Ternyata kasus susu berbakteri hasil penelitian IPB tempo hari itu masih berkelanjutan. Ingat, itu kasus yang lama, bahkan aku pernah juga tertarik untuk membahasnya, yaitu di sekitar tahun 2008, ini tulisanku tentang hal itu. Sekarang khan tahun 2011, jadi sudah tiga tahun. Masih saja itu dijadikan permasalahan, bahkan yang terakhir tidak hanya dosen yang ikut-ikut urun rembug, bahkan pada rektor perguruan tinggi langsung terlibat di dalamnya. Ini berita tentang rektor-rektor yang terlibat atau melibatkan diri dengan kasus susu tersebut. Seru khan.

Kenapa itu bisa terjadi, itu disebabkan karena di masyarakat masih saja timbul pro kontra tentang perlu tidaknya merk susu formula berbakteri tersebut diungkapkan. Tahu sendiri khan kalau ada “masalah”, pasti akan ada pihak yang mengambil keuntungan. Jaman sekarang ini, yang namanya masalah khan bisnis, mulai dari masalah anak, rumah tangga, apalagi korupsi. Itu semua akan menyangkut duit. Maklum, orang akan dengan rela melepas duit yang mereka punya agar dapat terlepas dari masalah. Jadi masalah adalah sumber duit. 🙂

Mari kita tinjau mengapa masih saja ada orang yang pro dan kontra tentang kasus susu formula tersebut.

Masyarakat yang pro, berargumentasi bahwa pabrik susu atau tepatnya merk susu yang berbakteri tersebut perlu diinformasikan agar jangan sampai ada masyarakat menjadi terjebak untuk memakainya. Jika demikian bayinya khan bisa sakit. Suatu argumentasi yang masuk akal, sehingga banyak masyarakat lain, apalagi yang sedang punya bayi pasti akan mengamininya.

Sedangkan di sisi lain, ada yang kontra. Nanti dulu. Jangan sembarang menyebut merk, itu khan menyangkut reputasi. Bisa-bisa pabrik yang memproduksi merk susu tersebut kena getahnya, bisa-bisa tutup lho. Padahal info adanya bakteri tersebut adalah hasil sampling susu acak, yang ditujukan untuk penelitian akademik semata. Jadi validitasnya untuk digunakan sebagai acuan untuk menyimpulkan bahwa pabrik susu bermerk tersebut adalah berbakteri adalah tentu sangat dini.

Ya pak Wir, tapi kalau anak bapak minum susu tersebut bagaimana. Koq mbelain sih pak.

Kamu ini bagaimana. Kamu membaca atau tidak sih ke dua argumentasi saya tersebut. Pernyataan atau mungkin pertanyaan kamu itu timbul karena kamu sangat meyakini sekali bahwa saat ini beredar susu kaleng yang berbakteri. Itu khan yang ada di benakmu, dan juga di benak masyarakat yang pro untuk menyebutkan merk susu yang katanya berbakteri tersebut. Benar nggak ?

Betul pak. Khan sangat berbahaya bagi anak yang meminumnya.

Itu lagi. Pernyataan kamu itu betul untuk anak yang meminum susu berbakteri. Itu tidak diragukan lagi. Adapun yang diragukan adalah apakah susu yang dijual di supermarket-supermarket itu betul-betul berbakteri.

Betul pak wir, koq bapak tidak percaya. Khan itu hasil penelitian dari IPB. Perguruan tinggi terbaik di Bogor lho pak.

Ini lagi. Koq hanya muter saja. Kamu ini pernah mengecap pendidikan atau nggak sih. Cobalah agak mikir sedikit secara terbuka, jangan hanya ngotot saja hanya didasarkan pada keyakinan. Pantes saja di sini banyak dijumpai manusia mau berbuat apa saja, bahkan sampai mati hanya karena keyakinan dapat masuk surga. Padahal jelas-jelas bahwa apa yang dilakukannya tersebut adalah berbuat dosa kesalahan. Itu lho membunuh orang tidak berdosa, yang nggak tahu apa-apa, bahkan ditempat ibadah sekalipun.

Memang sih, ini bukan soal keyakinan agama. Tapi ini soal keyakinan juga, keyakinan bahwa apapun yang namanya hasil penelitian suatu perguruan tinggi terkenal, pastilah menghasilkan suatu kesimpulan yang tidak diragukan lagi. Pasti hasilnya adalah sahih, dapat dipercaya, apalagi kalau disyahkan oleh pengadilan. Ya nggak !

Coba saja lihat kutipan pernyataan David Tobing, ahli hukum yang mengaku mewakili mayarakat.

Saya tidak gentar meski di gugat oleh rektor seluruh Indonesia,” kata David Tobing saat berbincang dengan wartawan, Rabu, (11/5/2011).

David mengatakan, gugatan tersebut bisa mempertaruhkan citra fakultas hukum USU dan Universitas Andalas. Padalah sudah jelas putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap seharusnya dilaksanakan.

