sukses meniti karir

Ini tulisan intermezo, tentang topik yang diharapkan banyak pihak. Hanya saja isinya bisa saja berbeda-beda tergantung cara pandang penulisnya. Penulisnya berlatar belakang praktisi (konstruksi) dan saat ini hidup sebagai dosen (juga expert di industri konstruksi), tentu bisa dipahami apa yang disampaikannya adalah didasari oleh pengalaman karirnya tersebut. Jangan berharap isinya tentang kesuksesan karir bagaimana menjadi pejabat atau juga pengusaha. Bisa berbeda strateginya.

Tulisan tentang karir, ini seakan-akan meloncat dari tulisan-tulisan sebelumnya, yang banyak membahas tentang penerbitan buku (warna cover buku, buku istimewa 2023). Progress buku yang dibahas sudah on the right track, sesuai rencana. Saat ini posisinya, buku sedang tahap naik cetak. Ternyata untuk mencetak sesuai spesifikasi, perlu waktu empat (4) minggu dari sekarang. Itu berarti tidak bisa diperkenalkan kepada publik pada acara Seminar HAKI di Medan (19 Mei 2023). Padahal saya menjadi salah satu pembicaranya (ada di panggung). Ini bukti poster seminarnya.

Suatu even yang cukup besar khan, sayang terlewatkan. Moga-moga rencana launching buku yang akan diadakan oleh Progdi Teknik Sipil UPH (2 Agustus 2023) dapat terlaksana. O ya, pihak LUMINA Press berencana membuka meja promosi dan penjualan buku di Seminar HAKI di Jakarta (22 Agustus 2023). Semoga ini juga bisa sukses terlaksana.

He, he kembali ke laptop, ke masalah sukses meniti karir.

Jujur, saya menulis ini karena terinspirasi oleh pertemuan kemarin dengan teman kerja lama, yang puluhan tahun tidak ketemu. Saya berpikir karena sudah sukses, maka jadi lupa. Eh ternyata tidak seperti itu halnya, bahkan kebalikan dari yang aku pikirkan. Orangnya datang secara tiba-tiba, terkesan kusut dan nampak tua (padahal umurnya di bawahku), ditemui bersama rekan kantor yang lain, obrol punya obrol, yang bersangkutan ternyata mencoba mencari peluang kerja. Ini tentu suatu hal yang sangat jarang terjadi. Ini sekedar petunjuk, ternyata ada orang yang belum tahu bagaimana cara meniti karir yang sukses.

Agar sukses dalam berkarir, sehingga bisa berdiri tegak penuh percaya diri dan mensyukuri hidup, maka ada dua faktor yang menentukan, yaitu [1] faktor di dalam diri kita; dan [2] faktor di luar diri kita. Jika ke dua faktor itu bisa bertemu dan cocok, maka kesuksesan adalah tinggal menunggu waktu. Oleh sebab itu kita harus menyadari, meskipun faktor di dalam diri kita sudah dianggap ideal, tetapi kalau belum ketemu atau tepatnya belum mendapatkan kesempatan yang baik atau pas dengan faktor di luar diri kita, maka tentu tidak ada rasa suka cita yang diperoleh . Agar sukses, dan akhirnya dapat bersuka-cita, bisa saja mencari faktor luar di tempat lain, yang pas.

Nah poin yang terakhir itu yang bisa memahami, mengapa ada teman kerja yang akhrinya perlu “keluar”. Ini sesuatu yang wajar , siapa tahu di luar akan menjadi semakin baik. Pertemuan kemarin menunjukkan bahwa ternyata tidak seperti itu adanya.

Adanya dua faktor, diri kita dan dunia luar, menunjukkan bahwa tidak setiap keinginan kita, pasti akan mendapatkan kesuksesan. Baru ketika dua faktor tersebut, diri kita (kompetensi) dan dunia luar (kesempatan) itu pas, atau cocok, maka kesuksesan akan terjadi. Ingat apakah bisa pas, itu yang harus kita pikirkan. Tentang hal tersebut, ada narasumber yang berpendapat atau mungkin untuk menghibur, yaitu “cobalah terus, pantang menyerah, suatu saat pasti akan berhasil, selanjutnya menunjukkan bukti-bukti real yang mendukung ide tersebut“. Kapan saat berhasil itu, tidak ada yang tahu. Bagaimanapun juga, ketika mencoba, maka waktu terus berjalan, usia bertambah, dan tentu saja itu semua akan sangat mempengaruhi.

Kita harus realistis tentang hal tersebut. Kalau tidak, maka kejadian kemarin yang saya ceritakaan di atas, akan terjadi. Saya tentu saja merasa prihatin, hanya saja untuk suatu pekerjaan tertentu, tidak bisa sekedar dijadikan pelarian.

Langkah utama yang bisa dilakukan adalah menyiapkan bagian dari diri kita untuk sukses. Pertama adalah mengenal betul diri kita, mana kekuatan dan mana kelemahan. Ada tiga komponen di dalam diri kita yang menunjang kesuksesan dalam kehidupannya, yaitu : [1] ketrampilan yang dimiliki (pengalaman formal akademik atau non-andemik); [2] bakat (talent); dan [3] karakter, atau kebiasan dalam kehidupan kita.

