Sepuluh tahun yang lalu ketika menerima tanggung jawab untuk mengajar mata kuliah Struktur Baja, banyak kesulitan yang dihadapi dalam mempersiapkan materinya. Maklum, buku struktur baja yang berbahasa Indonesia, relatif terbatas. Kalaupun ada buku textbook yang dapat digunakan sebagai rujukan maka unit satuannya masih kebanyakan memakai imperial (kips-inch). Ini tentu berbeda dengan mata kuliah struktur beton, yang bahan materinya sudah banyak diulas dan diterbitkan oleh ahli-ahli di Indonesia.
Untunglah, sebagai penganut konsep berpikir positif, dan menghindari kebiasaan suka mengeluh, maka itupun dihadapi. Langkah pertama waktu itu adalah berpikir positif saja. Seperti kita ketahui, mata kuliah struktur baja adalah mata kuliah yang tidak setiap dosen berani mengambil tanggung jawab untuk itu. Ini tentu berbeda dibandingkan mata kuliah matematik dan analisa struktur, yang dosen baru luluspun, jika berprestasi dapat langsung mengampunya. Begitu mudahnya, seperti menjumlah 1+1 = 2. Buku-buku pendukungnya juga relatif standar, sama antara satu buku dengan buku lainnya.
Struktur Baja seperti halnya Struktur Beton dan Struktur Kayu, disinilah aspek rekayasa lebih kental daripada aspek sains-nya. Dalam aspek rekayasa ada unsur seninya, dimana dalam hal ini pengalaman dari pengajarnya menjadi berpengaruh. Tentang hal ini, saya pernah ketemu dalam suatu seminar baja bertaraf internasional yang diselenggarakan di hotel Sari Pan Pasific Jakarta. Tentu saja semua pesertanya adalah ahli-ahli baja, atau orang-orang yang benar-benar tahu tentang struktur baja. Ketika berkenalan dengan orang yang duduk disampingku (waktu itu), dan kemudian tahu gelar dan pekerjaanku sebagai dosen baja, maka pertanyaan berikutnya yang diajukan adalah : “Bapak sudah pernah pegang proyek struktur baja, dimana ?“.
Itu tentu suatu pertanyaan yang menohok tentunya. Ketika tahu gelar akademisku, dan juga pekerjaanku sebagai dosen, ternyata itu tidak membuatnya yakin tentang ilmu struktur bajaku. Pikirnya pasti “ah ini orang teori saja“.
Itu menunjukkan bahwa mengajar struktur baja, yang materinya didapat hanya dari sekolahan saja, kesannya tidak afdol. Maklum yang namanya bidang rekayasa praktis, seperti struktur baja memang banyak hal yang jarang diceritakan pada buku-buku. Apalagi buku-buku berbahasa Indonesia, yang cenderung isinya adalah soal-penyelesaian. Itulah mengapa, ahli struktur baja cenderung disebut tukang baja, karena hanya bisa bekerja menghasilkan struktur baja tanpa bisa menyuarakan bagaimana keahliannya itu.
Berpikir positif yang aku maksud terkait adanya permasalahan-permasalahan di atas, adalah meyakinkan diriku bahwa aku ditunjuk jadi dosen di mata kuliah Struktur Baja adalah untuk mengatasi masalah tersebut. Tiadanya materi unggulan sebelumnya, memberiku kesempatan untuk menjadikan mata kuliah yang aku ampu akan bisa menjadi unggulan, khususnya di Jurusan Teknik Sipil UPH. Maklum, waktu itu dari semua dosen tetap di UPH, yang berani mengambil inisiatif untuk memegang mata kuliah itu, hanya aku saja. Maklum dosennya memang terbatas, ini tentu berbeda dari perguruan tinggi lain, yang dosennya mencapai puluhan.
Keterbatasan dosen yang menguasai struktur baja di UPH, ternyata memberikan hikmat. Pihak institusi percaya penuh pada setiap tindakan yang aku ambil. Maklum nggak ada lainnya. Jadi sebenarnya, tidak ada yang peduli dengan segala materi perkuliahan yang akan aku berikan, tentunya selama tidak ada complaint dari mahasiswa. He, he, itu enaknya bekerja sebagai dosen, apalagi kalau hanya sekedar untuk mencari sesuap nasi.
