Buku Struktur Baja belum selesai didistribusikan keseluruh pembaca. Mohon sabar ya teman-teman, maklum pihak LUMINA dengan konsep pra-order ini agak kewalahan menanganinya. Pertama adalah karena bukunya hardcover yang lebih berat dibanding buku sebelumnya.  Kedua, konsep pra-order ternyata diminati banyak orang, sampai hari ini saya intip sudah lebih dari 300 pemesan. Itu kira-kira 25% dari total jumlah buku yang dicetak. Bayangkan saja, jika kedua hal tersebut terjadi bersamaan, yaitu berat dan jumlahnya banyak, maka dapat dimaklumi jika pihak LUMINA-nya dapat kehabisan tenaga. 😀

Perlu istirahat . . . . . itu juga berarti pengiriman bukunya istirahat juga. 😦

Nah sambil menunggu buku Struktur Baja pertama yang akan didistribusikan tersebut maka ada baiknya membahas materi buku berikutnya. Ini penting, maklum sudah menyebut diri penulis, maka tentu setelah selesai satu tulisan sudah memikirkan tulisan apa berikutnya. Mari kita kutip usulan dari pak Annin sebagai berikut.

Annin Hudaya Stadin

P.Wir,Stadin sudah pesan 2 pak.

Kalau boleh usul untuk buku berikutnya adalah tentang Struktur Baja Tahan Gempa … tentunya perlu dilengkapi dengan contoh perhitungan bermacam-macam sambungan daktail yang merupakan hal yang sangat penting sekali dalam Struktur Baja Tahan Gempa tsb….

Salam Sukses+GBU…

fb : Annin Hudaya Stadin
http://www.stadin.co.id ( …via desktop/laptop)

Beliau saya pilih karena dapat mewakili engineer praktisi di bidang rekayasa struktur (konsultan struktur). Juga karena adalah salah satu petinggi perusahaan yang banyak memberikan apresiasi pada karya-karya saya. Beliau pernah menjadi sponsor pada buku saya yang pertama. Hanya sayang, pada buku ke-2 ini yang menurut saya isinya lebih dahsyat dari buku pertama, pak Annin tidak berpartisipasi. Moga-moga di buku berikutnya yang lebih dahsyat lagi (mengutip pak Tung Desem Waringin) maka pak Anin bisa ikut berpartisipasi. Semoga.

Berpartisipasi, apa maksudnya pak Wir

Berpartisipasi jadi sponsor atau tepatnya ikut pasang iklan di buku yang diterbitkan. Begitu dik, maksudku. Nah jika adik perhatikan, pada halaman-halaman awal setelah sampul buku, depan atau belakang dari buku-bukuku maka adik akan melihat halaman berwarna dengan nama perusahaan yang informasi usahanya terpampang. Itu yang aku maksud dengan sponsor, yang bertujuan memberikan subsidi agar buku dengan mutu yang aku spesifikan #1 dapat terjangkau oleh pembaca. Jadi biaya sponsor digunakan untuk menanggung sebagian biaya cetak. Itulah mengapa buku-buku yang aku terbitkan semuanya dalam kondisi prima dan terbaik yang bisa dicetak.

Note : Jadi nanti bila anda telah menerima atau memegang buku saya, dan melihat bahwa kualitas cetaknya bisa ditingkatkan, beritahu saya atau LUMINA Press. Maka buku berikutnya kita akan mengusahakan. Salah satu diwujudkannya LUMINA Press adalah membentuk standar baru bagi buku-buku teknik lokal Indonesia. Ini serius dan telah menjadi komitmen kami (saya dan penerbit).

