Precast atau beton pra-cetak, apa itu ?
Sama nggak dengan beton pra-tegang ? Ya nggak dong, karena bisa ada beton pra-cetak pra-tegang, tetapi bisa juga ada beton pra-cetak biasa saja (bukan pra-tegang).
Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut : tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing-nya dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, tinggal disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi.
Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel frabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk typical-nya mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break-event-point-nya.
Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar. Komponen konstruksi precast yang banyak dijumpai dipasaran adalah tiang pancang (persegi pejal atau hollow-core). Tapi seringkah melihat precast untuk tangga (precast-stair). He, he saya kira ini nggak banyak, khan ! Ini ada contoh precast-stair di gedung tinggi di Jakarta. Bagus lho.
Materi ini diperoleh dari hasil kerja praktek mahasiswa UPH, yaitu Iwan dan Hendrik. Enak ya jadi dosen itu, nggak perlu panas-panas, informasi yang bagus-bagus pada datang sendiri. Dulu sewaktu jadi engineer, untuk dapat info atau pengalaman bagus harus berani berpanas-panas, ke proyek sendiri. Selain itu proyeknya terbatas, yaitu yang sedang dikerjakannya. Kalau dosen, tinggal ngirim mahasiswa, kasih motivasi, petunjuk. Mereka masih muda-muda, semangat tinggi, apalagi mahasiswa-mahasiswa UPH yang pada punya ‘kemampuan’ lebih. He, he, he, hobby nulis jadi bisa jalan lancar.
Dari laporan mahasiswa tersebut, akhirnya dapat saya informasi tentang telah digunakannya beton pra-cetak secara intensif di proyek Senayan Tower di Jakarta. Komponen pra-cetak yang digunakan ada tiga, yaitu : pelat lantai pre-cast (hollow-core slab), komponen tangga (precast stair, ini yang akan saya sampaikan dulu foto-fotonya) dan dinding luar (skin-wall, ini menarik juga karena kerapiannya dan menjadi ciri luar bangunan tersebut).
Jelas, precast tangga adalah bagian yang paling tidak menarik dari ke-3 komponen precast yang ada di proyek Senayan Tower tersebut. Precast lantai dan precast dinding bagian luar sebenarnya lebih menarik (he, he nanti dulu ya, artikelnya tentang itu nyusul). Tetapi karena jumlah foto precast-stair-nya paling sedikit dan juga precast seperti ini cukup istimewa juga karena tidak biasa dijumpai maka akan saya laporkan terlebih dahulu.
Dari laporan, tidak diperoleh informasi bagaimana mengecornya, apakah di bengkel khusus atau cukup di bawah saja (di dalam pagar proyek). Kalau di bengkel khusus, di luar proyek maka perlu dipikirkan cara pengangkutatannya yang cukup repot. Selain itu yang menarik lainnya adalah bagaimana cara pengangkatannya dari bawah ke dalam core-wall tempat tangga tersebut dipasang. Tetapi info itu tidak ada, meskipun demikian dengan melihat beberapa foto di bawah ini maka dapat dibayangkan , o begitu ya tangga pre-cast itu.
Foto 1: Precast stair, dibawah bangunan, siap diangkat.
Foto 2: Detail precast-stair dari dekat, perhatikan listnya,udah rapi.
Foto 3: Pemasangan kabel dan uji coba pengangkatan.
Tahap yang penting sebelum benar-benar di tarik ke atas. Pemeriksaan yang benar akan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Perhatikan ada tumpukan karet ban yang dipasang jangan sampai precast-nya rusak karena terjadi benturan yang tidak perlu.
Foto 4: Tangga precast saat di angkat ke lokasi pemasangan.
Kalau sudah begini mah, tinggal doanya aja. Kalau sampai jatuh sih, itu halangan. Pihak keamaan tentu berupaya agar jalur pengangkatan tersebut di bawahnya bebas dari lalu lalang orang.
Foto 5: Saat tepat di lorong tangga, di lihat dari bawah.
Foto 6: Kondisi corbel tempat dudukan tanggap precast
Foto 7: Precast saat mendekati corbel.
Foto 8: Precast saat mendekati corbel (lebih dekat lagi).
Bayangkan betapa pintarnya operator crane, karena dia hanya menjalankan berdasarkan informasi lesan (pakai radio komunikasi) dan tidak melihat secara langsung.
Foto 9: Ternyata perlu leveling secara manual pakai dongkrak.
