Renungan pribadi, terhadap keyakinan agama pribadi penulis, yaitu pemikiran kristiani. Bagi yang sepaham ( atau netral ) saja yang disarankan untuk membacanya. 🙂
Sebagai pimpinan suatu umat manusia berdasarkan agama, yang tentu saja lintas negara, benua maupun ras, tentu menarik untuk ditelaah sikap-sikap yang dilakukannya. Siapa yang dimaksud, yaitu Paus Benediktus XVI, pemimpin tertinggi “organisasi agama” yang tertua, yang masih eksis berdirinya sejak hampir 2000 tahun yang lalu, yaitu Roma Katolik. Suatu agama yang dengan tegas dan konsisten tetap menyatakan bahwa “Yesus Kristus adalah Tuhan“, yang mana itu semua dapat diterangkan dengan imannya tentang tri-tunggal-maha kudus (bapa-putra-roh kudus). Kecuali itu, ini merupakan agama yang relatif sederhana jika dirunut dari perintah yang utama dari gurunya yaitu hanya berdasarkan KASIH, tidak lebih dan tidak kurang, sebagaimana tertulis pada alkitab yang menjadi rujukan utama agama tersebut.
. . . Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
[Yohanes 13:34]
Pernyataan di atas, tentu tidak bisa diterima oleh semua orang, dan itu memang betul. Tapi siapakah orang itu, karena hal di atas sudah nyata ada dan jika hanya memperdebatkan hal tersebut, maka saya yakin dan seyakin-yakinnya tidak akan ada gunanya. Sampai matipun orang menolak hal tersebut, nggak akan ada gunanya. Karena jelas, pernyataan seperti diatas hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu, yang mana sebagian orang menganggap bahwa orang-orang seperti itu perlu diluruskan jalannya, sedangkan orang-orang tersebut merasa bahwa itulah jalannya yang benar dan telah lurus bahkan berani dengan gembira menyatakan diri sebagai anak-anak Tuhan.
Memang menarik hidup, ini. Cobalah pikir yang keras, adakah yang mutlak di dunia ini, yang diakui kepastiannya oleh semua orang, di semua negara, di semua umur, di semua jaman, yang bahkan di jaman nuklir ini. Coba apa itu yang mutlak.
Jawabannya adalah sederhana yaitu kelahiran dan kematian. Itu adalah pasangan yang selalu ada dalam sesuatu yang namanya kehidupan.
Dikaitkan dengan hal tersebut, apanya yang menarik dari agama di atas yang dipimpin oleh Paus tersebut. Menarik, karena ‘satu-satunya’ agama yang berbicara tegas tentang kematian, bahkan menggunakan event kematian sebagai ajang yang menegaskan keberadaan pemahaman yang mendasari adanya agama tersebut. Meskipun dalam praktek, karena ego manusia sajalah, maka kata ‘satu-satu’nya di atas perlu dikoreksi. Karena ternyata ada juga agama yang bernama lain dari agama yang dipimpin oleh Paus tersebut yang juga mempunyai prinsip-prinsip yang sama.
Apakah perbedaan itu disebut masalah ? Tentu ini menarik, karena seorang peneliti tugasnya adalah mencari masalah, dan membuat hipotesis terhadapnya. Tetapi sudah ada ratusan tahun, mengapa masalah itu tidak terpecahkan. Ya, itulah yang menarik. Karena itu bukan masalah yang dapat dipecahkan oleh para peneliti. Bagaimanapun hipotesis mungkin dapat dibuat, tetapi ya sampai sekarang itu hanya berupa hipotesis, karena pembuktian empiris tidak dapat dibuat. Jadi untuk menyatakan bahwa hipotesis itu benar atau salah hanya didasarkan keyakinan iman seseorang, dan itu adalah di luar wilayah ILMU.
Kembali ke Paus, nanti nglantur ke wilayah filsafat.
Sebagai pemimpin besar, tentu menjadi suri tauladan setiap tindakan dan ucapannya, meskipun kadang ada juga yang membuat orang lain tersinggung. Tetapi selagi itu adalah juga manusia, maka hal seperti itu adalah wajar adanya, yang penting adalah bagaimana pemimpin tersebut menyikapi masalah tersebut.
Keberanian mengambil sikap, keputusan dan mempertahankan hal tersebut sampai yang dianggap masalah dapat ditangani sampai selesai adalah ciri hebat-nya kualitas kepemimpinan seseorang.
Karena kedatangan PAUS ke US adalah dalam rangka tugas dan bukan jalan-jalan, tentulah ada sesuatu yang dianggap masalah. Menurut KOMPAS, masalah yang dimaksud salah satunya adalah pedofilia yang dilakukan oleh imam gereja Roma Katolik di sana. Hebat khan, imam saja bisa berbuat dosa, apalagi yang bukan imam. Ya gimana lagi, masih manusia sih.
Coba renungkan, sebagai pemimpin yang mengemban konsep KASIH, tapi itu tidak berarti bahwa beliau tidak berani mengambil sikap keras, yang bisa-bisa dianggap orang lain bertentangan dengan konsep KASIH. Coba perhatikan ucapan beliau terhadap orang-orang yang melakukan pedofilia tersebut.
”Kami akan sepenuhnya mengeluarkan para pedofil dari keimaman,” kata Paus. ”Kami sangat malu dan akan melakukan apa pun yang mungkin sehingga ini tidak akan terjadi lagi di masa depan,” ujarnya.
”Adalah lebih penting mempunyai imam-imam yang baik daripada mempunyai banyak imam,” kata Paus. Dia mengatakan kekerasan seks itu telah menyebabkan ”penderitaan besar” pada Gereja di AS.
Sikap di atas adalah sangat menarik, dan itu dapat menjadi salah satu rujukanku untuk dapat bersikap juga. Bersikap keras dan tegas itu tidak berarti menyalahi KASIH. [untuk direnungkan secara mendalam]







Tinggalkan Balasan ke otonesia Batalkan balasan