Ini ada surat dari Dirjen Dikti yang mewajibkan publikasi ilmiah bagi setiap jenjang S1, S2 dan S3. Silahkan dibaca :

Wah jadi kelihatan nanti siapa yang bisa menulis atau tidak, karena tugas akhir yang dibuat tiap-tiap mahasiwa akan terpublikasi secara luas. Akan ketahuan nanti yang suka copy and paste.

Selamat belajar melakukan penelitian dan penulisan.

Link yang terkait :

30 tanggapan untuk “penting bagi mahasiswa dan dosen”

  1. ipanase Avatar

    waduh bang,,ane cumaa iseng ngeblog doank,,buat karya ilmiah belum bisa
    http://pertamax7.wordpress.com/2012/02/01/bajab-baru-berbusi-3/

    Suka

  2. Arif Avatar
    Arif

    ya saya sangat setuju. dengan begitu kita selangkah lebih maju.
    sama seperti di luar negeri, mereka pny program untuk mengetahui plagiat ato tidak. bahkan untuk setiap kalimat dapat dideteksi plagiatnya brp persen.

    Suka

  3. aldrius Avatar
    aldrius

    ohh.. God!!
    Bahan Pertimbangannya karna iri negara tetangga.., Bukanya ilmu itu sendiri….

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Bukan iri dik, namanya benchmarking. Biasa itu kalau di bidang mutu. Malu ya dibandingkan dengan Malaysia, atau mau dibandingkan dengan China. Bisa tak berkutik kita nanti. 🙂

      Suka

  4. rotyyu Avatar

    Kayaknya di kampusku yg walaupun agak terpencil itu setiap mahasiswa yg sedang menempuh skripsi wajib utk menerbitkan karya ilmiah di jurnal milik kampus/fakultas. Kira-kira udah cukup belum?

    Suka

  5. rasbun Avatar

    Waw, ini sudah efektif diberlakukan Pak?
    izin saya share ke teman-teman ya Pak

    Suka

  6. Saesario Indrawan Avatar

    Berarti saya sudah sah jadi Sarjana toh Pak Wir, soalnya saya pernah nulis skripsi saya jadi bahan tulisan di jurnal teknik Sipil UPH walaupun hanya disebutkan sebagai penulis kedua…. wkwkwkwkwk….

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      ya jelas sudah dong. Apalagi sekarang sudah bisa memberikan sharing ke adik-adik kelas, bagaimana hidup itu. 🙂

      Tentang publikasi seperti yang dimaksud DIKTI, itu telah menjadi kesadaran para pengajar di UPH, khususnya di Jurusan Teknik Sipil UPH. Ingat tahun kemarin saja, ketika ada 7 (tujuh) dosen UPH yang mendapat HIBAH Dikti yang pertama kali, maka 3 (tiga) orang adalah dari Jurusan Teknik Sipil UPH. He, he termasuk yang nulis ini. Jadi jangan kuatir kalau dari segi kompetensi dosen.

      Suka

  7. boyke frahmana Avatar
    boyke frahmana

    ehhhmmm,,,,,,sesuatu ya

    Suka

  8. aannurefendi Avatar
    aannurefendi

    saya sangat setuju. posting yang sangat bermanfaat

    Suka

  9. Usman Hasan Avatar
    Usman Hasan

    Pak Wir
    saya sekarang sedang kerja di malaysia, dan menjadi technical manager di salah satu perusahaan MNC ( multi national company ) di Malaysia.

    Menurut saya mutu pendidikan kita dan juga dosen kita jauh lebih baik dibanding malaysia, aku rasa itu salah mengambil perbandingan, coba Bapak lihat web site IEM ( institute Engineer of Malaysia ) berapa banyak makalah yang mereka hasilkan, sangat minim, kebanyakan makalah mereka berasal dari India atau Bangladesh, aku sangat tidak setuju dengan tulisan dikti tersebut.

    salam
    Usman Hasan

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Jika menurut mas Usman bahwa “mutu pendidikan kita dan juga dosen kita jauh lebih baik dibanding Malaysia”, maka rasanya nggak terlalu masalah dong dengan permintaan DIKTI tersebut. Kita buktikan saja.

      Hanya saja saya heran saja, negara Malaysia yang relatif kecil dan katanya kita ini lebih kaya, tetapi mengapa fasilitas penelitian (alat-alat uji) yang ada di Indonesia sangat minim dan terbatas. Malaysia dalam hal ini nggak kalah lho. Jadi jika dibandingkan dari sisi kelas, bahwa kita dalam segi wilayah lebih luas, lebih kaya sumber daya alam, lebih banyak orang, mengapa perhatian dari segi tersebut tidak bisa lebih unggul.

      Juga memang secara orang perorang, saya setuju bahwa orang Indonesia lebih unggul dari Malaysia. Lihat saja ahli-ahli Indonesia yang bekerja di perguruan-perguruan tinggi Malaysia, mana ada itu di Indonesia. Kita boleh bangga soal itu. Tetapi bisa juga kita pandang dari sisi lain, itu khan menunjukkan juga bahwa perhatian mereka (orang-orang Malaysia) ke segi pendidikan (penelitian dan ujung-ujungnya publikasi ilmiah) memang lebih besar. Pemerintah atau tepatnya institusi mereka mau menyisihkan anggaran untuk itu (membayar yang ahli). Kita mah habis buat membayarin “wakil rakyat” bukan.