Kecuali bakat, yang memang dari sononya, maka ketrampilan dan karakter biasanya dipengaruhi oleh proses pendidikan dan lingkungan kehidupannya di masa muda. Semakin tua umur seseorang, maka mengubah karakter atau menambah ketrampilan, menjadi sesuatu yang semakin berat. Itu pula alasannya, mengapa perusahaan mau menerima anak muda yang baru lulus untuk menjadi pegawai dan kemudian mendidiknya lagi. Jelas, nggak ada yang mau menerima yang sudah tua.

Oleh sebab itu, keterlambatan menyadari bagaimana mencapai kesuksesan dalam kehidupan saat sudah berumur, maka hanya penyesalan yang terjadi. Pada kasus seperti ini, banyak yang kemudian menyalahkan orang lain sebagai kambing hitam ketidak-suksesan tersebut. Jika ini terjadi, maka saya yakin, hanya akan kegetiran yang ditemui, dan kesuksesan akan menjadi semakin menjauh. Jadi kalau begitu bagaimana ?

Sukses adalah terwujudnya harapan, yang terkait dengan pihak lain. Pihak lain itu punya kriteria, jika kita tidak bisa memenuhi kriteria tersebut, maka tentu kesuksesan tidak akan tercapai. Jadi jika kasusnya sudah terjadi (sudah berumur), maka yang pertama adalah introspeksi diri terlebih dahulu. Mencari tahu ke tiga (3) point penunjang kesuksesan di atas, dari sana kita tawarkan ke pihak lain yang mempunyai kriteria yang bisa dipenuhi. Jika perlu, nggak usah takut untuk down-grade dibanding karir yang dulu. Nah di sini biasanya ego yang tidak memungkinkan.

Jujur menasehati orang muda itu lebih mudah daripada menasehati orang tua yang tidak sukses (gagal). Biasa kalau ketemu orang di atas usia 40 tahun, saya takut menasehati (kecuali tentu jika diminta pendapat). Karakternya sudah terbentuk.

Paling baik adalah menasehati anak-anak muda (yang mau), dan tentu saja anaknya sendiri. Ini tentu sangat penting, karena kalau sampai anak-anaknya sendiri di hari tua bermasalah, pasti tidak punya waktu juga untuk memikirkan orang tuanya. Jadi adalah kewajiban orang tua untuk memastikan anak-anaknya, minimal bisa mandiri, agar nanti minimal tidak menjadi bahan pemikiran orang tuanya di hari tua, dan bahkan bisa memikirkan balik.

Sebagai seorang yang berpengalaman berkeluarga sejak 1991 atau sudah 32 tahun, maka mendapatkan jodoh yang baik, adalah salah satu syarat untuk mendapatkan kesuksesan hidup. Untung saja saya dulu menikah relatif muda, sebelum pensiun, anak-anak sudah selesai kuliah, dan sudah ada yang berumah-tangga. Bisa dibayangkan, jika terlambat menikah, maka pada usia tua, harus kerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya. Beruntung, jika terlambat menikah, tetapi di usia tua sudah bebas finansial. Nggak ada masalah itu. Tetapi apa ada jaminan jika menika terlambat itu kalau tua akan bebas finansial.

Oleh sebab itu, kepada anak-anak, aku menjelaskan agar segera ketika sudah mendapatkan kepastian karir agar segera mencari jodoh untuk mau bersama-sama menjalani kehidupan ini. Kepastian karir, biasanya sudah bisa terdeteksi ketika sudah lulus SLTA atau SMA. Ini tentu jika jalan kehidupan sesuai cita-citanya, misalnya ketika SLTP sudah bercita-cita jadi dokter. Akibatnya cari SLTA yang alumninya banyak ketrima di FK. Jadi ketika lulus SLTA dan bisa masuk FK, maka jelas itu karirnya sudah pasti. Upaya yang dilakukan sekedar belajar giat, dan mencari peluang mendapatkan jodoh. Saya yakin, hal seperti ini tidak setiap orang tua berani menyatakan kepada anaknya. Jika cewek, maka itu lebih aku tekankan lagi. Maklum usia prima seorang putri untuk menarik minat jodoh adalah di bawah 30 tahun. Ini ideal, meskipun setelah itu sah-sah saja, dengan catatan fisik masih prima.

Jujur, saya bilang ke anak-anak bahwa secara rasional cowok masih melihat fisik sebagai hal utama, sedangkan dari sisi cewek akan melihat cowon dari potensi kemapanan di masa depan. Oleh sebab itu wajar ditemui di lingkungan kerja saya, seorang cewek dengan karir yang bagus, ternyata masih melajang. Hal-hal ini aku identifikasi agar bisa dijadikan bahan renungan anak-anak muda (anak saya atau yang lain yang mau mendengar) dalam melangkah. Karir dan keluarga itu seperti dua hal yang paralel dalam kehidupan, bahkan bisa saling menopang.

Dengan cara pikir seperti itu, maka tahun 1991 saya melangkah dalam perkawinan. Istri saya empat (4) tahun di bawah saya, menurut kepercayaan Tionghoa, itu seperti kaki meja, cocok. Ini aku ingat betul, sekedar motivasi dalam berkeluarga. Setelah 32 dalam kehidupan perkawinan ternyata ok-ok saja. Apakah karena kepercayaan kaki meja atau bukan, aku nggak tahu. Intinya, hal-hal yang positip, selalu aku ingat, yang tidak mendukung, buang.

