cover buku 2023 versi pertama

Puji Tuhan, materi penulisan untuk buku telah selesai (format MS Word). Selanjutnya bisa melangkah lebih lanjut ke format Indesign, untuk akhirnya dicetak.

Seperti biasa, buku yang saya buat harus terbaik yang bisa dikerjakan. Juga judul buku, serta isi adalah khas dan tidak boleh meniru yang lain. Oleh sebab itu materi yang saya tulis juga sekaligus unjuk kompetensi profesional yang saya miliki. Apa yang pernah menyangkut dibenak, saya cobakan ungkapkan dalam bentuk tulisan. Minimal apa yang saya rangkai itu adalah real, berdasarkan pengalaman di lapangan dan juga telah dikonfirmasi dari bacaan ilmiah yang mendukung. Semuanya itu akan dijelaskan secara kronologis sekaligus rasional. Ini penting untuk mengevaluasi apakah memori di kepala ini memang layak disimpan untuk tidak dilupakan, atau harus diganti memori lain yang baik dan benar.

Seperti biasa, saya coba tampilkan dulu sampul buku dan nomer ISBN. Penerbit yang bekerja sama untuk kali ini adalah UPH Press. Penerbit kampus tempat saya bekerja yang mulai aktif lagi.

O ya lembar ISBN dan penerbitnya adalah sebagai berikut.

Foto pada cover buku ini adalah khusus. Foto tersebut adalah pemberian Bapak Jajang Rakmat (Project Manager PT Bukaka Teknik Utama Tbk), fabrikator jembatan gantung PUPR. Beliau sangat gercep ketika diminta foto proyek-proyek beliau. Sudut pengambilan foto sangat istimewa, tidak setiap orang bisa mendapatkan angle foto seperti itu. Foto tersebut memperlihatkan jembatan gantung PUPR dari atas puncak tower, memakai drone. Buku istimewa harus ditunjang foto istimewa.

Foto relevan dengan judul buku “Jembatan Gantung Infrastruktur Kemakmuran”. Intinya daerah yang mendapatkan perhatian dengan dibangunnya jembatan gantung pejalan kaki, maka tentunya kemakmuran hanya soal waktu saja. Itu tentu saja jika rakyatnya bisa mensyukuri dan memanfaatkan anugrah tersebut.

Seperti biasa, sambil memindahkan teks dari format MS Word (cara mudah untuk menuangkan ide) ke format Indesign (standard industri untuk buku cetak kelas dunia), maka saya juga akan mencari format bentuk buku yang terbaik. Menurut saya, membuat buku itu haruslah yang terbaik secara menyeluruh. Tidak hanya dari segi content (isi / materinya), tetapi bentuk tampilan harus terbaik. Ini untuk antisipasi jika ada orang awam membacanya, boleh saja dia tidak paham arti tulisannya, tetapi gambar-gambar yang ada, kertas, bentuk buku tentunya dapat dinilai selama itu terlihat mata. Saya selalu berusaha agar buku layak untuk dijadikan hadiah (fisik menarik). Ibarat seperti pemuda melihat pemudi untuk istrinya, fisik pertama yang menjadi perhatian, baru setelah itu isi hatinya. Cantik luar dalam !

Pada kesempatan ini, untuk teman-teman pengusaha yang bisnisnya bisa dikaitkan materi buku. Saya memperbolehkan menyisipkan lembar portofolio bisnis perusahaan anda pada buku ini, untuk promosi dengan ikut paket sponsor. Itu diperlukan untuk mendukung biaya percetakan buku dengan mutu terbaik yang bisa diperoleh di negeri ini. Saya yakin jika portofolio perusahaan bapak dan ibu bisa turut termuat bersama buku ini, dipastikan akan bertahan lama. Buku-buku saya selama ini selalu dijadikan rujukan para insinyur Indonesia.

Ini buku istimewa karena pada buku ini saya berkolaborasi dengan dedengkot ahli jembatan PUPR yang senior. Orang-orang yang terlibat di proyek jembatan-jembatan di Indonesia, pasti mengenal beliau berdua, yaitu bapak Herry Vaza dan bapak Iwan Zarkasi. Mantan salah satu direktur di Ditjen Bina Marga, Kementrian PUPR. Ini alasan mengapa saya bisa bilang, ini buku jembatan gantung paling lengkap yang diterbitkan berbahasa Indonesia.

Ok, saya akhiri terlebih dulu ya. Pos berikutnya adalah Table of Content atau Daftar Isi buku tersebut. O ya, buku ini tidak setebal buku-buku saya sebelumnya. Jumlah halamannya hanya 300 halaman utama, plus kata sambutan dan lain-lain, maka total sekitar 350 lembar. Materi buku ini akan bercerita tentang jembatan gantung PUPR dan Helvetas (Nepal), fokus materi bukan pada hitungan tetapi filosofi engineering. Style penulisan seperti ini masih sangat jarang dilakukan oleh para ahli di Indonesia. Nggak mudah mengubah hitungan yang banyak, menjadi cerita kisah seperti halnya novel. Yakin karena tanpa memahami esensi, maka insinyur hanya berani berkutat pada hitungan, adapun makna dari hitungan tersebut belum tentu tahu. Jika hanya bermodal sok tahu, bisa hilang itu reputasi dikuliti para ahli sesungguhnya.

Meskipun ini hanya 300 halaman, tetapi isinya adalah intisari rekayasa tentang jembatan gantung pejalan kaki. Ini fakta ya, bukan sombong. Dengan modal materi buku ini, kemarin sewaktu membimbing mahasiswa arsitektur UPH di lomba jembatan PUPR maka langsung menyabet juara pertama. Bayangkan !