Tetapi seperti biasa, hati kecilku tidak mau menerima, ego-ku relatif tinggi. Mungkin bagi yang mengenal aku secara dekat, akan tahu. Meskipun aku terlihat relatif low-profile, tetapi pada satu sisi egoku relatif tinggi, suka-suka sendiri (kata lain daripada malu jika dianggap sebagai mengekor saja). Itu pula sebenarnya yang mengantarku untuk menulis buku. Aku ingat sekali, buku pertamaku adalah Visual Basic. Itu aku tulis karena mata kuliah yang aku pegang, yaitu Bahasa Pemrograman, aku isi dengan bahasa pemrograman tersebut. Nah pada suatu event pertemuan dosen, ketua jurusan pada waktu itu (lebih dari sepuluh tahun yang lalu) pernah melontarkan keraguan dengan pemakaian bahasa tersebut. “Bukankah bahasa pemrograman untuk teknik sipil adalah Fortran dan bukan Basic“. Itu mungkin pertanyaan biasa, tetapi karena aku dosen pengajarnya dan disampaikan di floor, maka itu seperti tamparan keras bagiku. Agak emosi rasanya pada waktu itu, padahal waktu itu aku masih junior, ketika menjelaskannya. Untungnya dosen senior UPH, Dr.-Ing Harianto (belum Prof waktu itu) menenangkannya. Kejadian itu membuatku “panas”, dan karena ingin selalu berpikir positif, maka “panas” itu aku jadikan enerji untuk menulis buku. Ini bukunya. Ketika buku itu jadi, efeknya luar biasa, sejak itu tidak ada lagi yang mempertanyakan atau meragukan akan apa yang aku sampaikan. Itulah sebabnya aku selalu menulis. 😀
Saat ini semua materi kuliah yang aku ajarkan di UPH telah ada bukunya. Ini semua adalah untuk menuruti egoku, yaitu “suka-suka sendiri”. Meskipun kesannya bebas, tetapi aku bertanggung jawab, yaitu mempublikasikan materi yang aku ajarkan dalam bentuk buku agar dapat diketahui publik bahwa kebebasan yang aku maksud itu aku perlukan agar keterbatasan yang ada dapat diselesaikan.
Jika semula buku-buku yang aku tulis hanya sekedar pertanggung-jawaban publik akan kebebasan yang aku pilih, tetapi dalam perjalanan waktu semakin terlihat bahwa apresiasi masyarakat terhadap peranku sebagai penulis ternyata lebih meriah daripada sebagai dosen. Bisa-bisa aku menyebut diri sebagai penulis yang numpang hidup sebagai dosen. 🙂
Kepercayaan orang terhadap tulisanku kelihatannya semakin meningkat. Pada bukuku yang terbaru, yaitu “Struktur Baja – Perilaku, Analisis & Desain – AISC 2010“, bahkan orang-orang mau membayar jauh hari sebelum buku itu diterbitkan. Hebatnya lagi, banyak perusahaan yang mau menanamkan modalnya sebagai sponsor untuk membiayai pencetakan buku tersebut. Jika tanpa kepercayaan orang terhadap karyaku, maka itu semua tidak akan terjadi. Coba perhatikan :
Gambar 1. Slip pengiriman JNE untuk buku pra-order
Lihat begitu banyak bukti slip pengiriman buku praorder yang diterima. Itu juga menjadi bukti nyata, kepercayaan dari pembaca akan kualitas materi yang aku tuliskan. Kalaupun ada yang tidak sempurna dari buku terbitanku, biasanya datang dari pihak percetakan, seperti saat ini yaitu telah dijumpai beberapa halaman kosong pada bukuku. Tetapi jika itu terjadi, silahkan saja laporkan pada LUMINA, nanti akan diganti.
Yah, hal-hal seperti itu juga yang membuat orang semakin percaya akan kualitas buku-buku karyaku, yang harapan kedepannya dapat menjadi pendobrak buku-buku teknik berkualitas. Tidak sekedar buku soal-penyelesaian, tetapi suatu maha karya sastra yang dicari orang. Bahkan aku yakin, pada sisi lain buku-buku yang aku tulis bukan sekedar seperti buku-buku fiksi lainnya, tetapi sebagai modal dasar untuk kemajuan negeri ini. Karena isinya tidak sekedar memuaskan emosi pembaca, tetapi juga berisi ilmu pengetahuan. Ini tentu tidak bisa sekedar dikerjakan oleh para sastrawan, tetapi harus insinyur yang berjiwa sastrawan.
Slip pengiriman buku di atas, dihasilkan dari sistem distribusi on-line di http://lumina-press.com. Tentang sistem yang dipilih tersebut, aku sadar tidak setiap orang senang dengannya. Bagi awam tentu lebih mudah membeli buku di toko buku. Tetapi itu aku pilih karena toko buku yang ada, ternyata mematok ketentuan bagi hasil yang tidak masuk akal. Bayangkan saja, jika aku menjual buku harga 100 ribu, maka 70 ribu adalah hak toko buku, sisanya adalah penerbit, yaitu tinggal 30 ribu. Tentu saja aku tidak mau kerja sia-sia seperti itu. Jadi bagi pembaca, mohon dimaklumi ya.