Jadi jelas, jika tanpa sponsor, maka buku dengan mutu yang aku cetak pasti tidak akan terjangkau untuk dibeli masyarakat pada umumnya. Jadi bagi para pembaca buku saya yang sekarang ini, bersyukurlah pada para sponsor yang mau menyumbangkan sedikit penghasilannya untuk kesuksesan buku tersebut. Sebagai apresiasi maka ada baiknya aku tampilkan ya, nama-nama perusahaan yang menyokong terbitnya buku Struktur Baja ini, yaitu :

  1. PT. Adinata Surya Pratama
  2. PT. Agung Utama Persada
  3. PT. Catur Inti Dinamika
  4. PT. Cemara Geo Engineering
  5. PT. Cipta Sukses
  6. PT. Delta Koni
  7. PT. Fyfe Fibrwrap Indonesia
  8. PT. Gistama Intisemesta
  9. PT. Meindhardt Indonesia
  10. PT. Petrolog Konstruksi Utama
  11. PT. Pratama Daya CM
  12. PT. Putracipta Jayasentosa
  13. PT. Rekatama Konstruksindo
  14. PT. Risen Engineering Consultant
  15. PT. Sinergi Pandu Dinamika

Luar biasa. Itulah 15 (lima belas) nama perusahaan yang aktif dan nyata mendukung terbitnya buku Struktur Baja karyaku. Jika ternyata banyak engineer-engineer muda yang terbantu dengan buku yang kuterbitkan, maka langsung atau tidak langsung para sponsor itulah yang banyak membantu. Tanpa mereka, maka saya yakin buku tersebut tidak akan terjangkau oleh kantong mahasiswa. Jadi mahal.

Apresiasi ini juga perlu disampaikan, karena perusahaan-perusahaan itulah yang nyata-nyata mempunyai kepercayaan pada penulis untuk mewujudkan impiannya. Ini tidak gampang, bahkan banyak dari pemilik perusahaan itu tidak mengenalku secara langsung / pribadi. Mereka hanya mengenal namaku dari tulisan-tulisan yang kubuat. Tentang ini bahkan lucu juga, namaku kadang lebih dikenal dari pribadiku sendiri. Jadi pihak LUMINA kalau sedang cari sponsor tidak pernah mengajakku langsung, katanya lebih enak jika sendiri. “Cukup dengan menyebut nama Bapak, cukuplah“, begitu komentar direktur LUMINA Press ketika aku bertanya, apakah aku perlu ikut.

Maklum kalau mencari sponsor, aku memang tidak gigih. Ketika aku bertemu orang langsung, lalu ketika kusebut tentang sponsor buku tersebut dan orang itu memandangnya enteng, “terkesan aku mengemis”, maka aku langsung diam. Terus terang kalau situasi seperti itu, aku juga malas. Maklum aku tidak mengemis, dan tidak perlu mengemis untuk mewujudkan impianku. Jadi bagi teman-teman yang mengenalku secara pribadi, dan ternyata nama atau perusahaannya tidak ikut terpatri abadi dalam buku tersebut, mungkin karena itu. 😀

Terpatri abadi pak Wir, apa maksudnya ?

Itulah keuntungan jika menjadi sponsor pada buku karyaku. Buku yang aku cetak dan terbitkan, benar-benar mengandalkan pada mutu dan kepercayaan pembaca. Untung memang dicari, tetapi bukan fokus utama, hanya akibat saja. Jadi karena mutu itu pula, maka saya yakin buku tersebut akan disimpan dengan baik oleh pembaca, bahkan jadi koleksi. Nah karena jadi koleksi dan disimpan baik (dalam perpustakaan-perpustakaan tentunya), maka nama perusahaan yang tercantum akan bersifat abadi. Ini jelas berbeda dengan memasang iklan di majalah atau surat kabar. Saya sangat yakin sekali, bahwa mereka yang pegang buku terbitanku pasti akan lebih bangga daripada memegang majalah yang terbaik sekalipun. Maklum nggak mungkin ada majalah yang bersampul kain linen. 😀

Bagi para pemilik perusahaan yang belum sempat berpartisipasi jadi sponsor di buku-buku saya, jangan kuatir. Buku saya tidak hanya yang dua itu saja, masih ada lagi yang lainnya. Komitmen saya, selama masih diberi sehat maka saya berupaya untuk meninggalkan jejak di bumi ini dengan menuliskan buku. Maklum pihak penerbit sudah mempunyai kepercayaan penuh, bahwa apapun yang saya tulis maka mereka akan pasang badan untuk mewujudkannya dalam bentuk cetak (buku).

