan cara berpikir seperti itu, maka tentulah suatu kehormatan ketika ternyata PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. melayangkan surat permintaan ke aku untuk menjadi salah satu pembicara tamu pada acara tersebut. Jadi ketika itu terjadi, maka langsung tanpa pikir panjang aku sanggupi. Jadi aku dalam hal ini diminta untuk memberikan presetasi tentang baja (mengajar) pada tamu-tamu undangannya. Apa tidak membanggakan itu.
Oleh karena itulah maka aku membuat makalah khusus untuk itu. Sangat istimewa aku pikir, karena terus terang apa yang aku tulis pada makalah tersebut rasa-rasanya aku belum pernah melihatnya pernah ditulis dalam bahasa Indonesia dan dipresentasikan. Ketika acaranya berlangsung, yaitu hari Kamis tanggal 7 April 2011 kemarin, bahkan aku melihat makalahku itu paling tebal sendiri. Tahu berapa tebalnya makalah tersebut.
Empat puluh sembilan halaman. Paling tebal lho dibanding pembicara-pembicara yang lain. Kalau tidak percaya, nanti deh aku up-load dan buktikan sendiri.
Ini dokumentasi ketika aku sedang mengajar.
Pada Gambar 1, yaitu ketika aku sedang mendapat giliran memberikan pengajaran, nampak para pakar lain yang juga memberikan materi. Duduk di sebelah kiri adalah Prof. Iswandi Imran (guru besar teknik sipil dari ITB, Bandung), yang tengah adalah Mr. Satoh dari Nippon Steel Corp. (Jepang) , adapun yang paling kanan adalah penerjemahnya.
Ketika berkesempatan duduk di depan tersebut, dan melihat kesekeliling, terlihat sekitar 180-200 undangan. Tidak terlihat mahasiswa, jadi semua yang hadirin adalah profesional yang bergelut di bidang baja. Jadi tidak sia-sialah aku menulis makalah siang-malam bahkan sampai setebal 49 halaman, adapun judulnya adalah:
Ketika setelah selesai presentasi, ketika ada acara makan siang, baru tahu kalau ternyata banyak teman-teman profesional baja dari Jakarta dan Bandung yang hadir. Senangnya lagi, teman-teman profesional tersebut mengucapkan selamat atas materi yang aku sampaikan. Atas itu semua, maka jerih payahku menulis makalah tersebut terobati sudah. Puas. 🙂 Ini name tag kenang-kenangan, karena mengajarlah maka name tag-nya beda.
Catatan : ini event pertama untuk berbicara ke publik tentang konstruksi baja. Para dosen biasanya berbicara keahliannya (mengajar) pertama-tama di kelas murid-murid, lalu teman sekolega (seminar kampus) maka ini event lebih luas. Ini dunia real, karena akan bertemu dengna para praktisi industri.
Tinggalkan Balasan ke wir Batalkan balasan