Agar keluarga bisa saling menopang, maka anggota keluarga dibebaskan berkarir atau meraih prestasi, pengikatnya adalah saling kepercayaan dan komitmen untuk membentuk keluarga untuk kebaikan bersama dan untuk kemuliaan Tuhan. Ini memang visi jauh, itu pula alasannya mengapa harus memilih istri yang seiman, agar tujuan di atas bisa tercapai. Jika berbeda agama, tentu akan ada pertanyaan terkait Tuhan. Ini bisa jadi masalah, dan biasanya jika aku amati mereka ada salah satu yang mengalah, atau bahkan bersifat universal, tidak condong salah satu.

Bagi anak muda, modal pendidikan adalah sangat penting. Ini akan menambah komponen ketrampilan, yang dalam perjalanannya akan mempengaruhi karakter pribadinya. Meskipun praktiknya, hasil pendidikan yang baik, selain membekali dengan ketrampilan juga akan merubah mindset dan kemandirian. Dua hal ini, yang sebenarnya paling penting. Itu pula alasannya, mengapa pendidikan anak-anak tidak ada yang sama dengan kampus papanya. Agar diperoleh kemandirian.

Salah satu indikator kesuksesan adalah mampu hidup mandiri, meskipun ketika dalam proses pendidikan, masih dibiayai oleh orang tua. Ini penting, karena saya menjumpai masih banyak orang tua yang enggan anak-anaknya jauh darinya selama proses pendidikan. Maunya di dekap terus, jika ada masalah anak, maka orang tuanya yang maju. Sampai kapan orang tua bisa selalu bersama anak-anak.

Wah panjang juga, karena sukses itu biasanya telah menjadi karakter. Banyak bukti, jika seorang anak sukses di bagian tertentu, maka di bagian lain juga sukses, dan jika tidak sukses maka di mana-mana juga gagal. Ini biasanya harus ada perubahan dari sisi karakternya. Rejeki itu ibarat seperti kita akan memilih restoran untuk makan siang / malam. Kita cenderung memilih restoran yang ramai, dan bukan yang sepi. kalau hal seperti itu khan ada kesan tidak adil. Ini juga berlaku pada karir dosen, ada dosen yang selalu bisa dengan mudah menerbitkan artikel di jurnal international terindeks Scopus, adapun saya perlu kerja keras sekedar memenuhi syarat satu jurnal bereputasi tiap tiga tahun sekali. Juga menjawab mengapa setiap semester selalu mendapat undangan sebagai pembicara seminar, adapun yang lain tidak seperti itu. Hidup itu aneh, tidak bisa diukur dengan adil atau tidak. Mindset kita harus berubah yang positip.

Saya kira cukup dulu, sekedar untuk uneg-uneg akan keprihatinan saya pada seseorang, yang sebenarnya hal itu bisa dihindari jika puluhan tahun lalu yang bersangkutan mau mendengarnya. Waktu telah berlalu, usia bertambah, semoga yang bersangkutan menemukan jalan yang pas untuk hidupnya, dan bisa mensyukurinya. Tuhan memberkati kita semua.

buku istimewa 2023

Post yang terakhir saya tulis adalah tentang cover buku yang akan terbit. Terima kasih atas masukan yang diberikan. Keputusan final untuk cover buku saya itu adalah warna hijau. Alasan utama memilih warna tersebut adalah karena belum pernah dipilih untuk buku-buku saya yang telah terbit. Ini dipilih agar yang sudah mengkoleksi buku-buku saya, dapat dengan cepat membedakan masing-masing. JIka alasan memilih warna karena bagus atau tidaknya, maka itu bersifat subyektif. Jika itu yang digunakan, maka tidak akan selesai-selesai dibahasnya.

Tulisan adalah produk intelektual tertinggi, sebagai cara agar ide atau pikiran kita dapat dipahami orang lain. Hanya saja sekarang ini, akibat kemajuan teknologi, maka tidak hanya tulisan tetapi juga ucapan lesan dapat berfungsi sama. Meskipun ucapan lesan yang direkama bisa digunakan untuk menyampaikan ide atau pikiran, tetapi mempunyai keterbatasan. Ide dan pikiran yang disampaikan via ucapan lesan, hanya akan dipahami oleh orang lain yang mempunyai latar belakang pemikiran yang sama. Itulah mengapa cara tersebut sangat efektif untuk khotbah agama, tetapi tidak bisa digunakan untuk menyampaikan ide di bidang rekayasa. Maklum untuk menyampaikan latar belakang tentang apa yang disampaikan adalah hal yang tidak mudah. Nah, di situlah keunggulan tulisan dalam bentuk buku, karena bisa disertakan juga gambar-gambar yang merupakan sejuta kata.

Oleh sebab itulah, maka penerbitan buku saya tahun ini adalah penting. Agar gagasan sekaligus kedalaman dan keluasan berpikir, khususnya di bidang ilmu yang digeluti, dapat diketahui orang lain. Buku bagi seorang dosen atau tenaga ahli adalah seperti halnya panggung bagi seorang penyanyi. Sehebat apapun seorang penyanyi, jika hanya menyanyi di kamar mandi, tanpa diketahui orang lain, maka tentu saja nyanyiannya sia-sia (sekedar untuk pelepas emosi saja).

