Kira-kira dua minggu lagi dari sekarang, tepatnya besok pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 selama dua hari berturut-turut akan diadakan Pameran dan Seminar HAKI 2018 bertempat di Hotel Borobodur, Jakarta. Informasi lebih lengkap, langsung baca saja di website HAKI di http://haki.or.id/.
HAKI atau Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia adalah asosiasi profesi ahli konstruksi, umumnya terdiri dari para insinyur teknik sipil di bidang kontruksi bangunan gedung dan yang terkait. Anggotanya banyak yang bekerja di perusahaan developer, kontraktor, konsultan rekayasa, akademisi dan supplier bahan bangunan atau yang semacamnya.
Keistimewaan dari acara ini adalah biasa dihadiri oleh sekitar 500 – 600 peserta, dan semuanya adalah profesional karena untuk ikut acara ini relatif mahal, yaitu sekitar 1.5 – 1.75 juta rupiah. Itu menyebabkan akan sedikit dihadiri oleh mahasiswa S1. Adapun mahasiswa S2 karena biasanya telah bekerja, maka sering-sering juga dijumpai. Karena HAKI juga mengeluarkan SKA atau sertifikasi keahlian untuk bekerja profesional, maka hanya orang-orang yang bekerja secara profesional di bidang konstruksi saja yang menyempatkan diri untuk hadir. Jadi yang hadir sangat selektif, yaitu para penggiat konstruksi yang aktif. Itulah makanya para usahawan di bidang bahan dan alat-alat konstruksi, melihat acara itu sebagai kesempatan berharga untuk berpartisipasi, mengenalkan produk-produk mereka ke para peserta acara. Itulah makanya, ada acara pameran di sana.
Adanya para profesional yang akan berkumpul, juga pameran yang meriah, menyebabkan acara tanggal 28 dan 29 Agustus 2018 besok pastilah telah ditunggu-tunggu oleh kita semua, para penggiat di bidang konstruksi. Maklum, selain menjadi acara temu ilmiah, event tersebut juga adalah ajang reuni tahunan, bertemu teman-teman lama untuk berbagi informasi terbaru. Network gitu lho.
ISSC adalah singkatan dari Indonesia Society of Steel Constructions, suatu organisasi profesi yang didukung pemerintah (Kementrian PUPR) dan yang ingin mewadahi masyarakat profesional yang berkecipung dan ingin memajukan konstruksi baja di Indonesia. Tujuan utama tentunya adalah bagaimana mewujudkan peribahasa “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh“, teguh untuk “menjadi tuan di negeri sendiri” tentunya dan jangan sampai pepatah “bak tikus mati di lumbung padi” akan terjadi.
HAKI atau Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia adalah asosiasi profesi teknik sipil terbesar di Indonesia (sepengetahuanku lho). Oleh sebab itu, banyak alumni sarjana teknik sipil yang jika bekerja pada bidangnya akan berusaha menjadi anggota asosiasi ini. Apalagi saat ini dari pemerintah ada persyaratan akan perlunya “gelar insinyur profesional” yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi, dimana salah satunya adalah dari HAKI. Oleh sebab itu keberadaan asosiasi seperti HAKI ini menjadi penting dan tidak bisa diabaikan lagi oleh para profesional teknik sipil yang bekerja di bidang konstruksi khususnya.
Kegiatan HAKI yang paling menonjol (menurutku) adalah rutin menyelenggarakan seminar ilmiah tahunan, yang biasanya (selalu) diadakan di bulan Agustus dan bertempat di hotel Borobudur, sebuah hotel bintang lima di pusat kota Jakarta. Acaranya selalu konsisten di bulan tersebut tiap tahunnya, kecuali jika bentrok dengan hari lebaran.
Karena selalu konsisten setiap tahuna dan mampu menarik perhatian para anggotanya yang jumlahnya ribuan dari seluruh tanah air, maka acara seminar HAKI akan sangat meriah, didatangi tidak kurang oleh 500-600 profesional, mulai dari mahasiswa sampai profesor, insinyur praktisi sampai owner proyek besar, dan juga ibaratnya datang dari Sabang sampai Merauke. Oleh sebab itu acara ini juga sangat diminati oleh para sponsor, yang diberi kesempatan untuk membuka stand produk-produknya di lobby luar ruang pertemuan. Acaranya meriah, bahkan lebih meriah dibanding acara-acara seminar ilmiah di kampus. Jadi bisa ikut acara ini, baik menjadi peserta, apalagi kalau jadi pemakalah, adalah sangat istimewa. Maklum di acara ini berkumpul para profesional-profesional di bidangnya. Bisa jadi ajang bisnis, reunian maupun networking / marketing.
