Krisis energi, krisis energi ! Jika kemarin beli bensin untuk konsultasi ke Bandung cukup Rp 100 ribu, Bekasi-Bandung via tol Cipularang, maka sekarang mesti menyediakan uang cash Rp 150 ribu (itu saja tidak penuh).
Tapi ya gimana lagi, jika kemarin pulang dari Bandung mampir di A&W restoran di rest-area yang berada tepat di belokan pertama dari tol Cipularang masuk menuju tol Cikampek – Jakarta. Maka sekarang nggak bisa lagi. Kencangin ikat pinggang begitu.
Jadi, mungkin kalau ada yang demo dan nawarin cara menghemat BBM yang ekstrim, wah langsung bisa di samber aja, meskipun kenyataannya itu benar atau nggak, wah ya nggak masalah.
Itu kira-kira aku yang awam ini menyiasati krisis energi yang berdampak pada kenaikan BBM tersebut. Hal yang sama tentu dirasakan juga oleh pemerintah. Tentu mereka sudah berpikir keras, bagaimana mengatasi hal tersebut. Kalau ndak dinaikin BBM-nya maka cash-flow-nya bisa jebol, tetapi kalau dinaikin BBM maka dapat protes di mana-mana. Itu khan mengganggu agenda tahun 2009 besok. Banyak rakyat yang kecewa, koq nggak ada bedanya dengan yang sebelum-sebelumnya. Bahkan saya yakin banyak yang bernostalgia pada era sebelum krisis dulu. Jadi kalau ada anak bangsa yang menawarkan diri bisa memberi solusi energi, ya pasti ‘ditangkap’.
Anak bangsa yang dimaksud adalah pak Joko Suprapto, yang temuannya itu oleh pak SBY disebut sebagai Blue Energy. Dari situsnya bapak Presiden, maka terlihat sekali bahwa pak SBY adalah pendukung utama gagasan pak Joko. Perhatikan ucapan beliau.
Saya memberikan semangat, motivasi, dan dorongan agar penelitian, pengembangan, dan penemuan ini betul-betul menghasilkan sesuatu yang akan memberikan kontribusi luar biasa bagi bangsa Indonesia, bahkan dunia. Lakukan terus dan tuntaskan penelitian ini. Saya akan menunggu hasil konkretnya setelah semua penelitian ini selesai,” SBY berpesan.
Itu ucapan beliau setengah tahun yang lalu, tepatnya 25 November 2007. Jadi sebenarnya sudah cukup lama berita tentang penemuan hebat pak Joko tersebut. Sebagai orang nomer satu, maka jelas jika ada yang datang memberi sesuatu yang dapat menjadi harapan untuk solusi energi negeri ini, maka pasti akan ditanggapi dengan baik. Memang harus begitu, iya khan.
Tapi apakah sesuatu itu benar-benar suatu solusi, bukan tipuan. Ini masalahnya. Untuk tahu bahwa itu bukan tipuan maka diperlukan hikmat, pengetahuan dan suatu pertimbangan yang baik. Tahukan anda, apa yang menjadi dasar pertimbangan beliau sehingga yakin bahwa temuan pak Joko tersebut hebat ?
Ini lho dasar pemikiran pak SBY, bapak Presiden kita yang juga seorang yang bergelar akademik tertinggi, yaitu Doktor dari IPB. Perhatikan ! Ini saya kutip dari situsnya tanpa pengubahan.
Presiden SBY menceritakan bahwa tim ini pertamakali datang menghadap kurang lebih setahun lalu dan sejak itu SBY bersama para menteri terus memberikan dukungan. “Saya bahkan mengikuti terus perkembangan penelitian ini,” ujar SBY. “Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori, Joko Suprapto, yang melaksanakan penelitian itu belasan tahun yang lalu,” Presiden menambahkan.
Jadi dapat diketahui bahwa bapak Presiden dengan sadar telah mengevaluasi temuan pak Joko dan mempercayai betul bahwa sesuatu yang dibawa oleh pak Joko tersebut merupakan media yang dapat menjadi solusi negeri ini. Oleh karena pak Joko mampu membuat kepercayaan pak Presidenlah maka terkucurlah dana penelitian sebanyak 10 M tersebut. Bravo pak Joko.
Jadi intinya yang di kubu PRO sudah ada pak SBY, yang presiden RI, jenderal dan doktor IPB. Gelar-gelar tersebut menunjukkan kualitas beliau. Jadi jika pak Joko mampu meyakinkan beliau, maka temuan pak Joko tentulah berkualitas pula. Iya khan.
Karena pak SBY pro, maka tentu saja banyak pejabat-pejabat negara juga pro, bahkan pernah saya mendengar wakil rakyat yang menyatakan bahwa ketika pak Joko hilang, disebutkan bahwa pak Joko lebih penting dari pak menteri energi. Wah hebat khan.