Foto 10: Setelah leveling, dipasang non-shrink-grout diantaranya.
Foto 11: Precast stair yang telah terpasang, rapi ya, nggak ada bekisting.
Tentu saja harus dipikirkan cara pemasangannya, tower crane-nya harus menjangkau, jika tidak, khan nggak mungkin diangkat cara manual.
Foto 7: Detail dari atas yang menempel pada dinding.
Perhatikan ada 2 lobang kecil dan 2 lobang besar untuk tiap-tiap precast-nya. Yang kecil jelas, itu tadi yang digunakan untuk rebar yang nongol dari corbel (lihat Foto 3), tapi lubang yang besar untuk apa hayo ?
Catatan : foto No.3, 4, 5 serta foto No. 7, 8 adalah sumbangan Ir. Bobby, engineer Kajima . Terima kasih atas dukungannya. Semoga Tuhan memberkati anda dan keluarga. Amin.
Laporan yang berharga banget buat nambah2 pengetahuan di dunia konstruksi. apalagi skripsi saya membahas ttg precast (semi-precast/half slab). oya, ada nggak artikel ttg semi precast? ya termasuk penumpukan, curing, install/ereksinya gitu?
SukaSuka
Selamat pagi,,
salam sejahtera,,,,
mohon saya minta petunjuk kepada pak wahyudi mengenai tangga precast berikut perhitunganya,,,
terimakasih dan salam hormat
SukaSuka
masih ada sih, dari proyek itu juga, yaitu: hollow core slab (pakai pre-stressed) dan skin-wall (finishing luar). Gambar-gambarnya lebih banyak dan lebih detail. Hanya belum sempat di upload. Sabar ya.
SukaSuka
halo pa wir, cuma mau nambahin sedikit soal informasi yang kurang diatas…
Untuk pengecoran, memang tidak ada foto2nya, tapi yang sempat buat kami heran adalah pengecoran dilakukan dengan bekisting pada posisi seperti pada foto 1 dan foto 2, jadi bekistingnya menyelimuti bagian step2 tangga, keadaan seperti itu jadi menyulitkan inspeksi QC mengingat bagian/step2 tangga tidak dapat terlihat, hasilnya terkadang step2 tangga kurang baik, makanya kalau tidak salah, setahu saya sempat ada komplain akan hal tersebut.
mengenai pemindahan nya ke dalam lubang core, kami sulit untuk mendapat foto yang baik, tapi itu harus selalu dilakukan pada siang hari, tidak boleh malam karena suasana yang gelap mengingat space lubang core yang minim dibandingkan dengan ukuran tangga.
SukaSuka
karena comment sdr. sofiyuddin pada karya tulis, saya jadi inget lagi kalo ada 1 topik yang menarik sekali, tapi tidak kami muat di laporan kerja praktek…
Mengenai perkuatan struktur dengan FRP (Fibre Reinfocement Polymer) sempat menjadi pembahasan kami pada saat kerja praktek..
sempet disuruh ngitung juga lho.. 😉
FRP digunakan pada saat untuk menghindari penggunaan grouting untuk perkuatan struktur beton..
Yang saya ketahui dari produk sika, ada 2 macam.
1. Sika wrap (down-load file PDF 99 kb), digunakan untuk memberikan perkuatan balok terhadap kuat geser. Jadi sika wrap ditempel dengan lem khusus (Sikadur) sepanjang sisi samping balok, umumnya hanya pada daerah tumpuan. tebalnya hanya 0.131mm
2. Sika CarboDur Plates (down-load file PDF105 kb), digunakan untuk memberikan perkuatan lentur terhadap balok. Berupa plat, dengan penampang, lebar 50 mm, tebal ada yang 1.4 mm dan 1.2 mm. Ditempel pada sepanjang bagian bawah balok
Untuk lebih jelasnya, brosur2nya sudah saya kirimkan ke pak wir via e-mail (wir : udah saya link ke atas)
salam
SukaSuka
Sekedar menambahkan, pc staircase ini juga difabrikasi di PT Griyaton, Pondok Ungu Bekasi.
Cetakan yang dipakai berupa built up metal molding import dari German (1 cetakan saja). Ada yang tanya kenapa import ya ? Jangan kecil hati, kita juga sangat bisa bikin kok, ini cuma karena Direktur Griyaton dulu perwakilan dari Praton, German, so dia bawa juga cetakan-cetakan dari Praton sana.