Nah, untuk mengatasi kesulitan dengan adanya sistem on-line, maka pihak LUMINA Press bekerja sama dengan alumni UPH mengambil langkah strategis, yaitu membuat stand buku, untuk melayani penjualan buku secara langsung (off-line). Hanya saja stand buku hanya dibuka pada event-event tertentu saja. Nah kemarin ketika ada acara pelatihan MIDAS di Kampus UPH Karawaci, maka konsep stand buku LUMINA Press dilakukan uji coba. Ini kira-kira stand buku yang aku maksud.
Gambar 2. Stand buku LUMINA Press dan dua buku andalannya.
Sederhana ya. Tapi jangan salah, buku-bukuku yang dijual disana, laku keras. Ada sekitar 50 buah yang terjual, padahal tahu sendiri khan buku-bukuku harganya relatif mahal, paling murah adalah Rp 200 ribu. Coba saja bandingkan dengan buku-buku teknik sipil di toko-toko buku, masih banyak yang menjualnya tidak lebih dari Rp 100 ribu. Aku berani menjual dengan harga segitu (Rp 200 rb buku SAP dan Rp 240 rb buku Baja) adalah karena mutu dapat ditanggung. O ya, kalau masih ragu akan kualitas bukuku, lihat saja testimoni para pembaca yang baru membeli buku tersebut. Ini yang buku SAP dan ini yang buku Baja.
Apakah stand buku LUMINA Press hanya dibuka untuk event di UPH saja pak Wir ?
Itu awal saja. Maklum karena pelatihan MIDAS dikelola oleh HMJ TS UPH, maka komunikasinya khan gampang. Dari uji coba yang sukses itu maka tentu akhirnya event yang dimaksud tidak terbatas UPH saja. Jadi bagi penyelenggara acara dengan jumlah pengunjung teknik sipil yang mayoritas, seminar atau workshop teknik sipil (khususnya kekhususan struktur) maka boleh-boleh saja LUMINA Press diundang. Pasti akan dipikirkan, jika dapat diyakini bahwa orang teknik sipilnya berpotensi dengan buku tersebut, maka pihak LUMINA Press akan hadir.
Lalu apa untungnya para penyelenggara event tersebut mengundang LUMINA Press, khan hanya ngrepotin saja ?
Nggak juga sih. Bahkan adanya LUMINA Press tersebut peminat event teknik sipil bisa saja bertambah. Jadi seperti sambil menyelam minum air, dapat datang di acara utama event tersebut sekaligus dapat membeli buku-buku karangan saya. Maklum, selama ini buku-buku yang dimaksud khan hanya dijual secara on-line.
Itu dari sisi peserta seminar. Dari sisi penyelenggara, maka keikut sertaan stand buku LUMINA Press juga bisa menambah meriah acara atau event yang diselenggarakan. Bagaimana tidak, ini kasusnya seperti di acara pelatihan MIDAS kemarin, dimana LUMINA Press menyumbang enam buku (seharga 1.3 juta) untuk dijadikan door prize di acara yang diselenggarakan. Ini tentu akan menambah daya tarik peserta untuk menghadiri event dan membuat event tersebut dikenang. Kalau tidak percaya, lihat saja ekspresi para penerima door prize buku tersebut.
Gambar 3. Penerima door-prize di hari pertama
Sdri Nike Triclareza, asisten dosen ahli Struktur Baja di UPH, mewakili LUMINA Press menyerahkan door prize berupa buku Struktur Baja yang baru terbit kepada sdr Muhammad Hamzah Fansuri , mahasiswa dari UNNES yang tempo hari mengundangku di kampusnya.
Ini adalah contoh nyata, bagaimana sdr Fansuri mau jauh-jauh datang dari Semarang untuk mengikuti pelatihan Midas di Kampus UPH Karawaci. Itu tentu karena informasi dari blog atau facebook-ku, selain itu pasti merasa karena kalau mengikuti acara ini bisa sekali merengkuh dayung, dua kesempatan diperoleh sekaligus, yaitu ilmu Midas dan juga ilmu Baja. Jadi kalau ada event teknik sipil diselenggarakan dan ada stand buku LUMINA Press, maka para pesertanya akan bertambah semangat. Intinya win-win solusi. Penyelenggara senang dan penerbit juga senang karena bukunya terdistribusi dengan baik.
Tidak hanya mas Fansuri saja yang menerima door-prize, masih ada beberapa lagi. Ini buktinya :
Gambar 4. Penerima door-prize
Nah itulah strategi LUMINA Press dalam menyebarkan gagasan-gagasan saya via buku. Bagi penyelenggarakan event di Jabotabek, dan berminat bekerja sama untuk menyebarkan buku-buku teknik sipil berkualitas, silahkan untuk mengundang LUMINA Press untuk membuka stand buku di acara anda.
Semoga win-win solution adanya. Tuhan memberkati.
Tinggalkan komentar