Luar biasa bukan. Mana ada penulis bidang rekayasa yang mempunyai kondisi seperti saya ini. Banyak lho yang namanya penulis, tetapi mereka belum punya buku karena sering ditolak penerbit. Sayapun dulu juga begitu. Tetapi  dengan penerbit saya yang sekarang ini, yaitu LUMINA Press, maka situasi jadi berbeda.

Itu bisa dimaklumi karena anda-andalah sebenarnya penyebabnya. Pasar untuk buku saya sudah terbuka. Lihat saja pra-order kemarin. Buku belum terbit, jadi hanya mengandalkan nama penulis, tetapi ternyata yang order sudah berjibun, sampai-sampai pihak penerbit kewalahan menangani orderan. Untung transaksi telah dilakukan otomatis dengan on-line. Kalau manual, bisa-bisa stress melakukannya.

Nah jadi wajar khan kalau membahas judul buku berikutnya. Mari kita kembali ke usulan dari pak Annin Hudaya di atas.

Usulan dari pak Annin menarik sekali dan itu akan menjadi perhatian khusus. Materi yang disampaikannya termasuk state of the art. Material baja sendiri adalah material konstruksi yang secara alami daktail sehingga banyak digunakan dimana-mana. Coba perhatikan, mengapa hampir semua konstruksi pasti pakai baja. Bagi para fans berat pada ilmu struktur beton, maka tanpa ada baja, anda nggak akan bisa berbangga ria. Serius, material baja adalah sangat penting. Bahkan konsumsi baja di suatu negara pertahunnya dapat dijadikan indikasi seberapa maju negara tersebut. Kalau soal itu, Indonesia ini bukan apa-apanya dibanding China. Sorry para nasionalis, jangan tersinggung. Faktanya adalah begitu. Untuk lebih detail, silahkan baca Bab 2 dari buku saya.

Karena daktail itulah maka semua sistem konstruksi banyak mengandalkan baja. Karena itu pula, maka ada yang merasa bahwa kalau sudah pakai baja maka bangunannya adalah pasti tahan gempa.

Itu masa lalu, faktanya sekarang tidak seperti itu lagi, khususnya setelah terjadi gempa Northridge di USA tahun 1994. Pada peristiwa itu ternyata banyak ditemukan kegagalan pada konstruksi baja yang notabene dianggap paling daktail. Mengapa, karena sistem pengelasan yang dianggap sebagai cara penyambungan material baja yang paling top, ternyata dapat mengalami kegagalan fraktur akibat proses pengerjaan lasnya. Ini jelas tidak bisa dideteksi dengan konsep analisis stuktur biasa yang umumnya hanya elastis linier. Sejak itulah maka konsep perencanaan struktur baja tahan gempa perlu perhatian khusus.

Jika itu digabungkan dengan banyaknya variasi sistem sambungan dan juga bentuk penampang, maka jelas perencanaan struktur baja tahan gempa lebih ribet dibandingkan struktur beton, yang variasi detail penulangannya tidak terlalu banyak variasinya. Bahkan untuk struktur beton cenderung hanya mengikuti petunjuk code saja. Ini kayaknya yang belum disadari oleh teman-teman pengajar struktur baja yang aktif di BMPPTTSSI, yang menentukan kurikulum inti struktur baja yang hanya 5 sks, lebih kecil dari struktur beton yang sampai 6 sks. Kalau memikirkan hal itu, kadang-kadang terbersit pikiran, bagaimana negeri ini bisa maju, jika para pengambil keputusanya saja tidak tahu dampak keputusan yang dibuat. 😦

Ok, kembali mambahas buku saya. Buku saya yang baru beredar ini, pembahasan tentang struktur baja tahan gempa adanya di Bab 1, yaitu untuk introduction saja. Belum memberikan detail bagaimana perhitungan perencanaan yang mendalam. Maklum, fokus utama buku saya adalah untuk menyasar kurikulum mata kuliah Struktur Baja di level S1.