Bagi saya, menulis buku itu tidak bisa sekedar menulis, atau sekedar untuk mendapatkan kum di kampus. Karena dari karya tulis itulah maka kita akan tahu kualitas penulis, juga keilmuan yang dimiliki. Pada dasarnya menulis itu “berat”. Buku yang akan terbit ini telah aku mulai sejak 2021 akhir. Setahun lebih. Sebenarnya bagian yang paling sulit adalah mencari topik yang cocok untuk dibuat buku. Topik tersebut harus istimewa. Jika tidak istimewa, tentu orang malas melihat apalagi membacanya. Tentang hal itu, maka saya sangat terbantu oleh kegiatan di luar kampus, sebagai tenaga ahli di Kementerian PUPR maupun di proyek-proyek. Itu membuat wawasan pergaulan maupun objek yang dibahas menjadi lebih banyak, yang tentu saja tidak bisa diperoleh jika sekedar bergaul dan bekerja di kampus saja. Adapun topik pada buku saya ini, ditemukan di komunitas Kementerian PUPR (pemerintah), yaitu tentang jembatan gantung pejalan kaki, yang saat ini di masa pemerintahan pak Jokowi telah dibangun lebih dari 400 buah, dan masih akan dibangun lagi.

Isi buku yang akan terbit ini cukup istimewa, yang bahkan hasilnya tidak saya bayangkan pada bulan pertama atau ke dua ketika mulai menulis. Itu bisa terjadi karena menulis yang baik adalah jika kita bisa menggabungkan pengetahuan kita, baik secara sadar maupun secara tidak sadar (bawah sadar). Tentang hal itu, tentunya tidak perlu diperdebatkan, ada yang percaya dan ada yang tidak. Tetapi jika anda penulis, maka diyakini anda akan seperti saya, sangat mempercayainya. Tanpa dibantu kemampuan bawah sadar, maka kita tidak akan bisa berimprovisasi dengan imajinasi dan rasio kita. Dari situ bahkan kita bisa menulis banyak hal dan tempat, tanpa harus mengunjunginya secara fisik. Apalagi saat ini sangat dibantu oleh adanya internet, dunia maya yang benar-benar real.

Agar istimewa, maka tampilan buku harus dirancang sedemikian rupa. Maklum jumpa pertama buku tersebut adalah dari tampilan luar. Oleh sebab itu tampilan luar harus diolah dengan baik. Berdasarkan konsultasi dengan mitra kerja yang membantu mewujudkan buku ini, maka disaraankan untuk menggunakan sampul tebal atau hardcover. Agar terkesan elegan maka sampul tebal tersebut harus sederhana, dan jangan banyak tulisan. Hanya saja agar buku mudah diamati secara sepintas, maka perlu dibuat lagi sampul pelapis, yang tipis, yang disebut softcover. Untuk membayangkan sampul buku saya, maka ini foto sampulnya.

Lanjutkan membaca “buku istimewa 2023”

cover buku 2023 – warna apa ?

Dosen profesional apalagi GB itu diberikan tunjangan tambahan oleh pemerintah. Itu adalah hak sebagai bagian dari profesi yang diakui oleh negara, yaitu dosen, yang bertugas mendidik anak bangsa ini. Hak adalah yang akan diterima, tetapi mereka juga punya kewajiban, yaitu melaporkan kinerja mereka dengan profesi dosen tersebut, yang dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu porsi pendidikan & pengajaran; porsi penelitian dan publikasi ilmiah; dan ke tiga porsi pengabdian bagi masyarakat.

Terkait hal tersebut maka sebagai GB setiap 3 (tiga) tahun ditagih untuk menghasilkan minimum 1 (satu) buku ajar; 3 (tiga) jurnal international atau 1 (satu) jurnal international terindeks (misalnya Scopus) dan bereputasi. Itu juga merupakan syarat untuk meraih jenjang GB. Itu semua sebenarnya sekedar bukti bahwa dosen yang dimaksud mempunyai kompetensi ilmiah dan layak disebut GB. Pada kenyataan, yang penting bahwa mereka telah mencapai standar minimum yang disyaratkan oleh pemerintah. Terkait hal itu, sebagai seorang reviewer BKD pernah ditemukan jurnal ilmiah dari dosen bergelar tertinggi, ternyata publikasi di jurnal abal-abal. Ini jadi pertemanan menjadi tidak enak. Kalau kondisi seperti itu, maka selalu yang saya tekankan, tolong cari bukti lain, yang tidak termasuk jurnal yang saya sebut abal-abal itu. Karena kalau itu, maka saya tolak. Kadangkala ada alasan, kalau asesor satunya sudah ok. Kalau kondisi ngeyel seperti ini, biasaya saya melepas posisi saya sebagai reviewer, saya minta cara reviewer yang lain. Pikiran saya, reviewer nggak digaji, maka idealisme setinggi mungkin, nggak mau ngikutin saran, cari yang lain saja.

Lanjutkan membaca “cover buku 2023 – warna apa ?”

cover buku 2023 versi pertama

Puji Tuhan, materi penulisan untuk buku telah selesai (format MS Word). Selanjutnya bisa melangkah lebih lanjut ke format Indesign, untuk akhirnya dicetak.