Karena begitu strategisnya acara HAKI ini, maka sudah tiga kali berturut-turut, mulai tahun 2015, 2016 dan tahun 2017 ini, saya meluangkan waktu dan pikiran agar bisa berpartisipasi aktif, khususnya sebagai pemakalah (pembicara). Itu penting karena penerbit buku-buku karyaku, LUMINA Press diberi kemudahan untuk membuka stand buku di acara tersebut. Satu sisi ada upaya dari penulis dan penerbit untuk memasarkan buku-buku produknya pada target pembacanya, satu sisi untuk mengenalkan para profesional di bidang konstruksi dengan produk-produk buku yang dapat mendukung meningkatkan profesionalitasnya. Win-win solution lha.
Gambar 2. Spanduk selamat datang ke peserta seminar (Sumber : Dhim’s Rudy)
Karena tempat tinggalku di pinggiran Jakarta, maka untuk menghindari terlambat karena macet, maka pagi-pagi sekali sudah berangkat. Jadi tidak heran sebelum pk 7.00 sudah tiba di hotel. Kelihatannya termasuk klotter pertama peserta seminar yang datang, setelah menunggu akhirnya mendaftar ke panitia yang pertama. Ruang masih kosong, setelah men-tag tempat duduk, maka acara pertama adalah mendatangi stand LUMINA Press, melihat kesiapannya.
Pertemuan tahunan ahli-ahli konstruksi se Indonesia yang paling besar adalah yang diselenggarakan oleh HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia), yaitu pada acara :
Waktunya memang rutin, yaitu setiap bulan Agustus dan yang biasa diselenggarakan juga di Flores Ball Room, Hotel Borobudur, Jakarta. Lokasinya memang mudah dicapai, baik dari arah Timur (Bekasi) maupun Barat (Tangerang). Lokasi parkir juga gampang, apalagi jika datangnya pagi-pagi, pasti ada tempat.
Seminar Nasional ke-2 Fakultas Sains dan Teknologi UPH, yaitu SNSRT 2017, telah sukses terselenggara tanggal 17 dan 18 Mei 2017. Sukses karena banyak teman-teman mengasih selamat (maklum saya ketua pelaksana seminar tersebut), tidak ada complaint terkait pelaksanaan acara (ini tentunya karena kerja keras dari seksi acara yang dikomandoi pak Andry Panjaitan cs) dan yang lebih penting lagi adalah karena secara keuangan tidak ada yang tombok. Ini semua tentunya cukup melegakan. Bayangkan saja, informasi seminar tersebut yang berupa poster baru bisa ditayangkan pada akhir bulan Januari 2017. Ini posternya yang aku desain khusus dengan program Adobe Indesign.
Ini poster awal, yang bahkan belum mencantumkan siapa-siapa Invited Speaker yang akan diundang. Nggak tahu apa karena warnanya atau foto gedung UPH-nya, ternyata informasi yang disampaikan tentang seminar tersebut dapat menarik banyak peserta. Tahu sendiri khan, promosinya relatif murah, hanya pakai medsos dan email saja. Jadi ketika batas penerimaan abstrak, yaitu awal Mei, ada sekitar 147 kiriman abstrak yang masuk.
Jelas itu sesuatu yang tidak kuduga, padahal sebelumnya agak pesimis dengan jumlah peserta yang akan hadir. Dibayangkannya hanya sekitar Jabodetabek, ternyata tanggapannya datang dari 14 kota di Jawa (a.l. Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto, Bandung, Bogor, Cianjur), Sumatera (a.l. Padang, Medan, Lampung), dan Kalimantan (Palangka Raya).
Dengan jumlah abstrak yang masuk tersebut maka prosidingnya bisa lebih dari 1000 halaman. Itupun jika para pemakalah disiplin membatasi makalahnya maksimum 8 halaman. Jika lebih, wah ribet urusannya. Meskipun kebayang akan bagaimana tebalnya (mahalnya) prosiding, padahal anggarannya telah ditetapkan. Hanya saja jumlah abstrak masuk yang banyak, juga membuat para panitianya bersemangat dan percaya diri untuk mengundang beberapa invited speakersekaligus untuk memeriahkan acara tersebut. Inilah poster seminar final yang memuat para invited speaker yang dimaksud.
Desain poster seminar relatif sederhana, tetapi efektif lho. Lihat saja nggak sampai dua bulan, sudah ratusan yang memberikan tanggapan berupa abstrak. Jujur saja, untuk masalah desain, saya memang penggemar Google style, sederhana. Sampul-sampul buku yang aku buat juga seperti itu, to the point.