Pencetakan dilakukan secara vertikal (seperti photo No. 1 dan 2), step-step tangga (nosing tiles) dilekatkan pada mold menggunakan double tape (yang kuat lho…).
Besi dirakit menggunakan template untuk menjamin akurasi ukurannya dalam cetakan.
Frekuensi produksi: 1 pc stair/ hari
Problem-problem :
(1). Pada awal-awal instalasi (4 pc awal) terjadi keretakan-keretakan kecil di bagian bawah pc, awalnya dikira sebagai kesalahan desain tetapi ternyata setelah dipelajari lanjut, ini karena kekurang tepatan dalam metode pengangkatan di lapangan, chain yg dipakai kurang panjang, (kasus semacam ini juga pernah saya alami ketika masih bekerja sebagai Quality Engineer di PT Pacific Prestress Indonesia), waktu itu karena terlalu khawatir solusinya diperkuat menggunakan Fiber Reinforced Plate (Sika Carbodur). Muahaaaal bo…. 😦
(2). Sangat sulit mengontrol akurasi alignment (kelurusan) bordes pada cetakan bagian atas, bagian bawah mudah saja karena cetakan melekat pada mal di lantai. Ke depan saya sangat tidak menganjurkan penggunaan vertical molding semacam ini (yg seperti mencetak dinding saja), lebih baik untuk menggunakan cetakan yang tengkurap (horizontal saja). oh ya nosing tiles nya tetap dibawah lho tertutup mold.
(3). Untuk mengcover supaya saat pengecoran air semen tidak masuk ke depan nosing tiles, maka diseputaran tiles dipasangi rubber, dilekatkan pada cetakan (nantinya ditutup / difinish / digrout). so terlihat mulus dan rapi kan…
— Semoga bermanfaat —
wir’s comments : terimakasih mas Hendrika , pembelajaran langsung dari engineer-nya yang terlibat. GBU
SukaSuka
kalo tangga muter bisa nggak? 😀
precast itu mesti presisi banget lobangnya, dan cara metode konstruksinya (cara angkat , angkut, dan servis) karena sangat terkait dengan perkuatan concretenya.
kalo lobangnya nggak tepat diapaain ya?
SukaSuka
pak, saya minta tolong masalah tugas akhir saya.
Saya berencana menyusun skripsi tentang drop panel dengan sistem semi precast untuk bangunan 2 lantai. Tetapi saya menemui masalah saat membuat proposal, tentang batasan masalah. Karena sambungan antar plat yang precast tersebut menerima momen yang berpotensi memberi gaya tarik pada daerah sambungannya. kemudian masalah berikutnya pada daerah tumpuannya karena ditumpu pada kolom kemungkinan akan menyebabkan keruntuhan plat itu.
Saya minta tolong konsultasinya pak. Terima Kasih banyak..
TUHAN memberkati..
SukaSuka
maaf pak tadi saya salah ketik nama.. nama saya peter handika kuliah di UNDIP.. terimakasih
SukaSuka
“drop panel dengan sistem semi precast”
yang gimana ya, ini sistem baru, atau apa gitu. Atau anda tertarik karena telah melihat suatu kasus nyata, atau apa ? .
Ini untuk level S1 atau S2 atau S3. Setiap level punya strateginya gitu.
Udah baca khan tips-tips skripsi saya di blog ini juga.
SukaSuka
Saya rasa ini merupakan suatu inovasi. Droppanelnya tidak precast tapi plat nya saja yang saya buat semi precast..
Jadi misalkan pada perencanaan didapat tebal platnya 12cm yang dibuat precast berdasarkan perhitungan 9cm lalu yang 3cm di cor setelah plat precast diletakkan pada drop panel..Dengan sistem ini otomatis tidak diperlukan perancah yang kompleks. sehingga dapat menghemat anggaran proyek..
Yang saya tanyakan adalah mengenai sambungan antara plat yang precast..dan juga masalah tumpuannya pada droppanel..Kemudian untuk masalah beton lama dan beton baru yang akan dicor masalah creep atau susut rangkaknya bagaimana?
Mungkin bapak bisa memberi saya referensi literature yang berhubungan dengan masalah ini..
SukaSuka
“Suatu inovasi”, wah bagus itu.