Seperti biasa, buku yang saya buat harus terbaik yang bisa dikerjakan. Juga judul buku, serta isi adalah khas dan tidak boleh meniru yang lain. Oleh sebab itu materi yang saya tulis juga sekaligus unjuk kompetensi profesional yang saya miliki. Apa yang pernah menyangkut dibenak, saya cobakan ungkapkan dalam bentuk tulisan. Minimal apa yang saya rangkai itu adalah real, berdasarkan pengalaman di lapangan dan juga telah dikonfirmasi dari bacaan ilmiah yang mendukung. Semuanya itu akan dijelaskan secara kronologis sekaligus rasional. Ini penting untuk mengevaluasi apakah memori di kepala ini memang layak disimpan untuk tidak dilupakan, atau harus diganti memori lain yang baik dan benar.

Seperti biasa, saya coba tampilkan dulu sampul buku dan nomer ISBN. Penerbit yang bekerja sama untuk kali ini adalah UPH Press. Penerbit kampus tempat saya bekerja yang mulai aktif lagi.

O ya lembar ISBN dan penerbitnya adalah sebagai berikut.

Foto pada cover buku ini adalah khusus. Foto tersebut adalah pemberian Bapak Jajang Rakmat (Project Manager PT Bukaka Teknik Utama Tbk), fabrikator jembatan gantung PUPR. Beliau sangat gercep ketika diminta foto proyek-proyek beliau. Sudut pengambilan foto sangat istimewa, tidak setiap orang bisa mendapatkan angle foto seperti itu. Foto tersebut memperlihatkan jembatan gantung PUPR dari atas puncak tower, memakai drone. Buku istimewa harus ditunjang foto istimewa.

Foto relevan dengan judul buku “Jembatan Gantung Infrastruktur Kemakmuran”. Intinya daerah yang mendapatkan perhatian dengan dibangunnya jembatan gantung pejalan kaki, maka tentunya kemakmuran hanya soal waktu saja. Itu tentu saja jika rakyatnya bisa mensyukuri dan memanfaatkan anugrah tersebut.

Seperti biasa, sambil memindahkan teks dari format MS Word (cara mudah untuk menuangkan ide) ke format Indesign (standard industri untuk buku cetak kelas dunia), maka saya juga akan mencari format bentuk buku yang terbaik. Menurut saya, membuat buku itu haruslah yang terbaik secara menyeluruh. Tidak hanya dari segi content (isi / materinya), tetapi bentuk tampilan harus terbaik. Ini untuk antisipasi jika ada orang awam membacanya, boleh saja dia tidak paham arti tulisannya, tetapi gambar-gambar yang ada, kertas, bentuk buku tentunya dapat dinilai selama itu terlihat mata. Saya selalu berusaha agar buku layak untuk dijadikan hadiah (fisik menarik). Ibarat seperti pemuda melihat pemudi untuk istrinya, fisik pertama yang menjadi perhatian, baru setelah itu isi hatinya. Cantik luar dalam !

Pada kesempatan ini, untuk teman-teman pengusaha yang bisnisnya bisa dikaitkan materi buku. Saya memperbolehkan menyisipkan lembar portofolio bisnis perusahaan anda pada buku ini, untuk promosi dengan ikut paket sponsor. Itu diperlukan untuk mendukung biaya percetakan buku dengan mutu terbaik yang bisa diperoleh di negeri ini. Saya yakin jika portofolio perusahaan bapak dan ibu bisa turut termuat bersama buku ini, dipastikan akan bertahan lama. Buku-buku saya selama ini selalu dijadikan rujukan para insinyur Indonesia.

Ini buku istimewa karena pada buku ini saya berkolaborasi dengan dedengkot ahli jembatan PUPR yang senior. Orang-orang yang terlibat di proyek jembatan-jembatan di Indonesia, pasti mengenal beliau berdua, yaitu bapak Herry Vaza dan bapak Iwan Zarkasi. Mantan salah satu direktur di Ditjen Bina Marga, Kementrian PUPR. Ini alasan mengapa saya bisa bilang, ini buku jembatan gantung paling lengkap yang diterbitkan berbahasa Indonesia.

Ok, saya akhiri terlebih dulu ya. Pos berikutnya adalah Table of Content atau Daftar Isi buku tersebut. O ya, buku ini tidak setebal buku-buku saya sebelumnya. Jumlah halamannya hanya 300 halaman utama, plus kata sambutan dan lain-lain, maka total sekitar 350 lembar. Materi buku ini akan bercerita tentang jembatan gantung PUPR dan Helvetas (Nepal), fokus materi bukan pada hitungan tetapi filosofi engineering. Style penulisan seperti ini masih sangat jarang dilakukan oleh para ahli di Indonesia. Nggak mudah mengubah hitungan yang banyak, menjadi cerita kisah seperti halnya novel. Yakin karena tanpa memahami esensi, maka insinyur hanya berani berkutat pada hitungan, adapun makna dari hitungan tersebut belum tentu tahu. Jika hanya bermodal sok tahu, bisa hilang itu reputasi dikuliti para ahli sesungguhnya.

Meskipun ini hanya 300 halaman, tetapi isinya adalah intisari rekayasa tentang jembatan gantung pejalan kaki. Ini fakta ya, bukan sombong. Dengan modal materi buku ini, kemarin sewaktu membimbing mahasiswa arsitektur UPH di lomba jembatan PUPR maka langsung menyabet juara pertama. Bayangkan !

Video di atas pengumuman resmi UPH sebagai juara pertama di acara yang dihadiri Menteri PUPR. Adapun detail tertulis tentang juara-juara dari lomba itu telah dirilis di pengumuman tersendiri sebagai berikut.

