Tidak banyak engineer yang peduli akan tipe font yang digunakan pada tulisannya. Saya adalah salah satu engineer yang sedikit tersebut. Bagi yang pernah jadi muridku, tentu akan tahu bagaimana kritisnya aku dengan font yang digunakan pada tulisan.
Bagaimana tidak, bisa saja draft laporannya aku coret hanya karena dijumpai bahwa font dan ukurannya tidak konsisten antara satu dengan lainnya di dalam tulisan tersebut, meskipun mungkin saja materi isinya tidak ada masalah. Saya punya pendapat dalam membuat tulisan (paper), bahwa bagiku tampilan paper adalah penting sehingga harus diutamakan pertama kali. Kalau soal isinya, maka pendapatku itu tidak perlu dipertanyakan lagi, kalau nggak penting mengapa harus ditulis. Nah. lho.
Bahkan kadang aku memberi petuah bagi mahasiswaku yang membuat laporan KP, fokuskan pada tampilan, karena kadang kesalahan kecil pada materi akan terabaikan ketika melihat tampilannya bagus. He, he, . . . ini trik aja lho.
Mungkin ada yang bekomentar “betapa naifnya pendapatku tersebut”. Jika itu diberikan puluhan tahun lalu, mungkin aku agak keder juga. Tetapi sekarang, aku tidak peduli, maklum itu style-ku yang terbentuk setelah beberapa puluh tulisan selesai aku kerjakan. Tempo hari aku juga pernah mendapat komentar dari seorang profesor (engineering) bahwa untuk suatu tulisan perlu mengikuti pakem tertentu, jangan yang aneh-aneh. Yah pendapat itu tidak salah, khususnya jika tulisan itu akan dimasukkkan ke paper seminar prosiding (call-paper) atau jurnal. Kalau untuk lainnya, tidak mesti harus demikian. Kita boleh bebas, selama materi diterima audiens.
Untuk itu aku banyak berkonsultasi dengan desainer grafis, minta pendapat dan komentar. Itu khususnya terkait dengan desain yang aku buat untuk buku-bukuku. Karena hal itu pula maka desain sampul bukuku nanti juga akan mengalami perubahan drastis. Jika sebelumnya rencana sampulku yang terakhir adalah ini. Adapun yang pertama dulu adalah ini. Maka setelah melukukan survey berbagai cover buku terbaik di dunia, aku mencoba berganti style. Untuk tipe yang ini, gambar depan buku tidak menjadi fokus utama, tetapi berfokus pada tipe font yang digunakan, ukuran dan komposisinya. Warna juga menjadi hal penting. Ini penting, karena dalam era digital ini, cover buku banyak diberikan dalam thumb nail, jadi dengan ukuran kecil harus “terlihat”. Desain cover bukuku yang mengadalkan pada font, ukuran, komposisi dan warna adalah sebagai berikut:
Nah di antara ke-5 draft desain di atas, kira-kira yang paling pantas untuk disebut “Tampilannya terbaik” apa ya. Mohon masukannya. Thanks.
<up-dated>
Cover #5 banyak tanggapan positip. Saya ubah jadi huruf besar ya.
Helvetica Neue akan diaplikasikan. Maklum font tersebut sangat terkenal sehingga perlu dilihat bedanya dengan font di atas. Sampul #6 yang diubah tipe fontnya. Ini hasilnya.
Mirip, susah ya membandingkannya. Untuk itu coba saya susun dalam bentuk grid dan diberi nomer #1 – #7. Cara ini didalam industri makanan disebut uji panel. Apakah strategi seperti itu juga membantu dalam proses kreatif ya. Kita coba saja. Ini grid yang aku maksud.
Tinggalkan komentar