Kemudian yang baru-baru menyatakan dukungannya adalah pak Sarwono, mantan menteri lingkungan hidup. Bahkan menambah-nambahin lagi dengan adanya unsur sabotase yang mungkin terjadi sehingga pak Joko perlu dilindungi.
“Orang-orang seperti itu harus dilindungi dan diberi keleluasaan serta fasilitas supaya mainannya jadi. Karena yang menghalang-halangi banyak”, tandasnya. (dikutip dari detik.com)
Ya tentu saja, semangat membangun negerilah yang membuat Bapak-bapak di atas sangat mendukung temuan pak Joko.
Dari sisi ilmiah, mestinya ini dari Universitas, maka kelihatannya institusi perguruan tinggi yang mendukung ide-ide pak Joko juga ada. Itu dari Jogja, yaitu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang ternyata dengan temuannya tempo hari yaitu Banyugeni ternyata ada hubungannya dengan pak Joko.
Jadi saya ulang lagi sisi yang PRO dengan Blue Energy yang sudah pasti adalah
- Bapak Presiden kita, SBY, yang notabene doktor dan jenderal
- Bapak Sarwono K, yang notabene politikus senior dan mantan menteri lingkungan hidup.
- Institusi Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, salah satu universitas besar di Jogja, dengan peneliti-penelitinya yaitu Purwanto, Bledug Kusuma Prasadja, Tony K. Haryadi, Lilik Utari, dan Nike Triwahyuningsih.
Jadi sebenarnya sudah cukup menyakinkan, dan orang awam tentu saja percaya, karena itulah jaminannya.
Tetapi meskipun demikian, dari sisi lain, ada-ada saja yang meragukan temuan yang Blue Energi tersebut. Bahkan menyatakan dengan tegas bahwa temuan pak Joko merupakan penipuan. Benar, penipuan besar di era pemerintahan yang sekarang ini.
Dalam hal ini, secara institusi maka UGM sudah menyatakan dengan tegas bahwa temuan pak Joko adalah tipuan. Kemudian Kepala Balai Besar Teknologi Energi dari BPPT juga meragukan. Teman blogger kita yang tegas menyatakan hoax adalah pak Rovicky.
Jadi jika demikian sudah ada pula yang KONTRA dengan blue energy. Kita daftar agar jelas ya, sbb:
- UGM
- BPPT
- pak Rovicky
Yang kontra itu bukannya tidak cinta negeri, mereka bahkan sangat cinta negeri ini, sehingga tidak rela jika ada yang main-main dan memberi harapan palsu. Mengapa mereka menolak, karena mereka mempunyai kompetensi, dan ternyata dari evaluasi yang dilakukan mereka menyimpulkan seperti itu. Penipuan.
Itulah fakta-fakta tentang Blue Energy-nya pak Joko. Hidup adalah suatu pilihan. Semuanya mengandung resiko, tetapi memang itulah hidup. Jadi tentulah anda harus mengambil sikap. Apakah anda ini termasuk yang pro atau yang kontra ?
Dengan melihat yang pro dan kontra ini, maka setelah fakta di atas terbukti, maka akan terlihatlah bagaimana negeri ini. Jika ternyata benar, maka itu berarti pemimpin kita benar-benar hebat, beliau mempunyai hikmat bisa menentukan yang benar dan yang salah, seperti yang dipunyai nabi Sulaiman. Dan jika benar, maka jelaslah UGM yang institusi besar ternyata masih harus belajar banyak, karena keputusannya telah menolak kebenaran yang disampaikan pak Joko.
Bagaimana sebaliknya. Itu merupakan cermin bagaimana sikap pemimpin kita memberi arahan. Jika itu dilanjutkan lagi, ya seperti itulah. Hasilnya ketipu dan bangsa ini yang akan menanggung akibatnya.
Jadi pilihan PRO dan KONTRA tentang Blue Energy adalah sesuatu yang serius. Itu juga akan menelanjangi kompetensi kita-kita yang mengambil sikap tersebut.
Anda apa hayo ?
Saya milih “dan” aja pak. Nggak berani telanjang.
Lho koq begitu.
Kalau pak Wir apa ?
We lha senjata makan tuan nih. Tapi ya gimana lagi, saya khan bukan ahli energi. Jadi kalau begitu akan saya evaluasi “asap“-nya aja ya. Maksudnya argumentasi-argumentasi beliau-beliau yang pro dan kontra dan lalu saya akan menyatakan sikap. Boleh khan.
Pertama saya akan melihat alasan pak SBY memberi dukungan. Menurut saya, berdasarkan situsnya, hal yang melatar-belakangi mengapa pak SBY percaya dan mendukung pak Joko adalah tersirat dari ucapannya sbb:
Bermula dari seorang peneliti yang lebih mengutamakan proses penelitian di lapangan dan bukan teori
Terus terang saya benar-benar sangat terkesan dengan ucapan beliau. Ini juga telah saya singgung dari tulisan saya sebelumnya. Mengapa ? Karena sebagai pengajar di perguruan tinggi atau tepatnya universitas yang murid-muridnya kalau lulus mendapat gelar sarjana, maka terus terang yang saya ajarkan adalah teori. Bukan praktek lapangan.
