Ada komentar masuk, menarik juga. Ini yang aku maksud :

pak wir, oot ya.
menurut bapak apakah penting transfer knowledge mengenai advanced science bagi para mahasiswa mengingat perkembangan ilmu yang pesat ? karena saya liat dosen2 hanya memberikan fundamental saja, tapi ada juga yang sudah memberikan sekilas video dan gambar namun sebatas mengulang penjelasan dari yang membuat konten tersebut, ya mungkin terbatas pada patent jadi tidak tau persis gimana cara kerjanya. Kadang saya pikir, kalo universitas-universitas di Indonesia hanya fokus pada fundamental saja, apa nantinya kita semakin ketinggalan gitu.

Menurutku ini cukup menarik, maklum yang bersangkutan telah membuat dikotomi antara advance science dan yang fundamental saja. Padahal kalau mau ditanyakan bahwa yang dimaksud dengan advance science saja maka interprestasinya bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Betul nggak.

Mungkin akan lebih mudah untuk membuat dikotomi antara ilmu dasar (misalnya elastisitas atau cara penurunan elemen dari M.E.H) dan ilmu praktis (struktur baja). Kalau aku sih, lebih tertarik untuk mendalami ilmu praktis. Maklum dengan ilmu tersebut aku bisa “berbicara” dengan teman-teman praktisi konstruksi, “nyambung”. Seperti kemarin ketemu dengan teman-teman konsultan jembatan yang sedang belajar ilmu imperfection pada struktur baja. Kalau ilmu-ilmu basic itu maka jelas hanya digunakan untuk menambah wawasan berpikir saja, khususnya untuk memahami ilmu praktis yang ada.

Tetapi terlepas dari ilmu praktis atau ilmu terapan, maka pada dasarnya yang penting untuk diajarkan kepada adik-adik mahasiswa level S1 adalah bagian fundamentalnya. Khususnya filosofi dibalik setiap rumus dasar yang ada. Maklum dengan memahami betul rumus dasar dari setiap permasalahan maka sebenarnya kita dapat memahami karakter utama yang menentukan dari masalah yang kita tinjau. Maklum kalau sudah ketemu prosedur perhitungan yang ditetapkan code, maka kesannya jadi seperti robot tukang hitung. Tentang ini maka nantinya pasti akan kalah dengan komputer.

Jadi secara tidak sadar, pernyataan bahwa universitas di Indonesia hanya mengajarkan yang fundamental saja, maka sebenarnya sudah benar bukan. Sayapun dalam mengajar juga demikian. Bahkan kalau para pembaca telah sempat membaca buku karya terbaru saya, Komputer Rekayasa Struktur dengan SAP2000 yang telah terbit bulan April kemarin, maka kekuatan buku saya adalah banyak menuliskan tentang hal-hal yang fundamental. Maklum saja, software yang saya gunakan saja sudah lama, SAP2000 ver 7.4  yang gratis itu.

Nah mengapa saya menekankan pada hal-hal yang fundamental. Padahal pada dasarnya saya sendiri tidak terlalu suka mengulik permasalahan matematik yang rumit-rumit kayak cacing itu. Saya sebenarnya paling benci lho. Kalau ada rumus-rumus seperti itu, saya selalu menghindar, saya lalu cari buku lain yang berbicara tidak pakai bahasa seperti itu. Maklum, lama jadi praktisi dulu maka saya cenderung suka yang praktis-praktis. Boleh khan. 🙂

Dari pernyataan diatas sebenarnya saya hanya mau mengatakan bahwa hal-hal yang fundamental tidak mesti sama dengan matematik yang rumit-rumti kayak cacing. Apa yang saya maksud dengan fundamental adalah hal-hal yang mendasar, prinsip utama dari suatu masalah. Bagi seorang calon engineer itu sangat penting sekali. Jika anda tidak mau mempelajarinya maka anda hanya akan jadi tukang kelas satu. Ini juga tidak salah, karena dengan jadi tukang kelas satu maka anda dapat menyelesaikan problem yang sudah biasa dan dapat memberikan hasil yang menguntungkan. Dapat duit, beres khan. Kurang apa lagi.

Jika anda memamahi masalah secara mendasar, tahu parameter-parameter utama yang menentukan atau berpengaruh, maka anda akan lebih kreatif untuk dapat memberikan solusi. Kalau jadi tukang kelas satu, maka anda biasanya hanya mengandalkan pengalamanan yang sukses sebelumnya.

Dalam membahas yang fundamental tersebut, maka tinjauannya bisa sederhana maupun relatif kompleks. Apakah yang kompleks inilah yang disebut sebagai advance science.

Sebagai seorang dosen yang dibesarkan dulu sebagai engineer, maka saya selalu menghormati pepatah : SIMPLE is THE BEST. Bagi saya, itu  lebih penting daripada suatu penjelasan yang bertele-tele, yang orang biasanya sebut “ilmu yang tinggi” mungkin juga bagi penanya di atas ini disebut sebagai advance science. Jadi saya selalu mencoba mencari pengertian yang paling sederhana. Dunia rekayasa kita, yaitu teknik sipil khan bidang eksak yang kelihatan. Jadi memahaminya dengan konsep di atas masih dapat diterapkan. Bayangkan saja, jika ilmu nya seperti elektro dan sebagainya, maka jelas perlu alat-alat bantu yang canggih untuk mengeksplorasinya.

