apakah lebih aman kalau pelat beton tidak dimodelkan ?

Thread ini adalah hasil pengembangan dari thread sebelumnya, tentang perencanaan struktur baja dengan ETABS. Ini dipicu oleh pendapat sdr Ananto Satyabudi sebagai berikut:

Apakah untuk memodelkan bangunan bertingkat struktur baja, lebih aman jika pelat beton lantainya diabaikan. Hanya dianggap beban saja ?

Note : pertanyaan asli sengaja diedit, agar lebih enak (menurutku lho).

Pertanyaan hanya valid untuk pemodelan struktur 3D dengan ETABS. Untuk program lain yang tidak punya opsi sama, belum tentu cocok. Program ETABS sudah aku kenal 30 tahun lalu ketika bekerja di PT. Wiratman. Tentunya program tersebut sekarang semakin canggih. Saat dulu masih sering otak-atik program tersebut, opsi pemodelan lantai belum secanggih sekarang. Jadi thread sekaligus untuk mengkalibrasi pengetahuanku, apakah sudah perlu di up-dated.

Lanjutkan membaca “apakah lebih aman kalau pelat beton tidak dimodelkan ?”

Aku dan Seminar HAKI 2016 ini

Kemarin, Selasa (23/8/2016), dan hari ini, Rabu (24/8/2016), telah berlangsung acara Seminar Nasional Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Ini spanduknya yang terbentang di pintu masuk sebelah utara hotel.

spanduk-seminar-haki
Gambar 1. Spanduk dan tema Seminar HAKI 2016

Dari laporan ketua panitia, acara ini dihadiri oleh kurang lebih 550 profesional di bidang konstruksi, dan umumnya datang dari latar belakang kontraktor, konsultan dan akademisi. Dengan jumlah peserta seperti itu, maka kelihatannya acara ini adalah ajang pertemuan terbesar untuk para ahli struktur dan konstruksi Indonesia. Penilaian ini tentu saja relatif sifatnya. Maklum pengalamanku kalau menghadiri acara seminar yang diselenggarakan perguruan tinggi, jumlahnya relatif terbatas, bisa mencapai 200 saja, rasanya sudah sangat penuh.

Lanjutkan membaca “Aku dan Seminar HAKI 2016 ini”

mengajar di Jogja

Sebagai tindak lanjut dari poster yang sebelumnya terpampang di blog ini, maka hari Rabu tanggal 9 Mei 2012 kemarin aku jadi mengajar satu sesi kelas di Yogyakarta, tepatnya di kampus UAJY, Babarsari.

Terus terang, aku lebih suka menggunakan kata mengajar daripada kata memberikan seminar. Maklum, kalau memberi seminar, seperti misalnya jenis call-paper maka waktu presentasi yang diberikan paling-paling hanya 15 menit. Itupun, teman-teman dosen yang lain sudah menunggu gilirannya. Bahkan pernah terjadi dalam satu ruang, yang hadir hanya teman-teman yang ingin membawakan makalah presetasinya saja. Maklum, untuk ngejar kum.

Lanjutkan membaca “mengajar di Jogja”

pentingnya komunikasi

Melihat judulnya (“pentingnya komunikasi”), maka orang-orang berlatar belakang teknik telkom atau fisip tentu akan berbinar-binar. Senang, tapi bisa juga heran, mengapa di blog seseorang berlatar belakang teknik sipil mengatakan demikian. Mestinya (yang tidak membuat heran) adalah jika mengatakan bahwa ilmu teknik sipil adalah yang paling penting.

Kalau soal ilmu teknik sipil itu penting. Jelas, nggak perlu diungkapkan lagi. Bahkan sebenarnya kalau mau jujur, masyarakat seharusnya mensyukuri bahwa ada orang-orang yang berkutat dan mengembangkan ilmu teknik sipil, karena merekalah maka mereka dapat menyebrangi sungai dengan aman melalui jembatan yang kuat dan kokoh, yang menjamin keamanan. Dapat membaca dengan terang karena ada supply listrik dari bendungan Jatiluhur. Itu khan salah satu pekerjaan dan hasil perencanaan orang-orang berlatar teknik sipil. Betul khan.