Lebih tepatnya lagi, bahwa produk universitas adalah transformasi cara berpikir bagi anak didiknya. Jadi tidak mengajarkan suatu ketrampilan fisik tertentu, setahu saya yang bertugas mengajar ketrampilan adalah DIPLOMA.
Dengan demikian ucapan presiden tersebut benar-benar menohok saya sebagai seorang pekerja pikir. 😦
Dengan demikian dengan kata lain, bisa juga kalimat yang disampaikan pak SBY adalah setara dengan ucapan “lu bisanya teori doang !“. Berkesan mengejek khan.
Adalah menjadi pertanyaan bahwa teori mempunyai kedudukan yang lebih rendah dari lapangan atau istilah lain adalah praktek. Apa benar begitu.
Setahu saya, ilmu adalah dimulai dari teori, yaitu sesuatu yang dapat diungkapkan secara tertulis. Bahkan dalam pengalaman hidupku berkarir, pemahaman teori mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari praktek atau empiris. Jika kita mengandalkan praktek atau empiris maka dalam bidang rekayasa itu hanya bisa dilakukan dengan cara trial-and-error. Coba-coba, itu jelas mempunyai keterbatasan. Hanya sukses untuk yang di trial-and-error saja. Jika anda hanya mengandalkan pengalamannya saja dalam bidang rekayasa maka disebutlah sebagai tukang kelas satu. Sedangkan jika bisa menderifasi berdasarkan teori-teori yang ada maka bisa meningkat menjadi engineer.
Fakta membuktikan, untuk membuat gedung tinggi yang belum ada sebelumnya, maka itu dilalui dengan perhitungan teori, berdasarkan ilmu-ilmu yang ada. Dan pengalaman saya membuktikan bahwa jika di atas kertas ok, maka itu dapat diwujudkan di lapangan.
Dengan demikian, pernyataan bapak SBY bahwa mengutamakan lapangan dulu dan bukan teori menurut saya tidak benar. Saya tidak sependapat.
Oleh karena alasannya bahwa temuan pak Joko itu tidak ada teorinya, maka tidak ada yang dapat dipublikasikan. Dengan demikian temuan beliau apakah itu benar atau tidak , tidak bisa dievaluasi oleh ahli lain.
Padahal prinsip ilmu secara umum adalah mampu diuji ulang secara rasio, Einsten juga demikian. Ilmunya tentang E=mc^2 juga dikenal dulu berdasarkan publikasi teorinya.
Karena tidak bisa diuji itu pulalah maka UGM, BPPT dan pak Rovicky tidak mempercayai blue-energy tersebut. Saya tidak tahu argumentasi apa yang mendasari Universitas Muhamadiyah Yogyakarta mendukung blue-energy. Kalau tidak salah, menurut situsnya, karena energi dari air tersebut ada tersirat di kitab suci Al Quran. Apa itu ya alasannya.
Dengan argumentasi di atas, maka saya tidak melihat sesuatu hal yang membuat saya ok. Jadi dalam hal ini maka saya memutuskan untuk masuk kebarisan yang KONTRA. Artinya bahwa blue energi adalah harapan kosong belaka, kalau nggak mau dibilang tipuan.
Yang benar siapa. Hanya waktulah yang akan membuktikan. OK.
Semoga Tuhan membuka kebenaran tersebut.
**up-dated**
Saya membaca-baca situs banyugeni, yang berafiliasi ke Universitas Muhamadiyah Yogjakarta. Ada komentar-komentar pembacanya yang perlu dicermati lebih lanjut agar tidak menjadi blunder bagi institusi tersebut. Mumpung belum terlambat, silahkan evaluasi ulang lho sikapnya.
Komentar No.6 : denni said < on February 21st, 2008 at 5:11 am>
Saya adalah alumni Fakultas Teknik dan selama saya kuliah dari kelima tim peneliti ada yang belum saya kenal, yaitu Drs. Purwanto. Sedangkan peneliti yang lain sudah saya kenal dan ada yang sekedar tahu saja. Dari ke empat orang tim peneliti yang saya tahu, tidak ada satupun yang mempunyai kompetensi di bidang energi. Bledug Kusuma, berkompeten di bidang telekomunikasi. Tony Hariadi, dibidang informatika dan komputer. Sedangkan Nike dan Lilik berkompeten di bidang pertanian.
Saya sebagai alumni fakultas teknik sangat meragukan hasil penelitian yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mempunyai kompetensi di bidang tersebut. Saya juga memiliki beban moral sebagai alumni, kenapa UMY tidak melakukan pembuktian secara akademis.
Tinggalkan komentar