Referensi yang berhubungan dengan masalah itu, yang pertama baca ACI 318-02 (ada koq di blog ini) cari ttg flat-slab, khususnya bagian Commentary. Jika belum puas, lihat bibliografi di bagian belakang, disitu akan diperlihatkan referensi-referensi klasik ttg masalah yang terkait.
Untuk inovasi anda, saya beberapa pertanyaan :
a). Drop-panel tidak precast, lalu bagaimana dengan jalur kolom, berapa lebarnya
b). Ukuran precast-nya berapa, termasuk tebalnya.
Ini penting karena sistem yang anda ajukan adalah termasuk sistem two-way-slab dan yang memerlukan drop-panel adalah untuk bentang besar (7-9m). Jika diambil untuk bentang 8 m aja, lalu dianggap bahwa bagian precastnya adalah selebar jalur tengah yaitu 50% itu saja udah 4 m. Karena twoway maka precastnya harus 4×4 jika tebalnya 100 mm aja beratnya udah 3.8 ton. Wah nggak gampang itu nempatinnya aja. Ongkos kerja jadi mahal.
Hal-hal tersebut apa sudah dipikirkan ?
SukaSuka
Tampaknya topik mengenai “Precast” sedang hangat-hangatnya dibicarakan dewasa ini. “Menarik” & merupakan suatu “tantangan” bagi kita para engineer di Indonesia untuk “kreatif” mengingat belum adanya SNI yang khusus bicara mengenai “Precast” untuk building structure.
Buat saudara Peter & rekan-rekan yg lain, di bagian Rak Buku saya posting file sharing PCI Design Handbook & PCA Notes on ACI 318, semoga bermanfaat untuk literatur skripsi Anda. Di sana ada dijelaskan mengenai dimensi elemen precast yg “ekonomis” untuk dikerjakan, dgn kata lain “workability”. Ada juga Precast Guidlines CAE-NZ dari New-Zealand, mungkin Pak Wir bisa posting di blog ini, cz saya g punya linknya, filenya sdh saya kirim ke Pak Wir.
Saya juga sedang mengerjakan Thesis mengenai “Precast Interior Beam-Column Joint” terutama kehandalannya terhadap beban siklik/gempa. Yang saya tinjau adalah tipe penyambungan antara balok & kolom.
Mohon masukkan dari rekan-rekan sekalian, jika ada bahan/referensi/hasil penelitian lain mengenai “Precast Beam-Column Joint” mohon sharing/infonya juga. Terima kasih
Salam…
SukaSuka
Dear Eri,
Apakah anda sudah pernah bertemu dengan Bpk DR.Ir.Hari Nugraha Nurjaman, beliau dapat anda temui di PT JHS Pile atau di kampus UPI YAI. Mungkin beliau mau membantu membimbing anda dan Thesis anda.
Syallom..
SukaSuka
Dear Donny
Saya belum berkesempatan bertemu dengan Pak Hari, Thx infonya. Jika memungkinkan akan saya follow up.
Kebetulan Thesis saya berupa pengujian eksperimental beban siklik dan Analisa precast connectionnya. Untuk pengujian ekperimental sdh selesai saya lakukan di LAB PAU UGM, sekarang tinggal bagian analisanya untuk menarik kesimpulan empirisnya. Makanya perlu masukan/saran/sharing dr semua pihak.
SukaSuka
makasi banyak pak wir,
-begini pak..kolomnya tetap dibuat dengan cara konvensional begitu juga dengan drop panelnya..hanya saja platnya saya buat dengan semi precast..jadi yang jadi masalah mungkin pada saat installing saja yaitu pada daerah tumpuan (kolom plus drop panel) pada daerah ini bisa terjadi keretakan akibat lintang pada daerah tepinya..
-untuk masalah tebal plat,misal hasil perhitungan plat didapat 120mm ,untuk perencanaan semiprecastnya saya buat 8omm yang kemudian diletakkan pada kepala kolom ( yang sebelumnya sudah di cor terlebih dahulu ). Lalu saya beri tulangan atas kemudian dicor..dengan cara seperti ini tentu tidak diperlukan perancah..Inovasi ini memang untuk menghilangkan penggunaan perancah pada proyek.
– Untuk installing plat , memang diangkat dengan crane.Inilah yang akan saya hitung pula optimasinya..Jika dengan cara konvensional biaya sewa crane tentu lebih murah, tapi memerlukan biaya sewa perancah. Tapi dengan menggunakan sisitem semi precast mungkin harga sewa crane lebih mahal, namun waktu pelaksanaan lebih cepat dan tidak memerlukan perancah..Disini yang akan dihitung mana yang lebih ekonomis..
terimakasi yah pak semoga ini dapat menjawab pertanyaan yang kemarin..Syalom..
