“deep beam” di struktur baja

Meskipun bekerja di lingkungan akademik, dan banyak bertemu teman-teman yang menggeluti bidang ilmu yang sama, structural engineering, tetapi ternyata kesempatan berdiskusi pada bidang ilmu tersebut, relatif jarang. Kalaupun bertemu, yang dibicarakan paling-paling tentang pernak-pernik kelakuan mahasiswa di kampus, bagaimana tentang mahasiswa yang aktif atau yang malas. Maklum, mahasiswa yang malas ujung-ujungnya jadi biang masalah menjelang ujian. Jadi mendengar pendapat dosen lain, menarik untuk dijadikan acuan menghadapinya. Topik pembicaraan umum yang lain, biasanya terkait dengan berita-berita yang lagi hangat, misalnya tentang gadget terbaru atau bahkan tentang berita politik juga, mulai dari bu Atut sampai pak Jokowi.

Kemarin kondisi di atas ternyata agak berbeda, maklum ada acara pra-sidang, yaitu acara evaluasi progres “tugas akhir” mahasiswa. Pada acara tersebut, hadir dosen pembimbing “tugas akhir” dan dua dosen senior di bidang ilmu yang sebidang (sesuai materi tugas akhir). Nah karena ada tiga dosen di bidang ilmu sama berkumpul dan dikondisikan secara formal, maka setiap komentar dan tanggapan dapat dijadikan pemicu untuk terjadinya diskusi ilmiah. Meskipun tujuan awal acara adalah untuk mengevaluasi kompetensi mahasiswa (peserta tugas akhir), tetapi adanya diskusi antar dosen maka antara sadar atau tidak sadar, acara tersebut juga merupakan sarana untuk mengevaluasi kompetensi dosen-dosennya. Itu tentu disadari benar oleh dosen-dosennya, sehingga setiap pertanyaan yang diajukan mereka ke mahasiswa, sebisa mungkin jangan sampai mempertanyakan atau meragukan suatu kompetensi dari dosen lain yang hadir. Kalau itu sampai terjadi, maka yang menjawab bukan mahasiswa tugas akhir tetapi dosen pembimbingnya. Jika tidak hati-hati, jadilah perdebatan, seru !

Situasi yang dimaksud, terjadi kemarin.

Lanjutkan membaca ““deep beam” di struktur baja”

kapan perlu berbela-rasa

Pemahaman yang dihasilkan oleh pengajaran luhur dari tradisi atau perintah agama, yaitu menolong orang miskin, terlantar dan papa, ternyata bersifat universal. Itu tidak hanya berlaku di Indonesia tetapi juga di negara-negara lainnya.

Ada kejadian yang menarik di China, kasusnya hampir sama seperti yang terjadi di Jakarta dimana telah ditemukan uang jutaan di gerobak pengemis yang ternyata berpura-pura saja. Di China kasusnya bahkan lebih menarik lagi, yang urutan kejadiannya berhasil direkam oleh wartawan. Untuk itu dipersilahkan sendiri untuk melihatnya dalam rangkaian foto-foto berikut.

Lanjutkan membaca “kapan perlu berbela-rasa”