Buku tersebut ditulis karena termotivasi dengan ketiadaan materi untuk pembelajaran di kelas saya. Meskipun saya dididik di perguruan tinggi kelas pertama negeri ini, tetapi saya merasa materi untuk struktur baja sangat kurang. Sebagai gambaran saja, saya selama mendapatkan pendidikan di S1 (UGM), S2 (UI) dan S3(UNPAR) maka kelas struktur baja yang pernah saya ikuti secara formal adalah di level S1 di UGM . Itupun ketika masuk ke Jakarta (1988) sudah tidak berbekas lagi, maklum ketika itu kerja di PT W&A, materinya lain sekali dengan yang diajar, nggak nyambung. Lalu ketika studi S2 di UI (1994), waktu itu ada mata kuliah Struktur Beton Lanjut, tetapi nggak ada diberikan untuk struktur baja lanjut. Pak Anin mungkin masih ingat, maklum saya kuliah S2 setelah beliau lulus di S2-UI (1994 – 1998). Juga ketika kuliah S3 di UNPAR, nggak ada itu yang namanya mata kuliah struktur baja untuk level S3, adanya hanya S2, tetapi waktu itu tidak disuruh ambil. Jaman-jaman tersebut saya berpikir, bahwa materi yang lanjut itu hanya untuk beton. Mungkin ini pula yang kebayang oleh teman-teman di BMPPTTSSI yang memutuskan sks untuk baja hanya 5 sks, lebih kecil dari beton yang 6 sks. Berarti wawasan 10 tahun yang lalu. Tetapi kemudian setelah menggeluti lebih dalam, baru tahu bahwa itu semua karena ahli baja di Indonesia ini masih jarang. Jadi kalaupun ada yang membuka kelas Struktur Baja Lanjut maka dosennya juga bingung nyarinya. Mungkin faktanya, praktisi bajanya banyak, tetapi sedikit yang mau berbagi ilmu. 😀

Bayangkan, itu terjadinya di universitas papan atas negeri ini. Lalu bagaimana dengan universitas lain, yang kurikulumnya saja masih sangat tergantung dari apa kata BMPPTTSSI, yaitu universitas atau perguruan tinggi yang tidak berani membikin kurikulum lokal sendiri. Kalau di UPH agak beda, kata kuncinya adalah kepercayaan. Untuk itu aku bilang ke pihak pimpinan : jika pihak jurusan mempercayai saya (dosen penanggung jawab mata kuliah struktur baja), meskipun saya belum profesor maka kurikulum yang saya berikan adalah versi Wiryanto. Saya berani mempertanggung-jawabkan itu kepada publik. Jadi buku Struktur Baja yang saya terbitkan itu, yang saya launch ke publik adalah bentuk pertanggung-jawaban saya pada UPH, yang mempercayai saya yang digaji menjadi dosen struktur baja di perguruan tinggi tersebut. Terus terang itu memang bukan tanggung jawab dosen, tetapi karena saya ingin mencoba menjiwai peran guru (digugu dan ditiru) dan tidak mau untuk disebut tukang ngomong doang, maka itu semua saya lakukan. Terus terang saja, saya bekerja sebagai dosen itu bukan sekedar untuk cari makan atau nafkah saja, tetapi saya rasakan betul bahwa itulah visi yang Tuhan berikan kepada saya. Kalaupun yang saya lakukan itu berbeda dengan dosen pada umumnya (saya terkesan provokatif ya), maka itulah harga yang harus ditebus.