SukaSuka
sdr Peter,
Dari informasi anda, saya melihat bahwa anda hanya fokus pada sambungan di daerah drop-panel (kolom). Apakah hanya itu yang kritis ?
Karena setahu saya, sistem anda adalah flat-slab yang merupakan sistem slab dua-arah. Konsentrasi gaya-gaya lentur yang paling besar adalah didaerah jalur-kolom (daerah pelat terpendek yang menghubungkan kolom-kolom). Disitu bagaimana, apakah anda juga pakai pre-cast. Itu belum dijelaskan. Karena kalau pakai precast, bagaimana hubungan dengan slab sebelahnya.
Juga anda memberi contoh tebal semi-precast 80 mm, ukuran berapakah itu ? Kayaknya kurang dari 4 m ya. Kalau kurang dari 4 m apakah masih perlu sistem slab dengan drop-panel mungkin cukup flat-plate aja (tanpa drop panel).
Tapi ok-lah, jika ide anda hanya sekedar untuk penelitian aja silahkan. Kalau untuk kasus nyata, kayaknya banyak celah bisa diperdebatkan. Tapi menarik juga, ya.
SukaSuka
Selamat Siang Pak,
Saya sedang mengerjakan tugas akhir S1 dengan tema perencanaan struktur gedung dengan hybrid concrete construction, kasusnya hampir sama dengan sdr Peter, yaitu dengan semi pracetak. Kolom memakai cast in place, untuk balok dan plat memakai semi precast, gedung yg kami rencanakan 10 lt, sehingga pengaruh gaya lateral seperti gempa harus diperhitungkan.
masalah kami adalah pada sambungan kolom dengan balok. sebenarnya dengan metode semi pracetak ini kami berasumsi integritas struktur dapat tercapai sama seperti bila dicor secara monolit. namun kami pelu membuktikan.
apakah ada teori untuk tinjauan tersebut diatas, sehingga dapat dipastikan bahwa hybrid concrete construction tersebut bekerja secara monolit.?
mohon petunjuk, referensi dan strateginya sesuai dengan grade S1. dan bagi rekan2 yang bisa membantu kami…
trima kasih. GBU
SukaSuka
Dear pak Eri,
Semoga Bapak berkenan membuka blog ini lagi.. Saya sangat senang dengan referensi masukan bapak..nanti klo saya punya kendala saya mohon bantuan Bapak..
Buat Pak Wir juga terima kasih banyak.. Pertanyaan Bapak menyadarkan saya bahwa masih banyak hal yang harus di perhitungkan dalam skripsi saya dan saat ini saya sedang menjalani masa ” Cuci otak ” supaya lebih konsentrasi lagi ..
SukaSuka
@ Peter
Semoga sukses ya skripsinya, seneng juga kalo bisa bantu. Jangan kelamaan “Cuci otaknya” lho, ntar bisa tergoda hal-hal lain. He he…
Bener kata Pak Wir, “itu harus dihadapi terus”. Ga masalah kok kalo kita banyak ga taunya, ampe pusing nanya kesana kemari kaya orang goblok. Awalnya yg sekarang pinter pun pastinya mulainya dari titik nol (kasarnya sih, ya titik “Goblok”).
Ada istilah “Kalo mo pinter jadilah goblok dulu”, maksudnya dalam kondisi “Goblok” orang justru lebih mau belajar dan bersemangat untuk menjadi pinter, mau membuka diri untuk menerima & menyerap ilmu dari mana aja supaya jadi lebih tau.
Salam
SukaSuka
Yth : Pak Wiryanto.
Mohon maaf pertanyaannya agak menyimpang, barangkali Bapak tahu dimana saya bisa memesan cetakan pagar beton? Berapa ukuran standarnya dan bagaimana teknik pembuatannya ?
Saya melihat banyak proyek di Jakarta menggunakannya, mungkin karena praktis dan bisa dipasang / buka. Rencananya saya ingin menggunakan pagar serupa untuk proyek di luar Jawa. Terima kasih.
SukaSuka
Dengan Hormat,
Waktu lalu bapak tanya cetakan PreCast pagar, apakah udah menemukan?