Lomba ini ternyata menarik perhatian para mahasiswa dan umum di seluruh Indonesia lho. Saya dapat info bisik-bisik dari salah satu juri, yang nggak tahu kalau kampus saya juga ikut sebagai peserta. Materi lomba memang memakai cara penilaian buta, para juri tidak tahu siapa yang buat. Katanya peserta yang mengirim ke panitia sangat banyak dari seluruh Indonesia, dan hanya 145 peserta yang lolos administrasi yang ditetapkan panitia. Selanjutnya disaring oleh para ahli jembatan dan tinggal 84 peserta atau 58% yang dianggap layak secara rekayasa. Dari sejumlah itu maka tim juri dari fabrikator menyaring lagi, memilih desain yang dianggap layak difabrikasi, dan tinggal 10 peserta atau 7%. Akhirnya dari sepuluh peserta itu dipilih oleh juri yang berlatar belakang arsitek untuk memilih 3 pemenang lomba atau hanya 2% saja. Para pemenang di atas tentunya adalah tim-tim istimewa. Dari ketiga pemenang, maka urutan pemenang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga, bapak Hedy Rahadian.

Nah untuk mengetahui siapa-siapa juri yang terlibat, untuk melihat validitas penilaian yang diberikan, lihat tabel berikut.

Bagi para insinyur Indonesia yang tertarik memahami apa itu jembatan gantung pejalan kaki. Buku ini wajib dibaca. Matur nuwun.

curhat di awal 2023

Saya akan mengutip sekaligus merespons curhatan mas Kukuh Budi Utomo (mahasiswa kampus favorit) yang menulis di komentar blog ini, sebagai berikut :

Hallo Pak. Selamat Malam. Saya sangat suka membaca artikel bapak tentang skripsi.

Saya mau nanya Pak. Saya sedang mengerjakan skripsi. Tapi yang jadi masalahnya adalah dapat dosen pembimbing yang tidak pernah membimbing. Saya mengajukan proposal yang sudah jadi Bab 1 ke dosen pembimbing. Kemudian saya tanya bagaimana hasilnya. Malah nggak dikoreksi. Malah disuruh lanjut seterusnya. Padahal saya maunya dikoreksi, biar kalau ada yang kurang bisa diperbaiki atau ditambah. Setelah selesai Bab 2. Disuruh lanjut. Begitu lagi suruh lanjut terus. Saya kan jadi bingung, mau konsultasi kalau ada yang nggak tahu, mau tanya ke pembimbing tapi malah nggak pernah dibimbing. Saya jadi kesulitan nulis skripsinya.

Saya tanya pada kakak tingkat yang sudah-sudah, ternyata memang begitu karakternya. Suruh lanjut lanjut terus nggak dikoreksi sampai selesai. Eh tau-taunya nggak dikoreksi sampai ujian skripsi. Pas ujian skripsi kakak tingkat, yang saya tanyai, dapat banyak banget pertanyaan. Katanya sih dibantai gitu. Pas diuji ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Terus dapat revisian banyak. Saya membayangkan ke diri sendiri, saya jadi ngeri sendiri melihat saya besok gimana.

Padahal saya kuliah di salah satu universitas negeri di **sensor** lho Pak. Kok ada dosen yang kayak gitu. Nggak mencerminkan dengan visi kampus yang katanya mau masuk ke world class university. Saya cek latar belakang dosen tersebut dia S1 dan S2 nya di **sensor**. Sekarang lagi kuliah S3. Beliau termasuk dosen yang murah dalam ngasih nilai banyak yang dapat A kalau mata kuliah yang diampu sama beliau. Paling paling kalau banyak yang salah. Dapat A.

Saya jadi takut gimana nanti pas ujian skripsi jika dihadapkan sama dosen lain yang lebih kritis. Ya kalau ujian skripsi cuman satu orang alias dosen pembimbing nggak masalah sih. Ntar juga murah ngasih nilainya. Wkwkk. Lha tapi kan nanti dosen yang nguji ada 3.

Maaf pak jadi curhat.

Profesi dosen itu gampang-gampang sulit. Curhatan mas Kukuh Budi Utomo di atas menunjukkan bahwa dosen yang murah kasih nilai saja masih di-complaint, apalagi jika pelit nilai. Bisa-bisa akan lebih banyak curhatan dari muridnya.

Untuk kasus bimbingan skripsi, umumnya mahasiswa akan banyak complaint jika dosennya banyak ngasih koreksi untuk perbaikan. Jika tidak dikoreksi, umumnya mahasiswanya senang dan bahkan bangga. Ini mas Kukuh koq berbeda, kecewa karena nggak dikoreksi dan jadi curhatan. Maklum dikoreksi dan dibaca itu berbeda. Nggak dikoreksi tetapi sudah dibaca, maka rasanya tidak ada yang salah dengan dosen tersebut. Bermasalah, jika ternyata dosennya nggak mau membaca. Ini berarti dosennya nggak ada perhatian. Mahasiswa jika kecewa bisa dimaklumi karena merasa tidak diperhatikan.