Jadi materi pembelajaran untuk struktur baja adalah sangat langka. Kalaupun ada, maka materi yang dimaksud umumnya adalah dari penulis-penulis luar negeri, yang berbahasa Inggris. Adapun materi dari dalam negeri, umumnya berfokus pada materi hitungan, seperti contoh penyelesaian soal. Materi yang mengandalkan contoh hitungan memang baik, tetapi menurut saya itu sangat cetek sekali. Sepengetahuan saya, struktur baja itu tidak sekedar kumpulan hitungan, tetapi suatu kulminasi pengetahuan yang teraplikasi. Tidak bisa dijelaskan sekedar dengan matematik atau angka numerik saja, perlu bahasa untuk mengungkapkannya secara mendalam.

Jadi meskipun tebal buku struktur baja saya itu sudah 740 halaman, dari rencana yang hanya 600 halaman. Itu belum mengungkapkan semua materi yang saya ajarkan di level S1 di Jurusan Teknik Sipil Universitas Pelita Harapan. Materi yang saya ajarkan di UPH yang belum masuk adalah “analisis plastis – perilaku keruntuhan daktail balok menerus”, dan “balok komposit“. Sebelumnya materi balok kompositi akan saya masukkan ke Bab 6 – Balok Lentur di buku saya tersebut, tetapi karena materi yang non-komposit saja sudah 160 halaman. Betul 160 halaman, ini sangat tebal hanya untuk bercerita tentang balok baja. Itu terjadi karena semua ketentuan balok menurut AISC (2010) saya perinci satu persatu untuk setiap golongan yaitu penampang compact, non-compact maupun slender. Saya yakin, tidak ada materi yang sedetail ini diberikan untuk pembelajaran balok oleh dosen-dosen lain.

Ada cerita dari alumni saya yang menempuh kuliah S2 di tempat lain, bahwa materi S1 dulu di UPH ternyata diulang lagi di kelas Magister yang mereka tempuh. Jadi dianya bilang ke saya, “saya di kelas itu jadi master pak, banyak teman kuliah (di S2-nya) yang belum mendapatkan materi yang dimaksud (AISC 2010). Materinya seperti yang pak Wir berikan, jadi ya saya bisa / gampang gitu “. Begitu cerita alumni saya, yang katanya dapat nilai baik sewaktu mengambil level S2 tersebut.

Tentang materi struktur baja tahan gempa, memang belum saya ajarkan di level S1. Hanya sekedar introduction sebagaimana tertulis di Bab 1 buku saya.

Nah ada  yang menarik dengan materi tahan gempa tersebut. Perhitungan struktur baja tahan gempa lebih kompleks dibanding untuk struktur beton. Jika di ACI (untuk struktur beton) maka persyaratan tahan gempa ada di satu code, yaitu ACI 318M – Chapter 21. Adapun di struktur baja agak berbeda. Code AISC 360 – 2010 yang saya jadikan referensi buku tersebut hanya mengacu pada struktur biasa (bukan tahan gempa). Untuk materi tahan gempa maka ada buku lain yang perlu dibaca, yaitu AISC 341-10 dan satu buku lagi AISC 358-10.

Itu semua menunjukkan bahwa struktur baja pada dasarnya lebih kompleks dibanding struktur beton. Itu pula alasannya mengapa saya complaint pada hasil kurikulum yang disodorkan oleh BMPPTTSSI tentang Struktur Baja yang hanya 5 sks, lebih sedikit dibanding Struktur Beton yang 6 sks. Nggak habis bikir, badan musyarawarah yang bersifat nasional itu koq punya orang yang nggak bisa menyuarakan tentang apa itu Struktur Baja. Jadi kalau begitu isinya siapa saja. Sampai berani-berani menentukan kurikulum secara nasional. Itu kalau dibiarkan maka negeri ini beberapa tahun lagi akan diisi oleh engineer dari luar negeri. Ini serius, tadi pagi baru ketemu dengan direktur salah satu konsultan jembatan besar negeri ini, yang katanya siap-siap menampung engineer luar (korea, taiwan dan cina) untuk proyek perencanaan jembatan yang berskala milyaran rupiah nilainya .