Akhir pengumpulan makalah penuh atau full paper ternyata jumlahnya berkurang dari jumlah abstrak yang masuk. Jadi pemakalah seminar menjadi 112 paper saja, tapi itupun datang dari 40 institusi terpisan, dan yang dari luar pulau juga tetap commited untuk hadir. Ini adalah daftar institusi pengirim makalah:
Indonesia International Institute for Life Sciences
Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya
Institut Pertanian Bogor
Klinik Kesehatan LPMP Sumatera Selatan Kemendikbud RI
Politeknik ATI Padang
Politeknik Negeri Bandung
Politeknik Negeri Semarang
Poltekkes Kemenkes Surabaya
PT. Matahari Putra Prima
P.T. Pratama Industri, Sukabumi
PT. Bima Sakti Geotama
Pustek Keselamatan dan Metrologi Radiasi – BATAN
Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana
Sekolah Tinggi Teknik Surabaya
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Universitas Brawijaya
Universitas Gadjah Mada
Universitas Hang Tuah Surabaya
Universitas Ibn Khaldun
Universitas Indonesia
Universitas Indraprasta PGRI
Universitas Katolik Parahyangan
Universitas Kristen Indonesia
Universitas Kristen Krida Wacana
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Malahayati
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Universitas Negeri Medan
Universitas Padjadjaran
Universitas Palangka Raya
Universitas Pelita Harapan
Universitas Pembangunan Nasional
Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Tama Jagakarsa
Universitas Tarumanagara
Universitas Trisakti
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Suryakancana Cianjur
Dengan jumlah sebegitu banyak, maka dapat hadir di acara tersebut tentunya dapat juga digunakan untuk meluaskan jaringan pertemanan (networking) dari komunitas ilmiah yang ada. Ini adalah salah satu kelebihan menulis call-for-paper di seminar dibanding menulis di jurnal ilmiah. Untuk kualitas mutu penulisan, tentunya yang di jurnal ilmiah lebih tinggi karena review-nya dapat lebih detail.
Ini dokumentasi foto-foto selama seminar berlangsung, bagi para peserta seminar melihat foto-foto ini tentunya penting.
Ada undangan dari HAKI Komda Sumatera Utara untuk menjadi narasumber pada seminar HAKI tanggal 28 Juli 2017 di hotel Grand Swiss Bellhotel, Medan. Adanya undangan seperti itu tentunya aku sambut dengan bangga dan senang hati.
Kemarin, Selasa (23/8/2016), dan hari ini, Rabu (24/8/2016), telah berlangsung acara Seminar Nasional Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Ini spanduknya yang terbentang di pintu masuk sebelah utara hotel.
Gambar 1. Spanduk dan tema Seminar HAKI 2016
Dari laporan ketua panitia, acara ini dihadiri oleh kurang lebih 550 profesional di bidang konstruksi, dan umumnya datang dari latar belakang kontraktor, konsultan dan akademisi. Dengan jumlah peserta seperti itu, maka kelihatannya acara ini adalah ajang pertemuan terbesaruntuk para ahli struktur dan konstruksi Indonesia. Penilaian ini tentu saja relatif sifatnya. Maklum pengalamanku kalau menghadiri acara seminar yang diselenggarakan perguruan tinggi, jumlahnya relatif terbatas, bisa mencapai 200 saja, rasanya sudah sangat penuh.
Jadi penulis itu memang menyenangkan, banyak teman, banyak rejeki (bantuan). Seperti launching buku karya terbaru misalnya, banyak lho yang bersedia membantu. Ini bisa terjadi karena kedua belah mendapatkan keuntungan masing-masing, win-win solution sifatnya.
Pihak yang membantu launching akan mendapatkan keuntungan karena acaranya semakin meriah, minimal mendapatkan perhatian dari para pembaca, dan penulisnya sendiri tentunya juga senang karena tidak perlu repot-repot mengadakannya. Karena alasan itu pula, maka pihak penerbit, LUMINA Press, dengan senang hati memberi sumbangan beberapa buku terbitannya untuk dijadikan door-prize. Ini menjadi alasan peserta untuk hadir dan menunggu sampai selesai. Ke dua belah pihak senang. 😀
Konsep dengan latar belakang pemikiran seperti di atas dimanfaatkan dengan baik oleh adik-adik HMTS Universitas Negeri Yogyakarta. Ketika mereka mengadakan acara seminar akademik dan mengundang saya sebagai salah satu pemakalah, maka mereka menawarkan kesempatan itu untuk sekaligus launching bukuku yang terbaru berjudul Struktur Baja – Perilaku, Analisis dan Desain – AISC 2010. Ini poster acara yang dimaksud.
Banyak memberi, banyak menerima. Itulah nats yang sering aku gunakan untuk memberi nasehat kepada anak-anakku. Ekstrimnya lagi, bahkan aku pernah mengatakan bahwa jangan harap menerima jika tidak mau memberi.
Konsep agar mau memberi seperti di atas pada dasarnya bukan sesuatu yang baru. Itu sih nasehat lama yang sering dikatakan orang tua-tua kita. Sering kali itu dihubungkan dengan perilaku beragama, yaitu bersedekah bagi teman-teman Muslim, atau persepuluhan bagi teman-teman Kristen. Itu dihubungkan dengan sikap untuk berbuat baik yang nantinya akan mendapatkan balasan (pahala) dari Tuhan.
Kegiatan menulis itu ternyata dampaknya luar biasa. Bagaimana tidak, banyak orang yang lebih tahu namaku, tapi kalau ketemu belum tentu kenal. Maklum bukan pejabat publik, bukan siapa-siapa, hanya seorang guru atau istilah kerennya dosen.