Lanjutkan membaca “curhat di awal 2023”

renungan receh 14 Des 2022

Lama tidak menulis di blog, tidak berarti sudah tidak suka menulis lagi. Maklum banyak waktu habis sekedar untuk buku “Jembatan Gantung Infrastruktur Kemakmuran”. Judul khusus yang belum pernah ada dan semoga nantinya bermanfaat. Nggak tahu kenapa, meskipun sudah berbulan-bulan menulis, ternyata progress kemajuan tidak terlalu cepat. Hari ini baru mencapai halaman ke 260. Siapa tahu menulis receh di blog ini, berikutnya semakin lancar. Untuk BKD GB, besok Feb 2023 harus sudah terbit. 🙂

Tulisanku hari ini sekedar mencoba memaknai apa yang saat ini sedang menjadi tren, yaitu pesta mantu pak Jokowi, dan apa makna positip yang dapat kita ambil hikmatnya.

Saat ini usia saya sudah lebih 1/2 abad, ketika melihat berita TV tentang pesta mantunya pak Jokowi, maka yang yang terbersit dalam pikiran saya adalah begitu dimuliakannya keluarga beliau dengan acara tersebut. Sangat santun beliau memberikan komentar bahwa ini adalah pesta budaya, melestarikan warisan leluhur.

Sebagai orang Jogja, saya merasa juga tersanjung, koq ya bisa-bisanya pak Jokowi yang orang Solo mendapatkan besan orang Jogja. Dengan demikian kebudayaan ke dua kota tua tersebut dapat terangkat nyata ke permukaan lagi. Dengan adanya pesta mantu pak Jokowi, maka kota Jogja dan kota Solo menjadi mulia.

Jujur, saya adalah salah satu orang yang sejak dulu mengidolakan sosok Jokowi. Terlepas dari komentar iri banyak pihak, saya sampai sekarang masih melihat beliau sebagai sosok panutan. Tidak sekedar sebagai sosok presiden, tetapi juga sebagai sosok ayah, pemimpin di keluarganya.

Saya ini penganut, bahwa yang namanya KARIR dan KELUARGA itu dua hal yang tidak bisa diperbandingkan, harus dibina bersama-sama agar mendapatkan keseimbangan dan bisa berjalan berdua secara seimbang. Kalau saya menjelaskannya kepada anggota keluarga, anak-anak saya, maka suami dan istri itu dalam berkeluarga ibarat seperti naik tangga, bekerja bersama-sama secara sederjat, menaiki tangga menuju cita-cita bersama kebahagiaan. Kesuksesan KARIR akan menjadi enerji baru dan prasarana dalam menempuh kehidupan. Kesuksesan KELUARGA akan mengisinya dengan perasaan kasih dan suka-cita, serta ketulusan dalam kehidupan ini. Karena pemahaman itu pula, maka saya tidak melakukan dikotomi antara keduanya, seperti kamu harus sekolah dulu, baru mikiran untuk berkeluarga. Tetapi dari awal, saya selalu menekankan, bahwa keduanya penting.

Adanya pemikiran di atas, maka ketika pada acara wisuda UPH kemarin, dimana salah satu bapa pendiri kampus tersebut berpidato, yaitu bapak James Riadi tentang jodoh untuk membentuk KELUARGA bagi para alumni UPH, maka saya terkesan sekali. Jujur saja, nasehat-nasehat seperti itu pada masa sekarang kelihatannya tidak mudah. Saya lebih mudah untuk bercerita tentang esensi struktur baja, dan pernak-perniknya, dibanding harus menggurui anak-anak muda yang lain tentang jodoh. Pasti banyak yang mencibir. Siapa anda, yang tidak mempunyai sertifikasi tentang keluarga, koq berani-beraninya mengajar tentang hal tersebut.

Nah daripada saya bercerita tentang hal tersebut, dan tidak didengar. Ada baiknya saya mencoba mengungkapkannya menjadi pemikiran tertulis tentang keduanya di blog ini. Jelas saja, materinya tidak ditujukan bagi orang seumuran saya (1/2 abad lebih). Nggak ada gunanya, kecuali tentu saja bagi anak-anaknya, atau anak muda lain, yang masih muda dan belum berkeluarga. Agar menjadi bahan pemikiran dalam merencanakan hidup ber KARIR dan ber KELUARGA nantinya.

Lanjutkan membaca “renungan receh 14 Des 2022”

pemilihan nilai R pada konstruksi rumah kontainer 1-2 tingkat

Ada pertanyaan menarik dari pembaca blog ini, yaitu tentang perencanaan tahan gempa rumah kontainer, sebagai berikut :

William pada berkata:

Selamat malam pak, maaf mengganggu. Saya William mahasiswa teknik sipil. Saya ingin tahu kira-kira untuk konstruksi rumah kontainer 1-2 tingkat itu termasuk ke jenis struktur apa ya ? Soalnya saya lihat pilihannya di ASCE 7-16 dan SNI 1726, bingung jenis apa yang cocok dengan struktur ini dan berapa nilai R yang digunakan. Mohon penjelasannya mengenai ini pak, terima kasih pak.