Sy juga tertarik mencari info cetakan pagar tersebut. Apakah bisa sharing?
makasih sebelumnya
SukaSuka
Yth. Pak wiryanto.
saya pernah membaca suatu jurnal yang judulnya ” Seismic Design and Construction of Precast concrete Buildings in new Zealand. isinya mengenai pendetailan pelat precast di daerah rawan gempa seperti new zealand , di jurnal tersebut digambarkan beberapa pendetailan yang dapat digunakan . Lalu permasalahan saya yaitu : saat ini saya sedang melakukan suatu analisis sambungan antara pelat precast yang ditumpu di atas drop panel. yang ingin saya tanyakan apakah bapak mengetahui referensi jurnal yang membahas yang berhubungan dengan pendetailan sambungan pada kasus analisis saya itu.
selanjutnya saya ingin bertanya kepada bapak bagaimana cara menentukan lebar efektif dari tepi pelat precast yang dapat berfungsi sebagai balok pada suatu struktur pelat precast yang ditumpu pada drop panel?
Kemudian apakah benar dengan hanya memberi balok tepi pada suatu desain struktur drop panel itu sudah mampu mengantisipasi gaya gempa yang terjadi. struktur ini hanya mempunyai ketinggian 13m dan tidak terdapat adanya shearwall atau corewall sebagai pengaku. bila ada alternatif lain, mohon bapak bisa menjelaskan kepada saya.
yang terakhir, untuk buku panduan aplikasi program SAP yang telah bapak tulis, jilid berapakah/ terbitan mana yang dimana saya bisa menemukan cara untuk menganalisid suatu pelat precast dan drop panel.
terimakasih sekali atas perhatian dari pak wir.
mohon dibalas segera.
SukaSuka
Setahu saya, peraturan tentang PRECAST sudah ada di SNI 03-2847-2002, misalnya mengenai peraturan Halfslab / Preslab, diatur dalam Pasal 15.3.3, Ps 18.6.2.2, Ps 19.1, Ps 23.7.2 s/d 23.7.4.
Kalo diperhatikan, untuk produk girder juga ada aturanya di SNI tsb.
Kalo bentuk (berbentuk gambar/sket) koneksinya memang tidak dibahas di SNI, tetapi aturannya sudah ada koq.
Hal ini pernah saya tanyakan langsung ke pak Iswandi Imran, dan beliaupun mengiyakan.
Berikut ini saya lampirkan link untuk melihat contoh produk halfslab untuk Heliport Deck LNG Tangguh di Papua yang di produksi oleh PT Adhimix Precast Indonesia Plant Precast
SukaSuka
pak wir, menanggapi jawaban Bapak atas pertanyaan saudara desty..Kebetulan saya baru saja mendownload program SAFE.. tapi saya tidak mengerti sama sekali..Bagaimana pembuatan kolomnya? dan untuk penerapannya pada struktur droppanel bagaimana permodelan strukturnya? tolong di balas yah Pak Wir…TUHAN MEMBERKATI..
SukaSuka
Hallo Ary,
Untuk Tangga Putar ( PC Stair Baling-baling ) anda bisa lihat di TMII ( Gedung Sains Center ), Precast tsb di Produksi dan Dipasang oleh Panata Beton ( Sdh ditutup ) Bapak Dipl. Ing. Sarwo Utomo ( almarhum ) sebagai Pemiliknya, anda bisa lihat di sana cukup menarik.
Wassalam,
Dedi Z
SukaSuka
pak teknik pengecoran plat datar bagaimana , apakah dalam pengecoran pelat tersebut tidak boleh berhenti , jika boleh batas henti pengecoran tsb pada jalur kolom atau jalur tengah
SukaSuka
pak makasi bgt dah menyediakan informasi yang saya butuhkan. tapi pak, saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir tentang analisa balok dengan frp dan baja.
nah saya lagi butuh informasi tentang frp pak…
bapak bisa bantu????
thanx b4 y pak…
SukaSuka
sebelumnya saya terimakasih kalo comment saya ini di balas dengan ikhlas..
bahwasannya saya ingin meminta pertolongan bapak tentang referensi.. proyek rusunawa di RUSUNAWA di UMM malang, karena saya tertarik untuk mengambil TA, yang berjudul studi kelayakan RUSUNAWA dan PSU tersebut..
tolong pak y..bls..mungkin klo diberi nmr hp mungkin saya tlpn..
terimakasih banyak sebelumnya…
SukaSuka
“Dengan beragam produk dan konsistensi dalam mengimplemen-tasikan Quality Manajemen System, menjadikan precast terdepan dalam kualitas konstruksi dan industri rekayasa”
SukaSuka
pak saya sarjana teknik sipil yunior
mau tanya untuk menghitung gedung 5 lantai dan gedung tidak beraturan tahan gempa
dinamik.