Jadi usulan dari pak Anin yaitu buku berjudul Struktur Baja Tahan Gempa memang relevan dengan kondisi negeri ini. Selama ini yang banyak riset tentang struktur baja tahan gempa hanya dari teman-teman dari ITB, saya sendiri riset kesitu terbantu dengan adanya kiriman mahasiswa pasca sarjana dari Univesitas Tarumanagara. Selanjutnya untuk LUMINA Press moga-moga bisa membantu dengan membelikan literatur terbaru dari manca negara.

Ok pak Anin, usulannya dipertimbangkan dengan serius. Kita mulai jalan . . . tapi nanti di buku tersebut pasang sponsor ya, kalau perlu satu halaman full. 😀

5 tanggapan untuk “usul untuk buku berikutnya”

  1. Annin Hudaya Stadin Avatar
    Annin Hudaya Stadin

    Yth. pak Wir,

    Syukurlah bila usulan saya tersebut mendapat perhatian / pertimbangan khusus untuk dijadikan topik / judul buku berikutnya.

    Hal ini penting, mengingat negara kita berada di daerah rawan gempa, maka setiap struktur yang dipilih_baik Struktur Baja atau Struktur Beton harus memenuhi persyaratan perencanaan tahan gempa.
    Sangat mengharapkan buku tersebut sudah mengacu pada SNI 1729 terkini.

    Untuk rencana buku baru tersebut Stadin pastikan akan ikut serta sebagai salah satu sponsor pak. Jadi mohon diinfokan / diingatkan bila saatnya telah tiba sehingga tidak terlewatkan seperti pada buku Struktur Baja yang baru saja terbit tersebut.

    Salam Sukses dan Tetap Semangat untuk menulis buku terus !

    Annin Hudaya
    fb : Annin Hudaya Stadin
    http://www.stadin.co.id (…via desktop/laptop , krn msh ada problem)

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Terima kasih pak Anin atas kesediaannya untuk mendukung buku saya yang berikutnya. (Noted : tolong LUMINA Press catat ya atas kesediaan Stadin).

      Terus terang, materi struktur baja tahan gempa belum saya kuasai penuh. Untuk itu konsentrasi akan dimulai. Langkah pertama saya akan minta mahasiswa S2 yang saya bimbing untuk berburu state of the art terkait hal itu, yaitu melalui jurnal-jurnal keren. Kebetulan PTS dari mahasiswa S2 yang saya bimbing mempunyai akses ke ASCE Structural Engineering Journal. Juga akan saya minta pihak LUMINA Press untuk menyisihkan sedikit dari buku-buku yang terjual untuk mengakses buku-buku seismic steel structures terkini, dari Eropa dan Amerika.

      Jadi kalau hanya sekedar SNI 1729 yang mengadopsi dari ASCE 7-10 pasti akan terpenuhi pak. Untuk waktu selesai kelihatannya tidak sebentar. Belajar dari buku baja kemarin, juga karena ini lebih state of the art maka buku akan terbit kira-kira perlu waktu sedikitnya 2 tahun. Itupun jika dikerjakan secara seksama. Sisi lain, sudah ada yang ngoyak-oyak saya untuk menyiapkan jurnal internasional yaitu untuk meraih jenjang akademis yang lebih tinggi. Nah, ini kayaknya yang mengganggu. Tapi seperti biasa, suatu perjalanan jauh mestinya perlu satu langkah awal yang jelas, kearah mana ke depannya. Jadi mohon bantuan dari pak Anis kalau ketemu sesuatu yang menarik ttg materi di atas (str baja tahan gempa) saya mohon juga diajarin.

      Salam sukses ya pak Anin. Tuhan memberkati kita semua.

      Suka

  2. Robby Setiadi Avatar
    Robby Setiadi

    Salam pak Wir,

    Nama saya Robby, baru tadi selesai membayar pemesanan buku bajanya pak Wir. Namun sepertinya agak terkendala dalam masalah pembayaran karena di website Lumina, nilai payment amount saya masih nol sementara saya sudah mendapat email dari dokumycart bila transaksi telah sukses (maklum saya baru pertama kali membayar dengan cara pembayaran yang dilampirkan dalam website Lumina, hehe). Untung hari ini masih dapat, berhubung hari terakhir masa pre-order.

