Menarik juga, ada beberapa orang yang menghubungi saya via Facebook sekedar meminta pendapat tentang masalah teknis yang dihadapi. Hanya saja anehnya, mereka itu sebenarnya tidak mengenal atau bahkan tidak mencari tahu terlebih dahulu tentang saya. Banyak pertanyaan yang datang adalah di luar kompetensi saya sendiri. Dikiranya kalau sudah ahli teknik sipil, maka semua permasalahan teknik sipil pasti dapat saya jawab.
Asumsinya ahli di bidang teknik sipil itu bisa apa saja, pokoknya teknik sipil. Terus terang keahlianku khan hanya bidang struktur atau kerennya adalah structural engineering. Itulah mengapa aku piawai kalau disuruh menulis tentang structural analysis, bridge engineering, steel structure, timber engineering, concrete structure, computer programming dan semacamnya. Tetapi kalau soal penyelidikan tanah secara detail, itu sih bagian geotechnical engineering.
Pak Wir, kalau praktisi khan harus keduanya dihadapi.
Betul sekali dik, para para praktisi konstruksi harus menguasai keduanya dengan baik. Minimal yang standar-standar. Hanya ini khan bukan praktisi, tetapi dosen. Jadi saya bisa hidup hanya menguasai satu bidang itu saja. Hanya saja saya mencoba mendalami lebih dari yang lain. Itu berarti tidak semuanya diperlukan oleh para praktisi yang biasa. Dengan situasi tersebut, saya kalau di lapangan (praktik) maka ketemunya adalah masalah-masalah yang tidak biasa. Jika para ahli standar sudah angkat tangan, maka biasanya saya masuk. Problem solver begitulah.
Jadi biasa dong memberikan konsultasi teknis ya pak ?
Ya memang, itu salah satu keahlian formalku. Minimal memberikan konsultasi pendidikan pada mahasiswa yang sedang mengambil skripsi (S1) atau tesis (S2). Tentu saja yang masih dalam scope keahlian structural engineering tersebut.