SukaSuka
Pak Ery apanya nih yang mau di tanya mungkin bisa saya bantu?
SukaSuka
lama lama saya gatel juga pingin buat tower precast
untuk telkomsel dengan tinggi 72 m kira kira repot ngga ya om wir?
SukaSuka
jangan anggap remeh loh ide dari yunior…….. ya ngga om wir ( yg sudah senior ) hahaha
SukaSuka
sdr Pamungkas,
Wah memang anak-anak muda sekarang pada kreatif dan banyak memberi ide.
Hanya saja perlu dievaluasi antara beban yang dipikul dengan berat sendiri precastnya, mana yang lebih dominan. Jika untuk tower, yang perlu ketinggian maka saya akan yakin bahwa berat sendiri lebih besar dibanding beban yang dipikulnya. Dengan struktur yang berat maka masalahnya timbul dari:
* penambahan massa, meningkatkan resiko terhadap gempa, maka agar strukturnya tahan gempa maka perlu detail khusus (=biaya).
* penambahan berat juga pengaruh ke pondasi, apalagi jika ada gempa, gaya gempa besar maka pondasi pengaruh juga (biaya lagi).
Ujung-ujungnya lari ke baja lagi yang relatif ringan.
He, he, tapi perlu dicoba juga lho. Judulnya “evaluasi pembiayaan tower baja dengan tower precast”. He, he ini bisa jadi judul skripsi lho.
SukaSuka
Dear Pa Wir,
Apa ngga akan menemukan banyak kendala dalam hal lifting dan instalasinya?
Apalagi untuk Tower 72 meter….?
Menurut saya : Perencanaan disain struktur harus dibarengi dengan pemikiran akan bagaimana nanti pelaksanaannya.
Syallom..
SukaSuka
pagi pak,
seneng liat mahasiswa yang antusias membahas suatu masalah.
saya sony, mahasiswa UNDIP semester VI, adik kelas nya mas pieter.
begini pak, dikarenakan saya masih orang awam tentang drop panel dan materi tersebut tidak di bahas di bangku kuliah, saya masih bingung tentang sistem tersebut.
sistem drop panel pertama kali saya lihat saat saya KKL beberapa waktu lalu.kebetulan yang saya lihat adalah basement gedung yang juga menggunakan drop panel.
yang saya pertanyakan adalah, jika tidak menggunakan balok, apakah tebal plat yang digunakan nantinya terlalu tebal?kemudian, apakah lendutan yang terjadi pada pelat tidak terlalu besar, mengingat peruntukan basement sebagai tempat parkir sehingga jarak kolomya jauh.
hal-hal apa saja yang perlu dipehitungkan dalam perencaan sistem drop panel?kemudian referensi apa saja yang bisa dipergunakan dalam perencanaannya.
Trima kasih. Semoga Allah Membalas kebaikan Anda.
SukaSuka
Pagi, pak!
Saya mhsiswa arsitek. saya sementara penyusunan skripsi, judulnya prototipe rumah susun sistem prefabrikasi. saat ini kekurangan literatur mengenai precast terutama detail-detail struktur sambungan-sambungannya dan prinsip-prinsip pembebanannya. Saya mohon bantuan bapak. terima kasih sebelumnya.
SukaSuka
@sony and tifa
Pertanyaan-pertanyaan anda sebenarnya jawabannya sudah tersirat dair tanya-jawab komentar-komentar di atas.
Sistem drop-panel (flat-slab) dengan sistem balok-pelat adalah dua sistem yang berbeda.
Seperti biasa para engineer, sebelum sekedar hanya bertanya, baca terlebih dahulu referensi yang ada, bisa textbooks atau code. Jika sudah punya gambaran, maka saya kira pertanyaannya akan lebih baik.
SukaSuka
Beton yang digunakan dalam penyambungan Mutu beton harus sama apa tidak. Untuk joint penyambungan diitung sebagai jepit/ sendi.