      Akhirnya, kita nggak usah malu untuk mengakui itu semua bahwa kita ada yang kurang dari segi penelitian dan publikasi ilmiah. Karena dari situlah maka perubahan dapat dilaksanakan. Saya tahu, bahwa permintaan DIKTI seperti di atas pasti akan menuai hambatan. Tentang hal itu saya jadi ingat, lima tahun pertama kehidupan saya sebagai dosen, nggak pernah menghasilkan karya ilmiah. Padalah waktu itu saya sudah bergelar S1 dan S2 dari perguruan tertinggi yang ternama di Indonesia. Tetapi kalau disuruh menulis karya ilmiah, he, he nggak pede.

      Oleh karena itu saya juga yakin sekali, dosen yang punya kompetensi seperti itu (menulis karya ilmiah) di Indonesia bisa dihitung jari. Jadi . . . . , ah nggak tahulah. 😦

      Suka

  10. arif Avatar

    hem ini sangat menarik, berarti secara tidak langsung ini menunjukan PTN dan PTS diseluruh indonesia sejajar,tinggal mahasiswanya yang di pacu untuk lebih kreatif kalo ingin lulus

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      PTN dan PTS telah sejajar. Yah memang begitulah, khususnya dari segi kompetensi dosen. Bahkan pada suatu kondisi tertentu, salary di PTS misalnya, bisa lebih baik lho. 🙂

      Suka

  11. allsupportsnow Avatar

    ehm.,.,Menarik.,.
    tapi bagemana kalau pengajarnya sendiri tidak bisa memberikan yang “Original”??,

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      yah, tapi lama-lama jika peraturan tersebut dapat secara konsisten diterapkan, maka pengajar yang tidak bisa memberikan yang original akan tereliminasi dengan sendirinya. Hukum alam. Siapa yang tidak mau berubah, akan ketinggalan kereta. Jelas untuk suatu perbaikan atau kemajuan yang signifikan memang memerlukan “perjuangan yang keras”. Jer basuki mawa bea.

      Suka

  12. Khaerul Imam Avatar
    Khaerul Imam

    Bagus deh kalau begitu, saya setuju..

    Suka

  13. Panji Avatar
    Panji

    Pak, ini surat betulan ya? Ada yang khawatir kalau ini hoax.. Terima kasih.

    Suka

  14. kewajiban publikasi | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] works of Wiryanto Dewobroto Lompat ke isi Berandacodeisitamutestimonirakpublikasiaku ← penting bagi mahasiswa dan dosen 4 Februari 2012 · 06:30 ↓ Jump to […]

    Suka

  15. Friandos Barus Avatar
    Friandos Barus

    Bagus tuh….!!!

    Suka

  16. Fath Avatar

    Saya setuju buanget pak, dengan cara seperti ini bisa kelihatan mana yang benar2 paham dan mana yang kumpul sana kumpul sini copy paste saja…semoga benar2 diterapkan..

    Suka

  17. […] Ini ada surat dari Dirjen Dikti yang mewajibkan publikasi ilmiah bagi setiap jenjang S1, S2 dan S3. Silahkan dibaca : Wah jadi kelihatan nanti siapa yang bisa menulis atau tidak, karena tugas akhir yang dibuat tiap-tiap mahasiwa akan terpublikasi secara … Continue reading → […]

    Suka

  18. andipandora Avatar

    bagus, saya setuju dengan ini, biar para mahasiswa makin kreatif dan teruji

    Suka

  19. hahahhasssyem Avatar
    hahahhasssyem

    wah mau lulus aja dah tambah susah yaa…
    masuk perguruan tinggi aja dah susah, lulusnya lagi di buat tambah susah….
    kalo karya ilmiahnya belum di posting belum bisa lulus dari universitas nih…
    bener2 dah

    Suka

  20. yuyu Avatar

    hayo-hayo yang mahasiswa udah ga bisa copas sembarangan karya imiahnya, hehehe

    Suka

  21. S. P. Limasalle Avatar

    Yth pak Wir, dalam pengamatan saya yang terbatas, blog pak Wir yang paling ramai dikunjungi. selamat ya . Sebagai orang yang mempunjai pengalaman kerja konsultan (nyata) dan pengalaman sebagai pendidik; saya tergelitik untuk menanyakan pendapat pak Wir tentang pendidikan sarjana teknik Sipil ; harus fokus pada pengembangan ilmiah atau malah sebaiknya lebih ” application oriented” ? Nyatanya mungkin mengharap lulusan Teknik Sipil diharap dapat berkarya nyata di masyarakat sebagai ahli teknik, bukan sebagai ilmuwan. Hanya perlu sebagian kecil sarjana teknik yang meneruskan sampai program doktor untuk mengembangkan ilmu dan memberi kuliah jenjang pendidikan yang tinggi. Sekian , salam SP. LImasalle

    Suka

  22. tentang pendidikan sarjana teknik sipil | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] Selamat datang bapak Ir. S.P. Limasalle, M.Sc dan terima kasih pula atas komentar yang disampaikan. Saya kutipkan lagi pertanyaannya,  sbb : S. P. Limasalle commented on penting bagi mahasiswa dan dosen […]

    Suka

  23. perlukah penulisan skripsi dalam arti ilmiah ? | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] ilmiah” atau perlu lebih fokus kepada pengetahuan yang “application oriented”. Edaran Dikti terakhir rasanya sangat sukar dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat S1 jurusan […]

    Suka

  24. […] Ini ada surat dari Dirjen Dikti yang mewajibkan publikasi ilmiah bagi setiap jenjang S1, S2 dan S3. Silahkan dibaca : Wah jadi kelihatan nanti siapa yang bisa menulis atau tidak, karena tugas akhir yang dibuat tiap-tiap mahasiwa akan terpublikasi secara … Lanjut membaca → […]

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com