Rajin atau nggak rajin itu kadang relatif lho sifatnya. Seperti ini misalnya, evaluasi hasil ujian struktur baja I baru saja selesai tadi tengah malam. Padahal teman-teman dosen yang lain telah selesai mengumpul nilai. Dari kaca mata itu, maka orang awam tentu akan melihat ‘koq males sekali sih dosennya’. Apalagi bagi mahasiswa-mahasiswa yang sedang menunggu nilai.
Maklum, caraku menilai mungkin bisa membuat males melakukannya. Mau tahu ?
Mahasiswa-mahasiswa yang rajin ikut kuliahku pasti tahu, bahwa hampir semua mata kuliah yang aku ujikan adalah open noted. Mahasiswa boleh membawa catatan tulisan tangan sendiri untuk dijadikan contekan selama ujian. Kata kuncinya adalah aku hanya meminta mereka bekerja mandiri. Bahkan boleh membaca contekan tangan yang banyak.
Gampang dong pak, ujiannya !
Memang, mata kuliahku khan memang tidak ada yang susah. Nggak seperti math atau semacamnya itu, yang bisa bikin pusing.
Adanya kondisi seperti itu diatas maka konsekuensinya rasa-rasanya, hampir soal ujian yang aku buat selalu random, tidak sama dari tahun ke tahun. Kalaupun miripnya soalnya, biasanya aku tanya dari sudut yang lain, jadi kalau dia hanya sekedar menyalin contekan yang dibuatnya tanpa mikir maka biasanya akan ketahuan. Intinya, aku ingin mereka berpikir terhadap soal yang dihadapi, bukan hapalan.
Ciri ke dua soalku adalah biasanya soal-soal dibuat sederhana, meskipun kadang kala jawabannya tidak sederhana.
Ciri ke tiga, jangan kuatir akan hasilnya. Aku memang berharap mereka bekerja dengan teliti, tetapi jika ternyata ada yang kurang maka aku kadang akan melihat strategi mereka menjawab. Jika ‘enak’ dilihat dan dapat dipahami ‘sense engineering-nya’ maka biasanya aku kasih bonus nilai. Hanya saja saat ini aku suka memberi kuota penilaian. Setiap soal aku kasih kuota nilai yang berbeda, ada yang besar dan ada yang kecil. Jadi mereka mendapat nilai berdasarkan soal mana yang mereka jawab. Kadang ini aku perlukan agar mereka bisa mendapat kuota minimal agar lulus. Jadi ada soal mudah dan soal susah. Maklum, kalau ternyata murid-murid mendapat soal dan tidak bisa mengerjakan semua, maka yang pusing ganti dosennya. 🙂
Ciri ke empat adalah bahwa sebelum aku menilai, maka aku membuat jawaban soal ujian secara komprehensif. Dari jawaban yang aku buat tersebut maka jawaban dari mahasiswa dibandingkan, dan diberi nilai. Saya kira ini konsep win-win, dosen dan mahasiswa juga biar sama-sama belajar. Selain itu yang paling penting adalah mengurangi unsur subyektifitas dalam menilai. Jadi bagi mahasiswa yang akrab atau yang tidak, maka kondisi itu tidak mempengaruhi caraku memberi penilaian. Jadi dengan kondisi seperti itu, maka bisa aku memberi nilai 100 tetapi juga sebaliknya memberi angka nol.
Untuk penilaian semester ini yang sudah selesai adalah Struktur Baja I, ini soalnya :
Itu di atas adalah materi soal yang aku berikan. Seperti biasa ada teorinya, untuk melihat seberapa besar mereka mendengar ceritaku. Maklum, meskipun mata kuliahnya adalah struktur baja, yang banyak hitung-hitungannya tetapi dalam memberi kuliah aku banyak bercerita lho. Maklum, untuk hitung-hitungannya aku sudah dibantu oleh asisten dosen, jadi sebagai dosen penanggung jawab utama dan tatap muka aku lebih banyak memberi falsafah-falsafah dibalik setiap langkah perhitungan. Maklum, cara seperti itu bagiku lebih mudah, nggak capai, hanya ‘cuap-cuap’. He, he cuap-cuap engineering berbeda lho dengan cuap-cuap politik. 🙂
Nggak tahu, meskipun aku merasa soalnya gampang, tetapi nilai tertinggi dari soal di atas hanya 77. Kenapa ya ?
Dikasih soal gampang ternyata banyak yang nggak bisa juga ya. Itu di UPH, bagaimana di tempat lain.
Gampang seperti apa sih pak ?
Kamu mau tahu, ya sudah down-load secara lengkap saja jawaban yang aku buat untuk soal di atas. Ini file PDF 1oo kb saja.
Tinggalkan komentar