Memang sih, menceritakan hal-hal yang fundamental secara menarik adalah tidak mudah. Bahkan kalau tidak bisa mengkaitkannya dengan implementasi atau kegunaan di lapangan maka bisa-bisa seperti belajar bagian matematik yang rumit-rumit itu, membosankan. Padahal sebenarnya dengan mengetengahkan yang fundamental, pengajar punya kesempatan untuk berbicara atau bercerita dengan memakai parameter yang lebih sedikit, hasil pemerasan masalah sampai ketemu yang fundamental itu. Jadi kalau mau menceritakan yang fundamental tetapi ternyata masih meluas wah, maka bisa-bisa itu bukan fundametal jadinya, tetapi pelajar matematik biasa. 🙂

Nah tentang yang fundamental tersebut, maka pada buku struktur baja yang sedang aku tulis ini, maka pada setiap permasalahan atau prosedur perhitungan yang mengacu code selalu aku awali dengan prinsip-prinsip yang mendasarinya.

Menerjemahkan dari bukunya Segui ya pak Wir ?

Koq tahu. He, he, he nggak dik, nggak seperti itu. Memang sih buku bajanya Segui adalah bagus. Saya memakai itu sebagai buku wajib di mata kuliah baja yang saya ajarkan, tetapi tidak berarti buku struktur baja saya nanti mengekor punya beliau. Saya ingin buku struktur baja saya melengkapi bukunya Segui. Yah masih di benak sih. Tapi tentunya dengan melihat produk-produk pemikiran saya sebelumnya, maka rasa-rasanya itu hanya soal waktu. Kalau nggak percaya, tunggu saja.

5 tanggapan untuk “advanced science bagi para mahasiswa”

  1. santoso Avatar
    santoso

    mungkin ini berkaitan dengan nantinya dunia kerja pak..dimana ilmu praktis lebih mudah dicerna dan diterapkan dibanding berbicara masalah fundamental.

    kalo saya ga salah, di Indonesia terkesan kalo S1 lebih mudah dapat kerja dibanding D3. Padahal di luar negeri, yg larinya ke dunia kerja adalah D3, yg S1 larinya ke bidang akademisi ataupun scientist.
    please correct me if I’m wrong.

    Oh ya, salut sama Pak Wir.. jauh2 dari Jakarta ke Surabaya buat acaranya pengukuhan Guru Besar Pak Tavio.. Luar biasa..

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      pagi pak Santoso,
      namanya saja ilmu praktis, yang diorientasikan pada pemakaian sehari-hari maka tentu pemakai dapat secara langsung memahami gunanya. Hanya saja, ilmu praktis seperti itu aplikasinya spesifik. Pada satu permasalahan , untuk permasalahan yang lain, perlu ilmu praktis yang lain. Jadi kalau pengin menguasai banyak masalah, maka ilmu praktisnya juga banyak. Jika itu yang dipilih, yah boleh-boleh saja kalau kita mampu.

      Nah bedanya dengan mengetahui yang fundamental, maka implementasinya lebih banyak, bahkan bisa tahu cara apa yang paling pas untuk menangani masalah tersebut. Contoh sederhana misalnya, jika di struktur beton kita mengenal istilah balok lentur dan balok tinggi (deep beam), apakah istilah itu juga berlaku pada struktur baja. Seperti kita ketahui bahwa di baja pun sering kita jumpai plate girder yang segede gajah, apakah itu bisa dikategorikan sebagai deep beam seperti di beton. Nah, saya yakin jika tidak memahami prinsip yang fundamental dari masalah, maka nggak gampang juga memahami hal itu. Nah, jelas untuk menjawab ini jelas mengacu pada ilmu praktis apakah bisa ?

      Untuk prof Tavio memang khusus sih, karena kebetulan testimoninya nampang di halaman belakang buku saya, jadi sebagai apresiasi khusus ke beliau. Juga biar ketularan, maklum level keprofesorannya saya cukup respect. Kalau orang-orang seperti beliau diberikan gelar profesor oleh pemerintah, maka kedepannya saya yakin Indonesia lebih maju.

      Suka

  2. ipanase Avatar

    nyimak pakdhe 😀

    Suka

  3. adaptor notebook Avatar

    Terima kasih atas informasinya sangat kreatif dan inspiratif. Salam.

    Suka

  4. joetomo Avatar

    Kalau baca ini, jadi inget salah satu tulisan Prof. Yohanes Surya berikut:

    “Teknologi itu kompleks atau sederhana? Teknologi itu kompleks namun penyusunnya (building block) nya sederhana.”

    Si penulis komentar berpendapat bahwa apa yang diajarkan di universitas hanya hal yang fundamental saja… Kalau saya malah berpendapat sebaliknya, di kampus lebih banyak diajarkan hal yang practical saja…

    Kita diberikan banyak tools/formula yang bisa digunakan untuk menyelesaikan problem-problem di dunia teknik sipil. Ini berarti (menurut saya), kita sesungguhnya malah menggunakan produk2 dari “advanced science” tanpa banyak diberikan fundamentalnya 😀

    Ini terbukti dari banyaknya komentar2 dari subforum sipil di salah satu forum terbesar di Indonesia, contoh salah satu komentarnya:

    Agan agan/aganwati sekalian, ada yang tau cara modify untuk buat Profil honeycomb/castelated di SAP2000??? Need Help

    Ini kan artinya si penanya & pengguna program belum paham yang fundamental2 di program ybs. Pis :mrgreen:

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com