Pertanyaan ini kelihatannya sepele, karena tentang rumah 1-2 tingkat, tetapi menjawabnya ternyata tidak sepele. Pertama adalah karena ada kata kontainer, sehingga tentunya berbeda dari ruma 1-2 tingkat pada umumnya. Oleh sebab itu perlu didalami apa yang dimaksud dengan “rumah kontainer 1-2 tingkat” tersebut. Ini tentunya sesuatu yang tidak biasa, jelas bukan hasil kreatifitas tukang bangunan yang biasa mengerjakan rumah tinggal. Pastilah ini adalah ide orang-orang yang punya akses atau pengetahuan tentang kontainer dan modal untuk membawa kontainer tersebut ke lokasi. Jelas itu semua memerlukan alat-alat khusus. Moga-moga istilah kontainer yang dimaksud adalah box kontainer yang bisa digunakan dalam pengiriman produk ekspor-impor. Untuk itu mesin Google adalah yang paling tepat untuk menjawabnya.

Wo ternyata hasil pencarian mesin Google banyak banget hasilnya, dan salah satunya saya tampilkan di sini ya, sebagai berikut .

Rumah kontainer (sumber : https://www.rukita.co/stories/inspirasi-rumah-kontainer/)

Mantab sekali fotonya, ternyata itu yang disebut rumah kontainer 1-2 tingkat. Dari foto tersebut tentunya bisa diduga bahwa rumah tersebut dibuat dengan menyusun kotak-kotak kontainer yang biasa dipakai untuk pengiriman barang logistik ke berbagai benua. Adanya jendela dan kaca selasar tentunya dengan cara melubangi dinding kontainer tersebut. Adanya lubang-lubang tentunya akan memperlemah kekuatan kontainer, sehingga perlu diperhitungkan dengan baik oleh insinyur.

Lanjutkan membaca “pemilihan nilai R pada konstruksi rumah kontainer 1-2 tingkat”

Karakter dinamik sistem struktur baja

Studi kasus : jembatan gantung pejalan kaki

Dampak memakai bahan material mutu tinggi, seperti baja, menyebabkan struktur yang dihasilkan relatif langsing dan “ringan”. Apalagi jika mekanisme kerja elemen strukturnya didominasi oleh mekanisme gaya aksial tarik. Untuk elemen seperti itu, meskipun terkesan langsing tidak akan mendapat permasalahan stabilitas (tekuk). Contoh struktur yang dimaksud adalah struktur dengan elemen kabel. Misalnya, jembatan gantung atau jembatan cable-stayed, atau yang semacamnya. Itu alasannya, mengapa sistem struktur seperti itu digunakan pada jembatan-jembatan bentang panjang.

Parameter kekakuan [k], dan massa [m] akibat berat sendiri, sangat menentukan karakter dinamik struktur, yang ditunjukkan dengan besarnya frekuensi alami, rumusnya fo=√(k/m)/(2 phi). Kekakuan [k] pada dasarnya adalah besarnya gaya untuk menghasilkan satu unit deformasi. Untuk kekakuan aksial [k]=AE/L, untuk kekakuan lentur terhadap beban terpusat [k]=48EI/L^3. Jembatan gantung mempunyai nilai kekakuan antara kedua nilai kekakuan struktur tersebut. Besarnya kekakuan pasti berbanding terbalik dengan panjang bentang (L). Untuk penampang sama, semakin panjang bentang, maka kekakuan strukturnya menjadi semakin kecil. Demikian pula tentunya dengan frekuensi alaminya, akan semakin kecil.

Lanjutkan membaca “Karakter dinamik sistem struktur baja”

Stress corrosion atau korosi baja pada kondisi tegangan tinggi

Ini adalah jenis korosi yang tidak mudah terdeteksi, tidak seperti korosi yang umumnya gampang terlihat secara visual. Baru terdeteksi setelah terjadi fraktur di bagian yang terdapat konsentrasi tegangan tinggi, dan umumnya diketahui setelah terjadi keruntuhan yang bersifat getas (brittle). Keberadaannya bersifat lokal pada sambungan atau bagian geometri dengan tegangan tinggi. Parameter yang berpengaruh adalah mutu bahan material, bentuk geometri, dan besarnya tegangan (tarik). Pada kondisi lingkungan tertentu, korosi menyebabkan degradasi mutu baja dan timbul fraktur (retak) yang memicu keruntuhan sistem struktur pada kondisi masih elastis.

Lanjutkan membaca “Stress corrosion atau korosi baja pada kondisi tegangan tinggi”

Rekayasa Forensik

Rekayasa forensik adalah istilah baru. Meskipun kosa-kata yang dipakai tidak asing dan terdaftar pada kamus bahasa Indonesia, tetapi makna yang ingin disampaikan bisa saja tidak sama. Oleh sebab itu langkah awal adalah perlu mempelajari terlebih dahulu makna kosa kata yang ada. Mengacu https://kbbi.kemdikbud.go.id maka makna kata yang dimaksud dapat diketahui :

re.ka.ya.sa /rékayasa/

n – penerapan kaidah-kaidah ilmu dalam pelaksanaan (seperti perancangan, pembuatan konstruksi, serta pengoperasian kerangka, peralatan, dan sistem yang ekonomis dan efisien)

n – ki rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan sebagainya pihak lain. Misal: ia menjadi terdakwa karena — yang dilakukan tetangganya

fo.ren.sik /forènsik/

n – cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan penerapan fakta medis pada masalah hukum

n – ilmu bedah yang berkaitan dengan penentuan identitas mayat seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman dan peradilan. Misal: polisi belum bisa menjelaskan identitas korban karena masih menunggu hasil pemeriksaan yang diselidiki oleh tim —

Catatan : n – noun atau kata benda; ki – kata kiasan

Lanjutkan membaca “Rekayasa Forensik”