Video di atas pengumuman resmi UPH sebagai juara pertama di acara yang dihadiri Menteri PUPR. Adapun detail tertulis tentang juara-juara dari lomba itu telah dirilis di pengumuman tersendiri sebagai berikut.

Lomba ini ternyata menarik perhatian para mahasiswa dan umum di seluruh Indonesia lho. Saya dapat info bisik-bisik dari salah satu juri, yang nggak tahu kalau kampus saya juga ikut sebagai peserta. Materi lomba memang memakai cara penilaian buta, para juri tidak tahu siapa yang buat. Katanya peserta yang mengirim ke panitia sangat banyak dari seluruh Indonesia, dan hanya 145 peserta yang lolos administrasi yang ditetapkan panitia. Selanjutnya disaring oleh para ahli jembatan dan tinggal 84 peserta atau 58% yang dianggap layak secara rekayasa. Dari sejumlah itu maka tim juri dari fabrikator menyaring lagi, memilih desain yang dianggap layak difabrikasi, dan tinggal 10 peserta atau 7%. Akhirnya dari sepuluh peserta itu dipilih oleh juri yang berlatar belakang arsitek untuk memilih 3 pemenang lomba atau hanya 2% saja. Para pemenang di atas tentunya adalah tim-tim istimewa. Dari ketiga pemenang, maka urutan pemenang ditentukan oleh Dirjen Bina Marga, bapak Hedy Rahadian.

Nah untuk mengetahui siapa-siapa juri yang terlibat, untuk melihat validitas penilaian yang diberikan, lihat tabel berikut.

Bagi para insinyur Indonesia yang tertarik memahami apa itu jembatan gantung pejalan kaki. Buku ini wajib dibaca. Matur nuwun.

curhat di awal 2023

Saya akan mengutip sekaligus merespons curhatan mas Kukuh Budi Utomo (mahasiswa kampus favorit) yang menulis di komentar blog ini, sebagai berikut :

Hallo Pak. Selamat Malam. Saya sangat suka membaca artikel bapak tentang skripsi.

Saya mau nanya Pak. Saya sedang mengerjakan skripsi. Tapi yang jadi masalahnya adalah dapat dosen pembimbing yang tidak pernah membimbing. Saya mengajukan proposal yang sudah jadi Bab 1 ke dosen pembimbing. Kemudian saya tanya bagaimana hasilnya. Malah nggak dikoreksi. Malah disuruh lanjut seterusnya. Padahal saya maunya dikoreksi, biar kalau ada yang kurang bisa diperbaiki atau ditambah. Setelah selesai Bab 2. Disuruh lanjut. Begitu lagi suruh lanjut terus. Saya kan jadi bingung, mau konsultasi kalau ada yang nggak tahu, mau tanya ke pembimbing tapi malah nggak pernah dibimbing. Saya jadi kesulitan nulis skripsinya.

Saya tanya pada kakak tingkat yang sudah-sudah, ternyata memang begitu karakternya. Suruh lanjut lanjut terus nggak dikoreksi sampai selesai. Eh tau-taunya nggak dikoreksi sampai ujian skripsi. Pas ujian skripsi kakak tingkat, yang saya tanyai, dapat banyak banget pertanyaan. Katanya sih dibantai gitu. Pas diuji ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Terus dapat revisian banyak. Saya membayangkan ke diri sendiri, saya jadi ngeri sendiri melihat saya besok gimana.

Padahal saya kuliah di salah satu universitas negeri di **sensor** lho Pak. Kok ada dosen yang kayak gitu. Nggak mencerminkan dengan visi kampus yang katanya mau masuk ke world class university. Saya cek latar belakang dosen tersebut dia S1 dan S2 nya di **sensor**. Sekarang lagi kuliah S3. Beliau termasuk dosen yang murah dalam ngasih nilai banyak yang dapat A kalau mata kuliah yang diampu sama beliau. Paling paling kalau banyak yang salah. Dapat A.

Saya jadi takut gimana nanti pas ujian skripsi jika dihadapkan sama dosen lain yang lebih kritis. Ya kalau ujian skripsi cuman satu orang alias dosen pembimbing nggak masalah sih. Ntar juga murah ngasih nilainya. Wkwkk. Lha tapi kan nanti dosen yang nguji ada 3.

Maaf pak jadi curhat.

Profesi dosen itu gampang-gampang sulit. Curhatan mas Kukuh Budi Utomo di atas menunjukkan bahwa dosen yang murah kasih nilai saja masih di-complaint, apalagi jika pelit nilai. Bisa-bisa akan lebih banyak curhatan dari muridnya.

Untuk kasus bimbingan skripsi, umumnya mahasiswa akan banyak complaint jika dosennya banyak ngasih koreksi untuk perbaikan. Jika tidak dikoreksi, umumnya mahasiswanya senang dan bahkan bangga. Ini mas Kukuh koq berbeda, kecewa karena nggak dikoreksi dan jadi curhatan. Maklum dikoreksi dan dibaca itu berbeda. Nggak dikoreksi tetapi sudah dibaca, maka rasanya tidak ada yang salah dengan dosen tersebut. Bermasalah, jika ternyata dosennya nggak mau membaca. Ini berarti dosennya nggak ada perhatian. Mahasiswa jika kecewa bisa dimaklumi karena merasa tidak diperhatikan.

Lanjutkan membaca “curhat di awal 2023”