    Bila berkenan, saya ingin memberikan sedikit opini tentang hal-hal yang menurut saya mungkin dapat ditambahkan dalam buku barunya nanti. Hehe. Mungkin bila boleh, dalam bukunya diberikan materi pendahuluan yang bercerita mengenai kegagalan sambungan akibat gempa Northridge di USA tahun 1994. Lalu diceritakan perkembangan perubahan model sambungan baja untuk daerah gempa yang dibuat akibat kegagalan di Northridge disertai contoh soal dan perbandingannya dengan sambungan gempa jenis lainnya yang terbaru (nilai internal forcenya sama namun dibandingkan di mana kelebihan dan kekurangannya menyangkut performa jenis sambungan yang digunakan).

    AISC design guide tidak membahas banyak jenis sambungan baja untuk daerah gempa, yang tentunya tidak cukup memenuhi dan menjawab pertanyaan seputar sambungan tahan gempa. Bila dalam buku pak Wir yang baru nanti terdapat banyak informasi mengenai beragam jenis sambungan tahan gempa, berarti lengkaplah sudah sebagai buku referensi baja terbaik (belum pernah ada yang buat selengkap itu, heheh).

    Bila boleh, dimasukkan juga jenis sambungan RBS termasuk metode pelaksanaannya yang sepertinya sekarang ini cukup populer digunakan namun topiknya belum banyak diangkat di Indonesia. Ada opini lagi dari saya bila berkenan, untuk memasukkan topik mengenai sistem bracing (concentrically braced frame yang model X-brace kecil dan X-brace besar berhubung tidak banyak artikel yang membahas mengenai perbedaan efisiensi penggunaan X-brace besar dan kecil serta eccentrically braced frame dan sistem struktur baja lainnya sebagai sistem struktur penahan gempa).

    Wah, bisa jadi dua buku baru lagi nih pak Wir bila semua topik dimasukkan. Satu buku khusus membahas mengenai sambungan baja tahan gempa dan satu buku lagi membahas sistem struktur baja pemikul gempa.

    Terima kasih atas perhatiannya. Salam sukses untuk pak Wir.

    Suka

    1. wir Avatar
      wir

      Pak Robby,

      Usul anda bagus sekali. Intronya memang sudah betul, yaitu respons FEMA terhadap dampak gempa Northridge dan Kobe, dimana sejak itu para ahli belajar bagaimana mengatasi kerusakan yang terjadi pada bangunan baja yang dulu katanya sudah tahan gempa, tetapi faktanya tidak seperti yang diharapkan. Pembahasan tentang macam-macam sambungan tentu perlu, karena itulah isi dari AISC 341-10, juga AISC 358.

      Hal penting yang harus ditinjau tentu saja bagaimana mengevaluasi daktilitas, yaitu memastikan mengapa faktor daktilitas bisa berbeda antara tipe struktur satu dengan lainnnya. Jadi pembahasan program dengan cara push-over rasanya perlu juga.

      Itu pak Robby, semoga ide-ide ini dapat terimplementasi dengan baik. Thank atas masukannya.

      Suka

  3. respons pembaca buku Struktur Baja | The works of Wiryanto Dewobroto Avatar

    […] usul untuk buku berikutnya – 19 April 2015 […]

    Suka

Tinggalkan komentar

I’m Wiryanto Dewobroto

Seseorang yang mendalami ilmu teknik sipil, khususnya rekayasa struktur. Aktif sebagai guru besar sejak 2019 dari salah satu perguruan tinggi swasta di Tangerang. Juga aktif sebagai pakar di PUPR khususnya di Komite Keselamatan Konstruksi sejak 2018. Hobby menulis semenjak awal studi S3. Ada beberapa buku yang telah diterbitkan dan bisa diperoleh di http://lumina-press.com