Lanjutkan membaca “pentingnya komunikasi”

ada apa dengan Mei besok ?

Bagi yang namanya  penulis, menjadi narsis itu adalah salah satu resiko. Maklum, itu salah satu strategi andal mencari pembaca. Karena bagaimanapun bagusnya tulisan, bila tidak ada yang membaca, maka tidak akan ada yang tahu betapa berharganya itu.

Jadi, penulis itu eksis karena ada pembacanya, begitu juga blog ini. Boleh-boleh saja bersemangat menulis blog, tetapi jika yang kasih komentar adalah teman-temannya saja, apalagi atas dasar kasihan. Wah, yakin deh penulisnya belum merasakan bagaimana dahsyat dan nikmatnya menulis itu.

Pak Wir masih menulis ya, koq sudah jarang artikel baru di blog ini ?

Lanjutkan membaca “ada apa dengan Mei besok ?”

struktur menurut arsitek

Kata “struktur” ternyata mempunyai pengertian berbeda diantara satu profesi tertentu dengan profesi lainnya. Adapun pengertian awam, sebagaimana terdapat pada “struktur kalimatnya tidak jelas“, tentu  akan diartikan pada susunan tata kalimat. Bagi seorang pemrogram komputer kelihatannya masih diartikan pada hal yang sama, seperti misalnya pada “struktur data“. Itu masih dapat dikaitkan dengan susunan data dan perintah yang mengikuti aturan tertentu untuk memudahkan pengelolaan dalam pemrograman komputer.  Pada bidang manajemenpun demikian juga, lihat saja tentang “struktur organisasi“, tentu masih ok juga, jika dikaitkan dengan susunan organisasi dan yang terkait.

Jadi bagi awam, kata struktur tersebut kira-kira dapat diartikan dengan kata susunan, atau yang seperti itulah. Bahkan jika digunakan pada kata struktur bangunan maka rasanya juga masih wajar jika hal itu dikaitkan dengan susunan bangunan tersebut. Pokoknya nggak anehlah jika kata susunan bisa digunakan untuk mengartikan kata struktur.

Dengan pemahaman seperti itu, lalu ketemu orang atau tepatnya insinyur yang mengaku keahliannya di bidang struktur, maka wajarlah jika timbul pertanyaan: “apa yang sebenarnya dipahami dengan keahlian tersebut ? ”

Lanjutkan membaca “struktur menurut arsitek”

gempa besar di Jawa hari ini

Sore tadi di kampus Karawaci, meskipun saya ada di lantai dasar gedung B tetapi gempa yang terjadi begitu terasa. Lantai terasa bergoyang, bayangkan saja bagaiman jika itu terjadi pada lantai bangunan tinggi.  Saya berpikir itu gempa mestinya dari arah selat sunda, maklum Karawaci khan wilayah Banten, jadi lebih dekat dengan daerah yang sering disebut sebagai sumber gempa tersebut.

Lanjutkan membaca “gempa besar di Jawa hari ini”

untuk menghitung portal, EI-nya berapa ?

Kelihatannya sudah lama saya tidak membahas bidang keilmuan teknik sipil. Baiklah saya mencoba menanggapi pertanyaan berikut.

Y.W. // Februari 4, 2009 pada 7:48 am

Selamat siang Pak.Wiryanto

Mau tanya nih pak, kalo mau mendesain suatu portal beton bertulang, pertama tama khan harus mencari momen, lintang dan normal dulu kan pak.

Nah, yang jadi pertanyaan saya adalah EI-nya berapa ya pak ?
Momen inersia retak atau momen inersia penampang utuh yang dipakai untuk mencari mektek-nya ?

Boleh nggak kalo saya bikin EI=1 untuk mencari mekteknya saja ?

Apakah ada perbedaan jika saya memakai EI=1, dibandingkan dengan pake inersia retak , atau inersia penampang utuh dalam mencari mektek-nya ?? yang nantinya digunakan untuk mendesain penampang beton bertulang….

Tanggapan yang saya dapat diberikan :

Lanjutkan membaca “untuk menghitung portal, EI-nya berapa ?”