Upaya hukum yang diajukan dua rektor tersebut justru mengebiri hak masyarakat mendapatkan publikasi susu formula mengandung enterobacter sakazakii.Ini bisa menjadi contoh tidak baik bagi penegakan hukum di Indonesia. Layaknya anak SMA, satu di colek lainnya ramai-ramai colek balik. Ini contoh tidak baik pendidikan hukum di Indonesia,” kata David.
(Sumber : Detik.com di sini)

Adanya keberanian ahli hukum tersebut, bahkan terhadap gugatan rektor se Indonesia adalah karena menyakini sekali bahwa hasil penelitian IPB tentang bakteri pada susu formula adalah suatu fakta atau bukti yang mendukung adanya kebenaran mutlak bahwa susu formula tertentu ada yang berbakteri berbahaya. Meskipun dalam hal ini, si peneliti atau pihak IPB sendiri tidak yakin bahwa adanya fakta (khusus) itu dapat dijadikan bukti yang bersifat umum.

Itu kasusnya khan seperti menemukan mutu beton sampel pada suatu proyek tidak memenuhi standar atau jelek, lalu saya minta bangunan yang sudah berdiri tersebut dirobohkan. Kalau nggak dirobohkan sekarang lalu saya berargumentasi pasti nanti kalau sudah ditempati dan ada gempa pasti roboh. Lalu kalau nggak dirobohkan maka saya akan ke pengadilan berdasarkan fakta sampel yang tidak memenuhi itu.

Jadi kalau begitu pak David itu termasuk orang yang yakin bahwa ada susu yang berbakteri ya pak wir.

Kamu ini lugu atau bagaimana sih. Apakah ada bakteri atau tidak, saya yakin bukan itu masalahnya. Adanya pendapat pro dan kontra di masyarakat, yang berdampak pada reputasi atau nama seseorang atau produk adalah sesuatu yang bisa mendatangkan rejeki, atau minimal membuat terkenal / perhatian.  Itu menurut saya yang utama.

Lho bukannya pro rakyat banyak pak ?

Pro bagaimana, rakyat yang mana. Kalau memang rakyat, maka langkah pertama yang harus ditempuh adalah pastikan dulu bahwa memang benar di susu formula ada bakteri. Jika ternyata dari hasil penelitian pertama dari IPB, tidak berani menyatakan nama produk, karena sample-nya adalah acak dan mungkin tidak representatif, maka bikin saja penelitian serupa, yang transparan dan dengan kuantitas yang lebih banyak, yang memang didesain untuk memastikan adanya susu formula berbakteri. Jika takut menyebut, maka peneltian bisa dilakukan oleh beberapa lembaga berbeda, yang netral.

Katanya itu sudah pak, tapi tidak terbukti. 

Itulah. Juga perlu di data di rumah-rumah sakit yang ada, apakah betul ada kasus keracunan atau kesakitan atau bahkan kematian yang diakibatkan oleh bakteri tersebut. Kita khan tahu, isue adanya kuman atau bakteri itu khan sudah lama. Jadi kalau memang benar adanya, pastilah ada susu yang sudah dimakan bayi dan menimbulkan sakit. JIka demikian khan bisa terdekteksi.

Dengan dua strategi sederhana tersebut, saya yakin jika dengan banyaknya peneliti dan dokter di Indonesia pastilah akan teratasi. Kalaupun sekarang pada ngotot berupaya secara hukum dan tidak melakukan tindakan nyata seperti yang saya usulkan di atas maka dapat dipastikan bahwa itu bukan untuk kepentingan masyarakat banyak, tetapi kepentingan masyarakat tertentu saja, dan diyakini pastilah UUD juga. Maklum, reputasi khan ada harganya. Nggak main-main itu.

11 tanggapan untuk “Tak Gentar Digugat Rektor Se-Indonesia”

  1. Saeful Avatar

    Good opinion…………………..

    Suka

  2. hajarabis Avatar

    nice..
    tetap semangat!
    sempatkan juga mengunjungi website kami di http://www.hajarabis.com
    dan ikuti undian bagi-bagi duit ratusan ribu rupiah
    sukses selalu!!

    Suka

  3. boong Avatar

    Nice info,
    kunjungi juga gan Et http://www.boong.tk

    Suka

  4. kunderemp Avatar
    kunderemp

    Sepakat, Pak Wir!

    Suka

  5. amirul Avatar

    setuju Pak..

    Suka

  6. ISAL Avatar

    Salam .. Ini adalah kunjungan pertama saya. Artikel yang Anda tulis sangat menarik. Terima kasih

    Suka

  7. M Iqbal Musthofa Avatar

    setuju…. kami mendukung mu maju trusssss pantang mundurrrr……….

    Suka

  8. susisetya Avatar

    saya malah jadi geli sendiri sekarang ini melihat perkembangan kasus ini, mungkin masalahnya kalau memang penelitiannya kurang valid seharusnya dulu para peniliti IPB tidak membocorkan hasil penelitian itu kepublik agar tidak menjadi masalah runyam seperti sekrang ini…

    Suka

  9. erlangga Avatar

    coba sekarang kita perhatikan kasus ini,..kemana coba??menghilang gitu aja,..enak bgt yg atas atas sana klo ngelempar isu2,..ntar juga berhenti klo dah kena timpukan Rp….

    Suka

  10. UII Fans Avatar

    Artikel yang menarik..
    Makasih infonya..
    Salam…:)

    Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
    Universitas Islam Indonesia
    http://fcep.uii.ac.id/

    Suka

  11. […] Ternyata kasus susu berbakteri hasil penelitian IPB tempo hari itu masih berkelanjutan. Ingat, itu kasus yang lama, bahkan aku pernah juga tertarik untuk membahasnya, yaitu di sekitar tahun 2008, ini tulisanku tentang hal itu. Sekarang khan tahun 2011, jadi sudah … Continue reading → […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Saeful Batalkan balasan

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com