SukaSuka
siang pak sy firman mahasiswa dari POLBAN ada yang mu ditanyain pak Wiryanto. maaf kalo untuk permasalahan tentang metode pelaksanaan Precast bapak punya gak buku or apa gt pak tentang precast ? atau punya alamat situs2x tertentu mengenai tentang permasalahan precast tentang construction method?
SukaSuka
bapak wiryanto yang terhormat.,.,saya mhsiswa Politeknik Negeri Jakarta T.Sipil Smster 6.,.
maaf boleh tanya tentang fungsi bangunan core wall.,.,.dan kalo bisa dikirim semua tentang materi bangunan core wall,soalnya penting bagi saya untuk bahan penulisan Tugas Akhir.,.,terimakasih.,.
SukaSuka
Mas alfirman, untuk permasalahan beton precast bisa dibantu di : http://syaifulsipil96.blogspot.com/2009/03/precast-concrete-design-manual.html
SukaSuka
ehm,data-data kurang ni..coba ada gambar dari cara pembuatan sampai cara pemasangan+finishing..psti jadi bagus banget tu dan bisa membantu saya cepat menyelesaikan tugas akhir merancang bangunan..mhon bantuannya jika mempunyai data lainnya tentang tangga precast!
makasih!
SukaSuka
Yth. Pak Wiryanto
Pak, saya minta bantuan Bapak untuk menjelaskan mengenai metode konstruksi precast untuk konstruksi jalan dan jembatan berikut penggunaan alat berat untuk konstruksi tersebut.
Terima kasih
SukaSuka
maaf dik saya belum punya data. Jadi jika ada yang dapat memberi info, diucapkan terima kasih.
SukaSuka
mantap bagus nich artikel, thanks for share pak….
SukaSuka
pak wir, untuk beli buku sap 2000 edisi baru dimana ya?????
SukaSuka
sudah habis dik. Doain dong siapa tahu ada penerbit lain yang mau menerbitkan lagi.
SukaSuka
pak wir, untuk beton pracetak yang bersifat elemen struktur bangunan, perhitungan analisa strukturnya (terutama beam-column, beam-slab joint) apakah sama seperti analisa struktur biasa (bukan pracetak) sehingga bisa tetap mengacu pada peraturan umum yang berlaku (SNI, ACI), atau ada peraturan khusus tentang beton pracetak struktur? Terimakasih pak buat infonya
SukaSuka
Logikanya sederhana, pertama-tama tentu perlu dipertanyakan bagaimana dengan sistem sambungannya, apakah perilakunya bisa sama atau tidak dengan sistem rangka cast-in-situ. Jika ternyata penulangannya bisa sama seperti cast in situ maka kemungkinan besar perilakunya juga sama. Masalahnya adalah biasanya mutu beton precast (cor di pabrik) kualitasnya akan lebih baik dibanding yang cast-in-situ, jadi pertanyaan di atas masih valid. Untuk menjawab keraguan tersebut maka sistem sambungan precast perlu diuji eksperimental. Beberapa teman ITB juga PUSKIM saya lihat telah melakukan hal ini
Karena menyadari sistem sambungan lebih lemah, maka biasanya kekuatannya dibikin lebih tinggi dibanding bagian yang precast. Jika demikian maka jelaslah bahwa ada sedikit perbedaan dibanding hitungan bagian yang precast. Juga perlu diperhatikan kalau ada gempa, bagian mana yang akan jadi sendi plastis. Nah faktor-faktor itu yang membedakan.
SukaSuka
kepada yth. pembaca siapapun… om,tante,bapak ato ibu yang berkecimpung di dunia teknik sipil. saya mohon bantuan…
saya ingin mngerjakan TA precast,tpi saya ga tau SNI apa aja yang dipakai? dan bagaimana merencanakan sambungan baik perhitungan maupun gambar…
saya masih mahasiswa,mohon pencerahanya… maturnuwun…
SukaSuka
salam..saya pelajar yang sedang belajar jurusan civil engeneering..saya sudah faham mengenai pre cast stair..boleh saya dapatkan detail mengenai pre-cast basement maksudnya cara pemasangan dinding2 nya dan jointing yang digunakan…..tq
SukaSuka
met malam,kami mempunyai kesulitan untuk membedakan anatara secondary grouting dan non shrink,dimana permasalahan untuk pekerjaan power plant terutama antara pekerjaan civil,electrical dan mechanikal,untuk itu mohon penjelasanya.tq
SukaSuka
terima kasih informasi tambahannya
SukaSuka